(Arena Bobotoh) Terbentur, Terbentur, Terbentur, Terbentuk!
Tuesday, 07 August 2018 | 15:15
Judul tulisan ini merupakan kutipan populer dari salah satu tokoh nasional, Tan Malaka. Dalam kutipan ini, diperlihatkan bahwa untuk mencapai hasil yang diinginkan, banyak proses yang harus dilalui dan banyak diantara proses-proses tersebut merupakan proses yang jauh dari kata nyaman. Kutipan tersebut nampaknya cocok dengan apa yang dialami oleh Persib Bandung semenjak masa persiapan, selama putaran pertama Liga 1 2018, dan beberapa pertandingan awal di putaran kedua. Banyak hal-hal baik teknis maupun non-teknis yang seolah menghambat Pangeran Biru untuk kembali berprestasi setelah musim kelam di kompetisi tahun lalu.
Pra-Musim dan Para Punggawa Baru
Persib memulai pra-musim pada kompetisi tahun ini dengan mendatangkan mantan pelatih Johor Darul Ta’zim, Roberto Carlos Mario Gomez. Meskipun namanya tidak sepopuler Rahmad Darmawan –yang digadang-gadang akan didatangkan– di Indonesia, rekam jejak pelatih yang pernah membawa JDT menjuarai AFC Cup pada tahun 2015 ini sangat mentereng dan memiliki segudang pengalaman di level sepakbola teratas. Namun, tidak seperti pelatih baru yang memiliki reputasi mendunia, materi pemain baru yang didatangkan tergolong biasa-biasa saja. Kembalinya Eka Ramdani dan Airlangga Sucipto serta dikontraknya dua pemain seleksi Ardi Idrus dan Muhammad Fisabillah sempat membuat bobotoh cemas karena hampir setiap tahun skuad Persib merupakan skuad yang “mewah”. Selain itu, kepergian Achmad Jufriyanto dan tidak didaftarkannya Michael Essien di skuad menambah keresahan bobotoh akan materi tim kebangaan masyarakat Jawa Barat ini. Meskipun Persib juga mendatangkan nama-nama seperti Victor Igbonefo, Muchlis Hadi, dan Ghozali Siregar, serta trio pemain asing baru Oh In-Kyun, Jonathan Bauman, dan Bojan Malisic, tidak bisa dipungkiri bahwa banyak bobotoh (termasuk saya) ragu akan kedalaman skuad Persib tahun ini. Hal ini terjadi karena reputasi pemain-pemain tersebut memang tidak sementereng nama-nama yang diisukan akan bergabung seperti Andik Vermansyah, dan beberapa pemain nasional lainnya.
Awal Musim yang Kelam
Seperti tahun-tahun sebelumnya, sebelum kompetisi resmi dimulai, selalu diadakan turnamen pra-musim, Piala Presiden. Pada edisi kali ini, Persib tampil kembali sebagai tuan rumah di babak grup. Namun, hasil yang didapat Persib jauh dari 2 edisi sebelumnya. Pada edisi kali ini, Persib bahkan tidak bisa lolos dari fase grup dan hanya menempati peringkat ketiga. Hasil ini membuat publik sepakbola Bandung dan Jawa Barat cemas walaupun tidak sedikit yang tetap beranggapan bahwa hasil ini hanyalah pra-musim semata yang belum tentu menjadi tolok ukur keberhasilan tim pada kompetisi yang sesunguhnya.
Liga 1 akhirnya dimulai setelah mengalami beberapa penundaan karena satu hal dan lainnya. Persib memulai pertandingan pertama dengan menjamu PS TIRA di stadion GBLA. Saat itu, Persib tidak didampingi oleh sang pelatih yang harus pulang ke Argentina karena ada hal pribadi yang tidak bisa ditinggalkan. Walaupun sang penerjemah (atau mungkin asisten) tetap mendampingi tim, ia gagal mengangkat performa tim. Pada dua pertandingan awal, Persib mendapat hasil minor yaitu satu seri dan satu kekalahan di Palembang oleh Sriwijaya FC. Rentetan hasil minor dari awal musim ditambah tidak adanya peningkatan kualitas skuad secara signifikan membuat bobotoh semakin cemas dengan kondisi tim. Tentunya bobotoh masih teringat dengan hasil buruk yang dialami Persib pada musim yang lalu.
Kedalaman Skuad dan Sanksi yang Terus Mengintai
Kembalinya Gomez pada pertandingan ketiga memang membawa dampak positif. Persib berhasil mengalahkan Mitra Kukar di Bandung. Namun, seiring berjalannya musim, Persib jarang sekali tampil dengan kekuatan penuh, bahkan menurut catatan akun twitter @bandungfootball hanya di dua pertandingan Persib main dengan kekuatan penuhnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan Persib sering tampil pincang, diantaranya: cidera pemain, pemanggilan pemain oleh tim nasional, dan sanksi kartu dan sanksi tambahan lainnya. Faktor terkahir merupakan faktor penyumbang terbesar pada kepincangan Persib musim ini. Ezechiel N’Douassel menjadi salah satu pemain yang sering absen karena hukuman akumulasi kartu, tak hanya akumulasi kartu, sanksi tambahan pun kerap didapat oleh pemain Persib, Supardi Nasir sempat terkena hukuman empat pertandingan, dan yang teranyar Ezechiel harus menepi sebanyak dua pertandingan. Memang komdis PSSI nampaknya sangat tegas jika yang bersalah itu pemain Persib. Sementara itu, jika pemain tim tertentu yang bersalah, mereka hare’-hare’ saja, ah entahlah!
Konsistensi Membawa Hasil
Seperti dijelaskan di bagian selanjutnya, musim ini Nampak banyak masalah menghampiri Persib, namun, justru dari masalah-masalah itu, para pemain dan pelatih bisa tetap solid dan konsisten untuk tampil positif. Meskipun ada beberapa pertandingan yang berakhir minor, Persib mampu tampil konsisten menuju akhir paruh pertama. Hasilnya, Persib mampu menjadi pemuncak klasemen dan menjadi juara paruh musim, bahkan Persib masih konsisten tampil positif sampai pekan ke 19. Kemampuan Gomez mengakali “akal-akalan bengkel” komdis PSSI membuat Persib tetap tampil oke dan menghasilkan hasil positif di laga-laga yang mereka jalani. Bahkan, Persib mampu meraih 7 poin dari tiga pertandingan tandang beruntun yang dijalani di akhir putaran pertama dan awal putaran kedua. Persib musim ini tidak akan jauh dari masalah baik itu teknis maupun non-teknis. Namun, kemampuan tim untuk tetap solid membuat hasil “benturan-benturan” itu membentuk Persib menjadi tim yang solid.
When you’ve been fighting for it all your life
You’ve been struggling to make things right
That’s how a superhero learns to fly
Every day, every hour, turn the pain into power
(The Script – Superheroes)
Ditulis oleh Reza Maulana, Bobotoh dengan akun Twitter @rezaatm

Judul tulisan ini merupakan kutipan populer dari salah satu tokoh nasional, Tan Malaka. Dalam kutipan ini, diperlihatkan bahwa untuk mencapai hasil yang diinginkan, banyak proses yang harus dilalui dan banyak diantara proses-proses tersebut merupakan proses yang jauh dari kata nyaman. Kutipan tersebut nampaknya cocok dengan apa yang dialami oleh Persib Bandung semenjak masa persiapan, selama putaran pertama Liga 1 2018, dan beberapa pertandingan awal di putaran kedua. Banyak hal-hal baik teknis maupun non-teknis yang seolah menghambat Pangeran Biru untuk kembali berprestasi setelah musim kelam di kompetisi tahun lalu.
Pra-Musim dan Para Punggawa Baru
Persib memulai pra-musim pada kompetisi tahun ini dengan mendatangkan mantan pelatih Johor Darul Ta’zim, Roberto Carlos Mario Gomez. Meskipun namanya tidak sepopuler Rahmad Darmawan –yang digadang-gadang akan didatangkan– di Indonesia, rekam jejak pelatih yang pernah membawa JDT menjuarai AFC Cup pada tahun 2015 ini sangat mentereng dan memiliki segudang pengalaman di level sepakbola teratas. Namun, tidak seperti pelatih baru yang memiliki reputasi mendunia, materi pemain baru yang didatangkan tergolong biasa-biasa saja. Kembalinya Eka Ramdani dan Airlangga Sucipto serta dikontraknya dua pemain seleksi Ardi Idrus dan Muhammad Fisabillah sempat membuat bobotoh cemas karena hampir setiap tahun skuad Persib merupakan skuad yang “mewah”. Selain itu, kepergian Achmad Jufriyanto dan tidak didaftarkannya Michael Essien di skuad menambah keresahan bobotoh akan materi tim kebangaan masyarakat Jawa Barat ini. Meskipun Persib juga mendatangkan nama-nama seperti Victor Igbonefo, Muchlis Hadi, dan Ghozali Siregar, serta trio pemain asing baru Oh In-Kyun, Jonathan Bauman, dan Bojan Malisic, tidak bisa dipungkiri bahwa banyak bobotoh (termasuk saya) ragu akan kedalaman skuad Persib tahun ini. Hal ini terjadi karena reputasi pemain-pemain tersebut memang tidak sementereng nama-nama yang diisukan akan bergabung seperti Andik Vermansyah, dan beberapa pemain nasional lainnya.
Awal Musim yang Kelam
Seperti tahun-tahun sebelumnya, sebelum kompetisi resmi dimulai, selalu diadakan turnamen pra-musim, Piala Presiden. Pada edisi kali ini, Persib tampil kembali sebagai tuan rumah di babak grup. Namun, hasil yang didapat Persib jauh dari 2 edisi sebelumnya. Pada edisi kali ini, Persib bahkan tidak bisa lolos dari fase grup dan hanya menempati peringkat ketiga. Hasil ini membuat publik sepakbola Bandung dan Jawa Barat cemas walaupun tidak sedikit yang tetap beranggapan bahwa hasil ini hanyalah pra-musim semata yang belum tentu menjadi tolok ukur keberhasilan tim pada kompetisi yang sesunguhnya.
Liga 1 akhirnya dimulai setelah mengalami beberapa penundaan karena satu hal dan lainnya. Persib memulai pertandingan pertama dengan menjamu PS TIRA di stadion GBLA. Saat itu, Persib tidak didampingi oleh sang pelatih yang harus pulang ke Argentina karena ada hal pribadi yang tidak bisa ditinggalkan. Walaupun sang penerjemah (atau mungkin asisten) tetap mendampingi tim, ia gagal mengangkat performa tim. Pada dua pertandingan awal, Persib mendapat hasil minor yaitu satu seri dan satu kekalahan di Palembang oleh Sriwijaya FC. Rentetan hasil minor dari awal musim ditambah tidak adanya peningkatan kualitas skuad secara signifikan membuat bobotoh semakin cemas dengan kondisi tim. Tentunya bobotoh masih teringat dengan hasil buruk yang dialami Persib pada musim yang lalu.
Kedalaman Skuad dan Sanksi yang Terus Mengintai
Kembalinya Gomez pada pertandingan ketiga memang membawa dampak positif. Persib berhasil mengalahkan Mitra Kukar di Bandung. Namun, seiring berjalannya musim, Persib jarang sekali tampil dengan kekuatan penuh, bahkan menurut catatan akun twitter @bandungfootball hanya di dua pertandingan Persib main dengan kekuatan penuhnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan Persib sering tampil pincang, diantaranya: cidera pemain, pemanggilan pemain oleh tim nasional, dan sanksi kartu dan sanksi tambahan lainnya. Faktor terkahir merupakan faktor penyumbang terbesar pada kepincangan Persib musim ini. Ezechiel N’Douassel menjadi salah satu pemain yang sering absen karena hukuman akumulasi kartu, tak hanya akumulasi kartu, sanksi tambahan pun kerap didapat oleh pemain Persib, Supardi Nasir sempat terkena hukuman empat pertandingan, dan yang teranyar Ezechiel harus menepi sebanyak dua pertandingan. Memang komdis PSSI nampaknya sangat tegas jika yang bersalah itu pemain Persib. Sementara itu, jika pemain tim tertentu yang bersalah, mereka hare’-hare’ saja, ah entahlah!
Konsistensi Membawa Hasil
Seperti dijelaskan di bagian selanjutnya, musim ini Nampak banyak masalah menghampiri Persib, namun, justru dari masalah-masalah itu, para pemain dan pelatih bisa tetap solid dan konsisten untuk tampil positif. Meskipun ada beberapa pertandingan yang berakhir minor, Persib mampu tampil konsisten menuju akhir paruh pertama. Hasilnya, Persib mampu menjadi pemuncak klasemen dan menjadi juara paruh musim, bahkan Persib masih konsisten tampil positif sampai pekan ke 19. Kemampuan Gomez mengakali “akal-akalan bengkel” komdis PSSI membuat Persib tetap tampil oke dan menghasilkan hasil positif di laga-laga yang mereka jalani. Bahkan, Persib mampu meraih 7 poin dari tiga pertandingan tandang beruntun yang dijalani di akhir putaran pertama dan awal putaran kedua. Persib musim ini tidak akan jauh dari masalah baik itu teknis maupun non-teknis. Namun, kemampuan tim untuk tetap solid membuat hasil “benturan-benturan” itu membentuk Persib menjadi tim yang solid.
When you’ve been fighting for it all your life
You’ve been struggling to make things right
That’s how a superhero learns to fly
Every day, every hour, turn the pain into power
(The Script – Superheroes)
Ditulis oleh Reza Maulana, Bobotoh dengan akun Twitter @rezaatm

alusan tulisan ieu batan tulisan “tim gacong” nu di pin di front page wae