Connect with us

Arena Bobotoh

(Arena Bobotoh) Terima Kasih PBFC

Published

on

WM PRSB v PBFC_14BALAS DI BANDUNG !! Itu lah judul dan misi yang diusung oleh persib di semi final leg ke-2 Piala Presiden jilid dua ini. Asa para bobotoh untuk melihat persib berlaga di babak final sempat terbuka ketika Matsunaga si anak hilang mencetak gol di menit ke-31. Bagaimana tidak dengan skor 1-0 saja sudah cukup untuk melihat 11 orang pangeran biru berlaga di partai puncak. Namun di awal babak kedua, harapan itu sedikit memudar ketika pemain PBFC menceploskan bola ke gawang Made Wirawan memanfaatkan kelengahan pemain Persib. Atep sempat membuka kembali harapan puluhan ribu Bobotoh yang sejak siang berdesakan di stadion Si Jalak Harupat. Satu lagi, satu lagi begitu teriakan lord atep memompa semangat rekan setimnya dan juga para bobotoh yan semakin bergemuruh di tribun penonton. Tapi apa daya setelah 90 menit pleus 30 menit ekstra time tidak ada gol lagi yang tercipta. Penentuan untuk siapa yang layak berlaga di final pun harus ditentukan melalui babak gol-golan. Kegagalan algojo persib yaitu si kasep Kim Jefry membuat langkah Persib untuk berlanjut ke grand final pun terhenti. 3-5 menjadi skor akhir babak adu keberuntungan ini. Kegagalan yang langsung disambut bobotoh bukan dengan cemoohan melainkan sorakan dukungan kepada sang Pangeran Biru. Salut !!!! Dan satu teriakan yang mungkin akan kembali bergema di media sosial atau dimanapun di hari-hari selanjutnya, yaitu EVALUASI !!

Ya evaluasi. Beruntunglah karena adanya piala presiden ini dan kegagalan persib mempertahankan gelar piala presiden ini menarik kembali persib ke bumi. Beruntung pula ini terjadi di turnamen pra-musim. Masih banyak yang perlu dievaluasi untuk mengarungi kompetisi yang sesungguhnya. Beberapa diantaranya adalah kurang ada sosok striker baik yang bertipe target-man ataupun yang mampu membuka ruang menarik pemain belakang keuar dari posisinya. Memang kehilangan sergio di babak ini sangat terasa dampaknya, namun ketika sergio main pun kelemahan ini masih terasa. Terlihat dari jumlah gol persib selama di babak penyisihan maupun 8 besar yang bisa dibilang sedikit untuk tim sebesar persib. Problem ini sejalan dengan kurang adanya sosok gelandang cerdas nan kreatif yang mampu berikir cepat dan tepat mencari alternatif ketika suatu built-up serangan yang dibangun menenemui jalan buntu. Terlihat dari pertandingan tadi persib terlalu memanfaatkan lebar lapangan yang sedikitnya sudah mampu diantisipasi oleh tim lawan. Ataupun kurang gelandang yang mampu berinsiatif mengobrak–ngabrik pertahanan lawan dengan penetrasi-penetrasi cantiknya. Semakin sulit move on dari sosok si ganteng tur soleh Makan Konate jika melihat kondisi sekarang.

Memang banyak stok gelandang yang dimiliki persib, namun hampir semua tipe permainannya agak kedalam. Benar kata djanur persib membutuhkan sosok gelandang yang memiliki visi bagus, dan juga memiliki naluri pembunuh.Belum terlambat untuk mencari sosok orang tersebut, dengan masih jauhnya waktu kick off liga 1 dan masih belum selesai dalam menseleksi pemain dari banyak negara. Namun jika tidak segera dicari akan menjadi masalah yang besar di liga yang sebenarnya nanti.

Yang tak kalah penting dari masalah striker dan gelandang, adalah masih belum padunya lini belakang di tubuh Persib. Kuartet lini belakang persib masih belum menemukan bentu permainan terbaiknya, terutama duet Vlado-Jupe. Belum terlihat ketangguhan seperti pada saat ISL 2014. Gol PBFC seharusnya tidak terjadi jika lini belakang persib mampu konsentrasi dan fokus terhadap pergerakan lawan di kotak pinalti. Dua pemain PBFC yang berbahaya dengan kepalanya dibiarkan bebas bergerak di kotak pinalti pada saat adanya serangan lawan, kejadian ini sangat diharamkan dalam suatu organisasi permainan khususnya pemain belakang.Begitu pula pada beberapa momen selanjutnya pada saat persib diserang oleh tim lawan. Hal yang menjadi pekerjaan rumah bagi kubu persib di lini belakang adalah kurangnya pemain yang mampu melapis duet Vlado-Jupe. Karena di liga nanti bukan tidak mungkin salah satu pemain atau mungkin keduanya dari duet ini absen pada saat pertandingan. Wildan masih belum bisa memberikan ketenangan bagi lini pertahanan, begitu juga pemain promosi diklat persib Sugianto. Perlu diingat juga pemain tersebut belum teruji di laga yang krusial yang akan sering dihadapi di liga 1 nanti.

Disamping banyaknya hal yang harus dievaluasi dari kubu persib setidaknya beberapa hal yang patut diberikan apresiasi dan ditingkatkan terus antara lain semangat juang pemain. Semua pemain berjuang eweuh kacapelumpat kaditu kadieu. Hal ini yang harus dipertahankan bukan hanya dilaga kandang tapi juga pada saat tandang nanti. Dan semakin matangnya Henhen, Febri, dan Zola. Maung Ngora yang diharapkan menjadi penerus di masa yang akan datang. Hiji deui nu kudu diapresiasi yaitu bobotoh yang semakin dewasa, tanpa ada yel-yel rasis. Hampir semua bobotoh dari berbagai penjuru tribun berteriak satu suara memberi dukungan, bukan mengejek tim maupun suporter lawan. Biarlah suporter lain rasis tapi jangan untuk bobotoh. Bobotoh kudu santun !

Akhir kata, Terima Kasih PBFC telah memberikan pelajaran yang berharga, terima kasih juga Piala Presiden sudah menjadi ajang evaluasi bagi Persib. Tenang sib, KITA BALAS DI LIGA 1 ! dan WE WILL STAY BEHIND YOU SIB, AS ALWAYS !!

Penulis seorang bobotoh yang sedang LDR dengan persib yang awam soal strategi sepak bola yang selalu bergembira ketika persib menang, dan selalu mendukung dan mencoba tegar ketika kalah :’). Dapat ditemui juga di akun twitter @verioputra.

Advertisement
12 Comments

12 Comments

  1. ROSIDIN DIDIN

    06/03/2017 at 10:02

    buat kim jepri,,jangan bersedih,jangan merasa bersalah…perjuangan mu sudah maksimal,,saya bangga pada mu..saya salut buat pemain persib lainnya yg begitu semangat.AYO BANGKIT SIB……BANGKIT…….

  2. Prof. DR. Ir. ujang van persib. 10℃/Mpa

    06/03/2017 at 10:14

    Sebagian besar unek2 kuring tos terwakili di ieu artikel.
    Selebihna kedah terus ditingkatkeun deui faktor2 penunjang prestasi.
    Balas di liga 1!

  3. iyus bandung

    06/03/2017 at 10:59

    alus artikel na .. mantap kang

  4. Ololleho

    06/03/2017 at 11:51

    Alus euy,,,artikelna jadi sedih macana,,,ha yang ngajerit maratan langit ngoceak maratan jagat ku saentosna macam artikel ieu teh

  5. kaka

    06/03/2017 at 12:50

    keren…keren pisan…!, tambahan; coach teu wani ngasupkeun Jasuk. kenapa Jasuk..?, memang banyak orang meragukan dia. tapi menurutku dia adalah lebih baik dalam hal menyerang walau kurang dalam bertahan. artinya disaat kita butuh gol harusnya tipikal bek “sayap” yang lebih nyerang dimasukkan. kalau kemarin kan terlihat kurang sokongan dari tony maupun supardi. why….!

  6. ableh

    06/03/2017 at 13:10

    si febri melempem eta we nu bisa di sampaikan ku saya mh lah
    ameh kabaca ku si febrina ameh mikir

  7. bobotoh yg kecewa namun tetep cinta PERSIB

    06/03/2017 at 15:58

    aslina salut buat bobotoh (y) kuring bangga sbg warga jabar…

  8. AMANAT EYANG

    06/03/2017 at 17:06

    Mikir febri, lamun geus hese neangan jalan lain, tuker jeng pamaen kenca !

  9. dikduk$

    06/03/2017 at 17:49

    MK 10 jeung F.Sinaga tarik deui ka PERSIB “JUARA” !!! INSYA ALLAH LIGA 1 “PERSIB JUARA” deui. AMIN YA ROBBAL ALAMIN. FROM :A3 (Akumah Apa Atuh)

  10. ASEP

    07/03/2017 at 03:42

    KA WA JANUR ENGGAL MILARI PEMAIN ANU HADE, ANU JARAGO NEMBAK PINALTI, KATINGGALI PERSIB TEU SIAP MAYUNAN PINALTI, SEMENTARA TIM LAWAN SUDAH MEMPERSIAPKAN DIRI ( BAHKAN KEYAKINANNYA LUAR BIASA 10.000 %), PATUTU DICONTOH OLEH PERSIB, KLUB DI BAWAH PERSIB MAMPU MEMBALIKKAN FAKTA KEKUATAN ( PERSIB HARUS SEGERA BEBENAH) JANGAN TERUS KECEWA

  11. Wahab Nur Abdi

    07/03/2017 at 07:57

    #PERSIBABADANABADAN <3

  12. tutut maung

    08/03/2017 at 17:34

    hade?????

Leave a Reply

Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Arena Bobotoh

Persib Tim Spesialis Kampanye?

Published

on

Saat membaca ini, bobotoh di lini masa X pasti sedang banyak melihat seliweran poto dan info mengenai tim Persib Legend dengan menggunakan kaos bertuliskan salah satu calon presiden, Ganjar Pranowo. Dan pernyataan resmi klub tidak berafiliasi dengan mereka dan satu sosok calon presiden tertentu (atau dengan yang lain? #eh).

Jika kita bicarakan sedikit sejarah, sejauh yang saya baca, Persib dan suporternya termasuk salah satu entitas yang cukup aktif di sepakbola indonesia saat ada momentum politik. Kita mungkin masih ingat saat manager dan pemain Persib ikut kampanye politik pilbup Sumedang, juga saat sebagian suporter ikut kampanye calon legislatif, gubernur Jawa Barat pernah dijadikan duta tim, dan terakhir bagaimana munculnya komunitas bobotoh Jokowi pada tahun 2019 dan sekarang muncul fenomena Persib Legend ini.

Peneliti Halim dan Lalongan pernah menjelaskan bahwa sebuah partisipasi poliitk bisa dilakukan secara individual ataupun kolektif atau bersama-sama. Yang dilakukan secara individu biasanya tidak menimbulkan friksi di maksyarakat, namun jika dilakukan secara kolektif biasanya menimbulkan friksi, apalagi menyangkut suatu budaya populer yang sudah sangat menempel sebagai satu identitas kedaerahan, misalnya Persib.

Tapi kenapa pesona Persib begitu menawan untuk para elit dan kelompok politik? Teddy Tjahjono (dilansir bola.net) pernah mengkliam jika Persib memiliki 22 juta suporter, angka ini tentu sangat signifikan jika kita kaitkan pada sisi politik. Daftar pemilih tetap KPU untuk tahun 2024 sebanyak 204 juta penduduk. Bisakah terbayang berapa persen jika satu elit atau satu kelompok politik memiliki 2-30 persen dari 22 juta orang pendukung Persib Bandung saja. Dari angka itu sekilas kita tahu, Persib merupakan medium yang menarik untuk “terlibat” dalam politik. Kita pun seakan sudah tidak aneh lagi melihat gimmick politik dimana elit atau kelompok politik, menggunakan pernak-pernik Persib saat pemilihan umum, misal poto sambil membawa syal Persib saat musim kampanye, atau tiba-tiba menggunakan jaket Persib saat foto untuk baligo demi kepentingan elektoral, tapi apakah harus biasa dan mengerti? Negara kita mengatur akan hak ini dalam Pasal 43 Ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dinyatakan, “setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”, jadi bebaskeun.

TAPI, dalam setiap kampanye politik, dalam format apapun itu, sistem penyaringan ada pada diri individu, diartikan setiap bobotoh punya kuasa atas dirinya sendiri, apa dia mau menerima informasi dan melaksanakan akan pesan politik yang disebarkan lewat klub atau kelompok suporternya tersebut atau tidak?
Kita tarik sedikit ke masa lalu, federasi sepakbola (PSSI) di Indonesia memang terbentuk atas dasar politik, sebagai sarana pemersatu bangsa Indonesia untuk melawan penerintahan Belanda saat itu. Jadi jika sekarang masih berpolitik, apakah Persib dan sepakbola Indonesia pada umumnya memang sudah ditakdirkan untuk selalu dekat dengan perpolitikan?

Saya jadi teringat salah satu adegan di The Simpsons, dimana Burney Gumble seorang pemabuk, melihat kampanye Mr. Burns, dia bilang “pemilihan umum? Bukankah itu saat para politikus menutup pintu mereka (untuk mendengarkan suara rakyat) bukan?”, every man for themselves, wahai bobotoh!

Ditulis oleh Kiki Esa Perdana. Penulis adalah bobotoh biasa saja yang kebetulan suka politik.

Lanjut Membaca

Arena Bobotoh

Mau Sampai Kapan?

Published

on


Pertandingan sudah memasuki pekan ke-8, Persib Bandung mencatatkan 1 kemenangan, 5 imbang, dan 2 kali kalah. Faktanya Persib berada di jurang degradasi, jurang degradasi! Melihat fakta seperti ini jelas sangat menyedihkan bagi Bobotoh Persib. Sampai pekan terakhir liga sehingga Persib degradasi? Siapa yang akan bertanggung jawab bila seperti ini? Tak terbayangkan bila Persib harus berjuang di liga 2, sungguh tak terbayangkan. Mau sampai kapan?

Keruwetan klub Persib sudah terlihat dari banyaknya persoalan yang sedang dihadapi, dari mulai persiapan yang tidak optimal, rombongan pelatih yang keluar secara mendadak pada pekan ke-3, pemain asing yang cedera pada debutnya, hubungan dengan suporter yang merenggang, hukuman untuk beberapa pemain yang terprovokasi sehingga mendapatkan sanksi dari komdis, serta stadion yang terlihat tidak full. Mau sampai kapan?

Akar masalah dari persoalan ini tampak jelas. Segera lakukan pendekatan dari semua elemen dari mulai manajemen, pelatih, pemain, serta suporter sehingga bisa mengembalikan Persib kembali kepada jalurnya. Perbaikan hubungan dengan Bobotoh menjadi hal yang krusial mengingat Persib sedang membutuhkan dukungan yang nyata dari suporternya. Sebesar apapun sebuah klub, bila tanpa dukungan yang nyata akan sangat berpengaruh terhadap performa pemain di atas lapangan. Pemain di locker room pun sepertinya selain faktor teknis ganti pelatih ganti strategi, tahu betul bahwa faktor persoalan dari luar lapangan mempengaruhi mental para pemain. Mau sampai kapan?

Saya meyakini bahwa semua elemen menginginkan yang terbaik untuk Persib. Persoalan yang berlarut akan sangat merugikan untuk klub Persib. Sebelum semuanya terlambat alangkah baiknya lakukan pendekatan dengan duduk bersama, saling menghargai pendapat, lupakan ego sejenak. Karakter budaya urang Sunda mah sangat besar dan mudah memaafkan. Saya hanya ingin Persib kembali ke jalur juara, sungguh ini sangat menyedihkan. Mau sampai kapan?

Penulis Tyas Agung Pratama (@tyspra), sehari-hari mencerdaskan anak bangsa. Bobotoh yang ingin kembali Persib juara.

Lanjut Membaca

Arena Bobotoh

Melupakan Persib Bandung Saat Ini Sebagai Warisan Budaya

Published

on

Pada Podcast Simamaung Episode 24 (ditayangkan 6 September 2020) terdapat pernyataan dari narasumber episode tersebut (Hevi Fauzan). Disebutkan bahwa setelah kemerdekaan Republik Indonesia, aset-aset KNIL sekitaran jalan yang saat ini nama pulau (Jalan Manado, Jalan Ambon, Jalan Bali, Jalan Lombok dan seterusnya) diakuisisi oleh Angkatan Darat saat itu dengan mendirikan Divisi Siliwangi. Termasuk diantaranya lapangan sepak bola yang kemudian akhirnya dibangun menjadi sebuah stadion pada 1954 sebagai bagian dari persiapan ulang tahun Divisi Siliwangi ke-10, yang diberi nama Stadion Siliwangi.

Penamaan Siliwangi erat dengan budaya Sunda karena salah satu nama yang dibanggakan oleh orang Sunda terkait dengan sejarah Prabu Siliwangi. Walaupun nantinya perbedaan cerita Prabu Siliwangi namun benang merah sejarah terkait penggunaan logo Maung yang sejatinya binatang asli Jawa Barat dengan nama ilmiah (subspecies) Panthera Tigris Sondaica yang pada akhirnya patut kita hormati sebagai bagian sejarah Persib Bandung yang mengakar dan menjadi cerita karena Stadion Siliwangi sendiri menjadi bagian dari estafet perkembangan Persib Bandung.

Diceritakan juga bagaimana pernah ada saksi sejarah pertandingan Persib Bandung melawan PSV Eindhoven seorang bapak tua dari Cianjur dan teman-temannya saat itu menggunakan angkutan umum untuk datang ke Stadion Siliwangi dan memiliki kebanggaan untuk menceritakan pertandingan tersebut kepada orang lain ataupun anak dan atau cucunya kelak. Persib Bandung menjadi sangat melekat dengan Stadion Siliwangi karena pada saat itu dianggap representatif dan termegah pada zamannya hingga akhirnya bertahap Persib Bandung pindah ke Stadion Si Jalak Harupat.

Kembali pada waktu lampau, saat Persib Bandung masih dikelola pemerintah kota Bandung dimana Persib Bandung sebagai karakter dan budaya yang mengakar karena dianggap mewakili identitas, semangat dan bagian hidup orang Sunda umumnya Jawa Barat. Level fanatisme yang terjadi sudah tidak terlihat dengan penggunaan identitas Persib Bandung namun terlihat dari antusiasme dan cara ekspresi Bobotoh yang menceritakan Persib Bandung dari masa ke masa sehingga jumlah Bobotoh berkembang dan membentuk kelompok-kelompok pendukung Persib Bandung.

Sehingga menimbulkan transisi sejarah cerita Persib Bandung dari Stadion Siliwangi ke Stadion Si Jalak Harupat hingga ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api, namun transisi sejarah ini juga tetap melekat dan meninggalkan banyak cerita dukungan Bobotoh mendukung Persib Bandung. Banyak juga kita temukan fakta bahwa tidak semua Bobotoh yang datang ke Stadion dapat masuk menonton langsung. Namun saat ini kita hanya dapat mengenang romantisme bagaimana mendengarkan siaran tandang Persib Bandung melalui Radio RRI, memanjat pohon atau tiang lampu di Stadion Siliwangi untuk melihat pertandingan langsung dan hal lain yang menjadi kenangan dalam cerita mendukung Persib Bandung.

Memasuki era industri saat ini, kita belum melihat langkah PT Persib Bandung Bermartabat menjadikan Persib Bandung sebagai Intengible Heritage (Warisan budaya tak benda dalam konteks Persib Bandung sebagai nilai hidup dan turun temurun). Entah itu didaftarkan pada UNESCO ataupun sebagai bagian dari konsep PT Persib Bandung Bermartabat dalam mengelola fanatisme Bobotoh di tengah perpaduan pengelolaan era industri dari era budaya yang menjadikan jarak yang terlalu jauh saat ini.

Pengelolaan tiket, pengelolaan hubungan dengan kelompok Bobotoh dan cara interaksi dalam media sosial menjadi hal yang saat ini disorot oleh kelompok Bobotoh. Belum lagi konflik internal pelatih dan pemain yang menjadi bulan-bulanan bagi Bobotoh. Tentu hal ini sangat mengganggu dan membuat kharisma Persib Bandung sebagai budaya menjadi sangat rumit karena tuntutan industri dan rasa memiliki dari kelompok Bobotoh.

Salah satu yang dibutuhkan saat ini bagi pemain dan bagi pelatih baru Persib Bandung adalah memahami dan menunjukkan di lapangan semangat Persib Bandung dengan karakter dalam bermain sehingga identitas Persib Bandung muncul kembali sehingga dapat mengangkat moral elemen Persib Bandung, sebagai contoh kita sebagai Bobotoh akan selalu yakin Persib Bandung dapat menunjukkan semangat berjuang dalam bermain walaupun tertinggal gol. Kita dapat melihat pertandingan Persib Bandung melawan Arema Malang di Stadion Si Jalak Harupat pada 2014 yang berkesudahan 3-2, dimana saat babak pertama tertinggal 0-2, semangat dan karakter Tantan saat itu menjadi titik balik kemenangan, apakah pada saat itu Tantan menerima strategi khusus dari Djadjang Nurjaman? Dalam cerita yang kita tahu tidak ada, semangat moral dan karakter yang akhirnya menjadi pembeda.

Semoga masalah karakter dan semangat moral ini dapat diperbaiki setelah kekalahan melawan PSM Makassar kemarin dan dijawab oleh pelatih baru, mengembalikan karakter ini penting sebelum aplikasi strategi dalam konteks Persib Bandung. Saat ini melupakan pertandingan Persib Bandung menjadi hal yang mudah karena akses mendapatkan tiket menjadi panjang, menyaksikan pada televisi juga menjadi hal yang mudah ditinggalkan cukup dengan mengetahui hasil akhir. Semua terjadi karena jauhnya pengelolaan Persib Bandung dari fase budaya, konflik dengan kelompok Bobotoh adalah hal yang seharusnya tidak terjadi.

Kita juga berharap PT Persib Bandung Bermartarbat dapat mengubah pola pengelolaan untuk dapat lebih merangkul kelompok Bobotoh sehingga tidak menghilangkan landasan budaya sebelum akhirnya berbicara pengelolaan yang jauh lebih teknis dan lebih industrial.

Ditulis Yosha Rory, dengan akun Twitter @roryosha

Lanjut Membaca
Bir kaç senedir çalıştığım iş yerinde patronla aram çok iyi porno izle Patron ara sıra beni evine gönderiyor ve oradaki işleri yapmamı istiyor porno gif Karısına yardım ediyorum türk porno evde bozulan şeyleri tamir ediyorum porno bahçe işlerini hallediyorum porno izle Yeri geliyor çamaşırları bile yıkıyorum bedava porno Tabi evlerine gittiğim zaman karısıyla yalnız oluyoruz sex patronum tüm gün şirkette oluyor porno izle Herifin karısı 44 yaşında olmasına rağmen çok çekici seksi birisi porno resimler İlgimi çekiyor fakat işimi kaybetmek istemediğim için kadına bakmamaya çalışıyorum porno İşim bittikten sonra salonda televizyon bakıyordum porno indir bu sırada patronun karısı iç çamaşırlarıyla yanıma gelip karşımda durdu porno sikimi açıp yalamaya başladı porno ve ağzına boşaldım.
Advertisement

Komentar Bobotoh

Arsip

Trending