(Arena Bobotoh) Terima Kasih PBFC
Monday, 06 March 2017 | 08:26
BALAS DI BANDUNG !! Itu lah judul dan misi yang diusung oleh persib di semi final leg ke-2 Piala Presiden jilid dua ini. Asa para bobotoh untuk melihat persib berlaga di babak final sempat terbuka ketika Matsunaga si anak hilang mencetak gol di menit ke-31. Bagaimana tidak dengan skor 1-0 saja sudah cukup untuk melihat 11 orang pangeran biru berlaga di partai puncak. Namun di awal babak kedua, harapan itu sedikit memudar ketika pemain PBFC menceploskan bola ke gawang Made Wirawan memanfaatkan kelengahan pemain Persib. Atep sempat membuka kembali harapan puluhan ribu Bobotoh yang sejak siang berdesakan di stadion Si Jalak Harupat. Satu lagi, satu lagi begitu teriakan lord atep memompa semangat rekan setimnya dan juga para bobotoh yan semakin bergemuruh di tribun penonton. Tapi apa daya setelah 90 menit pleus 30 menit ekstra time tidak ada gol lagi yang tercipta. Penentuan untuk siapa yang layak berlaga di final pun harus ditentukan melalui babak gol-golan. Kegagalan algojo persib yaitu si kasep Kim Jefry membuat langkah Persib untuk berlanjut ke grand final pun terhenti. 3-5 menjadi skor akhir babak adu keberuntungan ini. Kegagalan yang langsung disambut bobotoh bukan dengan cemoohan melainkan sorakan dukungan kepada sang Pangeran Biru. Salut !!!! Dan satu teriakan yang mungkin akan kembali bergema di media sosial atau dimanapun di hari-hari selanjutnya, yaitu EVALUASI !!
Ya evaluasi. Beruntunglah karena adanya piala presiden ini dan kegagalan persib mempertahankan gelar piala presiden ini menarik kembali persib ke bumi. Beruntung pula ini terjadi di turnamen pra-musim. Masih banyak yang perlu dievaluasi untuk mengarungi kompetisi yang sesungguhnya. Beberapa diantaranya adalah kurang ada sosok striker baik yang bertipe target-man ataupun yang mampu membuka ruang menarik pemain belakang keuar dari posisinya. Memang kehilangan sergio di babak ini sangat terasa dampaknya, namun ketika sergio main pun kelemahan ini masih terasa. Terlihat dari jumlah gol persib selama di babak penyisihan maupun 8 besar yang bisa dibilang sedikit untuk tim sebesar persib. Problem ini sejalan dengan kurang adanya sosok gelandang cerdas nan kreatif yang mampu berikir cepat dan tepat mencari alternatif ketika suatu built-up serangan yang dibangun menenemui jalan buntu. Terlihat dari pertandingan tadi persib terlalu memanfaatkan lebar lapangan yang sedikitnya sudah mampu diantisipasi oleh tim lawan. Ataupun kurang gelandang yang mampu berinsiatif mengobrak–ngabrik pertahanan lawan dengan penetrasi-penetrasi cantiknya. Semakin sulit move on dari sosok si ganteng tur soleh Makan Konate jika melihat kondisi sekarang.
Memang banyak stok gelandang yang dimiliki persib, namun hampir semua tipe permainannya agak kedalam. Benar kata djanur persib membutuhkan sosok gelandang yang memiliki visi bagus, dan juga memiliki naluri pembunuh.Belum terlambat untuk mencari sosok orang tersebut, dengan masih jauhnya waktu kick off liga 1 dan masih belum selesai dalam menseleksi pemain dari banyak negara. Namun jika tidak segera dicari akan menjadi masalah yang besar di liga yang sebenarnya nanti.
Yang tak kalah penting dari masalah striker dan gelandang, adalah masih belum padunya lini belakang di tubuh Persib. Kuartet lini belakang persib masih belum menemukan bentu permainan terbaiknya, terutama duet Vlado-Jupe. Belum terlihat ketangguhan seperti pada saat ISL 2014. Gol PBFC seharusnya tidak terjadi jika lini belakang persib mampu konsentrasi dan fokus terhadap pergerakan lawan di kotak pinalti. Dua pemain PBFC yang berbahaya dengan kepalanya dibiarkan bebas bergerak di kotak pinalti pada saat adanya serangan lawan, kejadian ini sangat diharamkan dalam suatu organisasi permainan khususnya pemain belakang.Begitu pula pada beberapa momen selanjutnya pada saat persib diserang oleh tim lawan. Hal yang menjadi pekerjaan rumah bagi kubu persib di lini belakang adalah kurangnya pemain yang mampu melapis duet Vlado-Jupe. Karena di liga nanti bukan tidak mungkin salah satu pemain atau mungkin keduanya dari duet ini absen pada saat pertandingan. Wildan masih belum bisa memberikan ketenangan bagi lini pertahanan, begitu juga pemain promosi diklat persib Sugianto. Perlu diingat juga pemain tersebut belum teruji di laga yang krusial yang akan sering dihadapi di liga 1 nanti.
Disamping banyaknya hal yang harus dievaluasi dari kubu persib setidaknya beberapa hal yang patut diberikan apresiasi dan ditingkatkan terus antara lain semangat juang pemain. Semua pemain berjuang eweuh kacapelumpat kaditu kadieu. Hal ini yang harus dipertahankan bukan hanya dilaga kandang tapi juga pada saat tandang nanti. Dan semakin matangnya Henhen, Febri, dan Zola. Maung Ngora yang diharapkan menjadi penerus di masa yang akan datang. Hiji deui nu kudu diapresiasi yaitu bobotoh yang semakin dewasa, tanpa ada yel-yel rasis. Hampir semua bobotoh dari berbagai penjuru tribun berteriak satu suara memberi dukungan, bukan mengejek tim maupun suporter lawan. Biarlah suporter lain rasis tapi jangan untuk bobotoh. Bobotoh kudu santun !
Akhir kata, Terima Kasih PBFC telah memberikan pelajaran yang berharga, terima kasih juga Piala Presiden sudah menjadi ajang evaluasi bagi Persib. Tenang sib, KITA BALAS DI LIGA 1 ! dan WE WILL STAY BEHIND YOU SIB, AS ALWAYS !!
Penulis seorang bobotoh yang sedang LDR dengan persib yang awam soal strategi sepak bola yang selalu bergembira ketika persib menang, dan selalu mendukung dan mencoba tegar ketika kalah :’). Dapat ditemui juga di akun twitter @verioputra.

BALAS DI BANDUNG !! Itu lah judul dan misi yang diusung oleh persib di semi final leg ke-2 Piala Presiden jilid dua ini. Asa para bobotoh untuk melihat persib berlaga di babak final sempat terbuka ketika Matsunaga si anak hilang mencetak gol di menit ke-31. Bagaimana tidak dengan skor 1-0 saja sudah cukup untuk melihat 11 orang pangeran biru berlaga di partai puncak. Namun di awal babak kedua, harapan itu sedikit memudar ketika pemain PBFC menceploskan bola ke gawang Made Wirawan memanfaatkan kelengahan pemain Persib. Atep sempat membuka kembali harapan puluhan ribu Bobotoh yang sejak siang berdesakan di stadion Si Jalak Harupat. Satu lagi, satu lagi begitu teriakan lord atep memompa semangat rekan setimnya dan juga para bobotoh yan semakin bergemuruh di tribun penonton. Tapi apa daya setelah 90 menit pleus 30 menit ekstra time tidak ada gol lagi yang tercipta. Penentuan untuk siapa yang layak berlaga di final pun harus ditentukan melalui babak gol-golan. Kegagalan algojo persib yaitu si kasep Kim Jefry membuat langkah Persib untuk berlanjut ke grand final pun terhenti. 3-5 menjadi skor akhir babak adu keberuntungan ini. Kegagalan yang langsung disambut bobotoh bukan dengan cemoohan melainkan sorakan dukungan kepada sang Pangeran Biru. Salut !!!! Dan satu teriakan yang mungkin akan kembali bergema di media sosial atau dimanapun di hari-hari selanjutnya, yaitu EVALUASI !!
Ya evaluasi. Beruntunglah karena adanya piala presiden ini dan kegagalan persib mempertahankan gelar piala presiden ini menarik kembali persib ke bumi. Beruntung pula ini terjadi di turnamen pra-musim. Masih banyak yang perlu dievaluasi untuk mengarungi kompetisi yang sesungguhnya. Beberapa diantaranya adalah kurang ada sosok striker baik yang bertipe target-man ataupun yang mampu membuka ruang menarik pemain belakang keuar dari posisinya. Memang kehilangan sergio di babak ini sangat terasa dampaknya, namun ketika sergio main pun kelemahan ini masih terasa. Terlihat dari jumlah gol persib selama di babak penyisihan maupun 8 besar yang bisa dibilang sedikit untuk tim sebesar persib. Problem ini sejalan dengan kurang adanya sosok gelandang cerdas nan kreatif yang mampu berikir cepat dan tepat mencari alternatif ketika suatu built-up serangan yang dibangun menenemui jalan buntu. Terlihat dari pertandingan tadi persib terlalu memanfaatkan lebar lapangan yang sedikitnya sudah mampu diantisipasi oleh tim lawan. Ataupun kurang gelandang yang mampu berinsiatif mengobrak–ngabrik pertahanan lawan dengan penetrasi-penetrasi cantiknya. Semakin sulit move on dari sosok si ganteng tur soleh Makan Konate jika melihat kondisi sekarang.
Memang banyak stok gelandang yang dimiliki persib, namun hampir semua tipe permainannya agak kedalam. Benar kata djanur persib membutuhkan sosok gelandang yang memiliki visi bagus, dan juga memiliki naluri pembunuh.Belum terlambat untuk mencari sosok orang tersebut, dengan masih jauhnya waktu kick off liga 1 dan masih belum selesai dalam menseleksi pemain dari banyak negara. Namun jika tidak segera dicari akan menjadi masalah yang besar di liga yang sebenarnya nanti.
Yang tak kalah penting dari masalah striker dan gelandang, adalah masih belum padunya lini belakang di tubuh Persib. Kuartet lini belakang persib masih belum menemukan bentu permainan terbaiknya, terutama duet Vlado-Jupe. Belum terlihat ketangguhan seperti pada saat ISL 2014. Gol PBFC seharusnya tidak terjadi jika lini belakang persib mampu konsentrasi dan fokus terhadap pergerakan lawan di kotak pinalti. Dua pemain PBFC yang berbahaya dengan kepalanya dibiarkan bebas bergerak di kotak pinalti pada saat adanya serangan lawan, kejadian ini sangat diharamkan dalam suatu organisasi permainan khususnya pemain belakang.Begitu pula pada beberapa momen selanjutnya pada saat persib diserang oleh tim lawan. Hal yang menjadi pekerjaan rumah bagi kubu persib di lini belakang adalah kurangnya pemain yang mampu melapis duet Vlado-Jupe. Karena di liga nanti bukan tidak mungkin salah satu pemain atau mungkin keduanya dari duet ini absen pada saat pertandingan. Wildan masih belum bisa memberikan ketenangan bagi lini pertahanan, begitu juga pemain promosi diklat persib Sugianto. Perlu diingat juga pemain tersebut belum teruji di laga yang krusial yang akan sering dihadapi di liga 1 nanti.
Disamping banyaknya hal yang harus dievaluasi dari kubu persib setidaknya beberapa hal yang patut diberikan apresiasi dan ditingkatkan terus antara lain semangat juang pemain. Semua pemain berjuang eweuh kacapelumpat kaditu kadieu. Hal ini yang harus dipertahankan bukan hanya dilaga kandang tapi juga pada saat tandang nanti. Dan semakin matangnya Henhen, Febri, dan Zola. Maung Ngora yang diharapkan menjadi penerus di masa yang akan datang. Hiji deui nu kudu diapresiasi yaitu bobotoh yang semakin dewasa, tanpa ada yel-yel rasis. Hampir semua bobotoh dari berbagai penjuru tribun berteriak satu suara memberi dukungan, bukan mengejek tim maupun suporter lawan. Biarlah suporter lain rasis tapi jangan untuk bobotoh. Bobotoh kudu santun !
Akhir kata, Terima Kasih PBFC telah memberikan pelajaran yang berharga, terima kasih juga Piala Presiden sudah menjadi ajang evaluasi bagi Persib. Tenang sib, KITA BALAS DI LIGA 1 ! dan WE WILL STAY BEHIND YOU SIB, AS ALWAYS !!
Penulis seorang bobotoh yang sedang LDR dengan persib yang awam soal strategi sepak bola yang selalu bergembira ketika persib menang, dan selalu mendukung dan mencoba tegar ketika kalah :’). Dapat ditemui juga di akun twitter @verioputra.

buat kim jepri,,jangan bersedih,jangan merasa bersalah…perjuangan mu sudah maksimal,,saya bangga pada mu..saya salut buat pemain persib lainnya yg begitu semangat.AYO BANGKIT SIB……BANGKIT…….
Sebagian besar unek2 kuring tos terwakili di ieu artikel.
Selebihna kedah terus ditingkatkeun deui faktor2 penunjang prestasi.
Balas di liga 1!
alus artikel na .. mantap kang
Alus euy,,,artikelna jadi sedih macana,,,ha yang ngajerit maratan langit ngoceak maratan jagat ku saentosna macam artikel ieu teh
keren…keren pisan…!, tambahan; coach teu wani ngasupkeun Jasuk. kenapa Jasuk..?, memang banyak orang meragukan dia. tapi menurutku dia adalah lebih baik dalam hal menyerang walau kurang dalam bertahan. artinya disaat kita butuh gol harusnya tipikal bek “sayap” yang lebih nyerang dimasukkan. kalau kemarin kan terlihat kurang sokongan dari tony maupun supardi. why….!
si febri melempem eta we nu bisa di sampaikan ku saya mh lah
ameh kabaca ku si febrina ameh mikir
aslina salut buat bobotoh (y) kuring bangga sbg warga jabar…
Mikir febri, lamun geus hese neangan jalan lain, tuker jeng pamaen kenca !
MK 10 jeung F.Sinaga tarik deui ka PERSIB “JUARA” !!! INSYA ALLAH LIGA 1 “PERSIB JUARA” deui. AMIN YA ROBBAL ALAMIN. FROM :A3 (Akumah Apa Atuh)
KA WA JANUR ENGGAL MILARI PEMAIN ANU HADE, ANU JARAGO NEMBAK PINALTI, KATINGGALI PERSIB TEU SIAP MAYUNAN PINALTI, SEMENTARA TIM LAWAN SUDAH MEMPERSIAPKAN DIRI ( BAHKAN KEYAKINANNYA LUAR BIASA 10.000 %), PATUTU DICONTOH OLEH PERSIB, KLUB DI BAWAH PERSIB MAMPU MEMBALIKKAN FAKTA KEKUATAN ( PERSIB HARUS SEGERA BEBENAH) JANGAN TERUS KECEWA
#PERSIBABADANABADAN <3
hade?????