(Arena Bobotoh) Surat dari Balkan Atas Kegagalan Persib Bandung di Piala Menpora 2021
Tuesday, 27 April 2021 | 17:23
Final menghadapi Persija sudah berakhir dengan skor 1-4 dan trofi juara pergi lagi ke Jakarta.
Sebagai mantan pemain yang menghabiskan waktu empat tahun di Persib Bandung, saya sangat kecewa dengan hasil dan cara bermain tim. Para pemain berpengalaman sembunyi dari tanggung jawabnya. Dan memberi alasan bahwa trofi ini tidak penting seperti yang dikatakan pelatih dan beberapa pemain penting juga pemain berpengalaman.
Sebagai mantan pemain, saya bisa katakan: “SETIAP TROFI DARI SETIAP KOMPETISI ITU PENTING JIKA KAMU ADALAH PEMAIN ATAU PELATIH PERSIB BANDUNG.”
Saya sangat kecewa. Setelah hancur di final Piala Menpora, satu-satunya yang dijadikan tumbal adalah kapten dari tim nasional Afghanistan yang baru datang 2-3 hari sebelum turnamen ini dimulai.
Siapa yang memilih dan membawa pemain itu? Siapa yang menempatkannya di starting eleven? Dan pada akhirnya, jika ini adalah pramusim, kenapa orang itu tidak mendapatkan kesempatannya untuk melakukan persiapan dengan tim dan menunjukkan potensi dia yang sebenarnya?
Yang pertama, kita bisa menganalisa barisan belakang. Dua pemain asing berpengalaman yang seakan menjadi pemimpin di dalam tim bisa kebobolan 11 gol dari 8 laga. Artinya kebobolan hampir 1,5 gol di setiap pertandingan.
Lalu bagaimana kita memilih kapten di dalam tim? Ketimbang legenda hidup, pemain yang sudah lama dan masih berada di tim dalam waktu yang lama, pelatih lebih memilih kapten yang baru sekitar dua tahun di Persib, dibanding Made, Supardi, Jufriyanto, Dedi atau Febri.
Pertandingan melawan Persiraja, Bali United, PS Sleman dua kali, kalian sangat menderita. Dan pertandingan melawan Persija di akhir menunjukkan bagaimana kalian menatap laga itu dengan serius. Serius seperti semua berjoget di ruang ganti seperti yang kamu lakukan hampir setiap hari, bercanda di latihan dan juga membuat video lucu untuk media sosial. Yang mana itu bukanlah hal yang perlu.
Itu tidak benar bagi suporter yang menantikan trofi itu, yang menunggu trofi dari laga melawan rival abadi dari Jakarta.
Pada akhirnya, jangan hanya mengevaluasi kapten Afghanistan, Noor. Mulailah dari pencapaian pelatih yang sudah 2,5 tahun berada di klub dan bekerja dengan setiap pemain di tim. Jangan menjadi selebriti dan mulailah bermain dan berjuang!

Di akhir, saya ulangi lagi wawancara dari pemain asing, Nick Kuipers yang bicara sebelum turnamen ini, bahwa yang terpenting dari kompetisi ini adalah tim menjadi bagus, atau wawancara pelatih yang menyebut turnamen ini tidak penting.
Sebagai pemain yang menghabiskan waktu terbaik dalam karir sebagai pemain di Persib Bandung, SAYA KATAKAN PADA KALIAN BAHWA SETIAP PERTANDINGAN, di liga, turnamen atau uji coba melawan PERSIJA JAKARTA ITU SANGATLAH PENTING, KARENA SEMUA TAHU, SEBERAPA BERHARGANYA SETIAP KEMENANGAN MELAWAN MEREKA, TERUTAMA DI PARTAI FINAL!!!
Untuk Bobotoh, tolong jangan rusak kantor Persib, Persib store, atau kantor manajemen. Manajemen selalu berbuat yang terbaik di setiap musimnya untuk mempersiapkan pemain dan untuk kita menjadi hebat di klub dan kota Bandung.
Berbuatlah yang terbaik, dukung tim dan para pemain ketika kalah ataupun menang. Karena Bobotoh adalah suporter terbaik di antara semua pendukung yang ada di Indonesia.
—
Saya menekankan, saya tidak mengkritik tim ini karena saya ingin kembali ke Persib. Saya hanya mengkritisi sebagai mantan pemain dan sebagai pendukung sebagaimana yang saya lihat. Semua orang tahu dan pasti merasakan bedanya turnamen pra-musim, atau liga. Apa artinya sebuah kemenangan melawan Persija, dan apa bedanya dengan sebuah kemenangan melawan beberapa tim kecil.
Jadi, kamu tidak bisa bersantai tanpa spirit dan tanpa motivasi ketika kamu sedang bermain melawan Persija.
Ditulis oleh Vladimir Vujovic, mantan pemain yang membawa Persib Bandung juara Liga Super Indonesia 2014.

Final menghadapi Persija sudah berakhir dengan skor 1-4 dan trofi juara pergi lagi ke Jakarta.
Sebagai mantan pemain yang menghabiskan waktu empat tahun di Persib Bandung, saya sangat kecewa dengan hasil dan cara bermain tim. Para pemain berpengalaman sembunyi dari tanggung jawabnya. Dan memberi alasan bahwa trofi ini tidak penting seperti yang dikatakan pelatih dan beberapa pemain penting juga pemain berpengalaman.
Sebagai mantan pemain, saya bisa katakan: “SETIAP TROFI DARI SETIAP KOMPETISI ITU PENTING JIKA KAMU ADALAH PEMAIN ATAU PELATIH PERSIB BANDUNG.”
Saya sangat kecewa. Setelah hancur di final Piala Menpora, satu-satunya yang dijadikan tumbal adalah kapten dari tim nasional Afghanistan yang baru datang 2-3 hari sebelum turnamen ini dimulai.
Siapa yang memilih dan membawa pemain itu? Siapa yang menempatkannya di starting eleven? Dan pada akhirnya, jika ini adalah pramusim, kenapa orang itu tidak mendapatkan kesempatannya untuk melakukan persiapan dengan tim dan menunjukkan potensi dia yang sebenarnya?
Yang pertama, kita bisa menganalisa barisan belakang. Dua pemain asing berpengalaman yang seakan menjadi pemimpin di dalam tim bisa kebobolan 11 gol dari 8 laga. Artinya kebobolan hampir 1,5 gol di setiap pertandingan.
Lalu bagaimana kita memilih kapten di dalam tim? Ketimbang legenda hidup, pemain yang sudah lama dan masih berada di tim dalam waktu yang lama, pelatih lebih memilih kapten yang baru sekitar dua tahun di Persib, dibanding Made, Supardi, Jufriyanto, Dedi atau Febri.
Pertandingan melawan Persiraja, Bali United, PS Sleman dua kali, kalian sangat menderita. Dan pertandingan melawan Persija di akhir menunjukkan bagaimana kalian menatap laga itu dengan serius. Serius seperti semua berjoget di ruang ganti seperti yang kamu lakukan hampir setiap hari, bercanda di latihan dan juga membuat video lucu untuk media sosial. Yang mana itu bukanlah hal yang perlu.
Itu tidak benar bagi suporter yang menantikan trofi itu, yang menunggu trofi dari laga melawan rival abadi dari Jakarta.
Pada akhirnya, jangan hanya mengevaluasi kapten Afghanistan, Noor. Mulailah dari pencapaian pelatih yang sudah 2,5 tahun berada di klub dan bekerja dengan setiap pemain di tim. Jangan menjadi selebriti dan mulailah bermain dan berjuang!
Di akhir, saya ulangi lagi wawancara dari pemain asing, Nick Kuipers yang bicara sebelum turnamen ini, bahwa yang terpenting dari kompetisi ini adalah tim menjadi bagus, atau wawancara pelatih yang menyebut turnamen ini tidak penting.
Sebagai pemain yang menghabiskan waktu terbaik dalam karir sebagai pemain di Persib Bandung, SAYA KATAKAN PADA KALIAN BAHWA SETIAP PERTANDINGAN, di liga, turnamen atau uji coba melawan PERSIJA JAKARTA ITU SANGATLAH PENTING, KARENA SEMUA TAHU, SEBERAPA BERHARGANYA SETIAP KEMENANGAN MELAWAN MEREKA, TERUTAMA DI PARTAI FINAL!!!
Untuk Bobotoh, tolong jangan rusak kantor Persib, Persib store, atau kantor manajemen. Manajemen selalu berbuat yang terbaik di setiap musimnya untuk mempersiapkan pemain dan untuk kita menjadi hebat di klub dan kota Bandung.
Berbuatlah yang terbaik, dukung tim dan para pemain ketika kalah ataupun menang. Karena Bobotoh adalah suporter terbaik di antara semua pendukung yang ada di Indonesia.
—
Saya menekankan, saya tidak mengkritik tim ini karena saya ingin kembali ke Persib. Saya hanya mengkritisi sebagai mantan pemain dan sebagai pendukung sebagaimana yang saya lihat. Semua orang tahu dan pasti merasakan bedanya turnamen pra-musim, atau liga. Apa artinya sebuah kemenangan melawan Persija, dan apa bedanya dengan sebuah kemenangan melawan beberapa tim kecil.
Jadi, kamu tidak bisa bersantai tanpa spirit dan tanpa motivasi ketika kamu sedang bermain melawan Persija.
Ditulis oleh Vladimir Vujovic, mantan pemain yang membawa Persib Bandung juara Liga Super Indonesia 2014.

Teang next Vlado..!!