(Arena Bobotoh) Semua Membicarakan Haringga Sirla
Tuesday, 25 September 2018 | 18:21
Tulisan ini bukan bermaksud menghilangkan rasa berbela sungkawa. Sepenuh hati, penulis berbela sungkawa terhadap meninggalnya Haringga Sirla dan mengecam keras prilaku biadab di GBLA hari Minggu lalu.
Pertandingan Persib melawan Persija adalah pertandingan yang banyak dinanti, animo tinggi, harga tiket tinggi, hingga tensi pertandingan pun yang ikut-ikutan tinggi. Persib berhasil menyudahi pertandingan dengan hasil manis. Mencetak gol penentu saat menit akhir yang memastikan Persib meraih tiga poin dan semakin kokoh di puncak klasemen.
Diakhir laga, saya masih kebingungan dengan siapa yg mencetak gol penentu, namun semua terjawab ketika panpel mengumumkan sang pahlawan itu adalan Bojan Malisic. Tak lama dari itu, lampu stadion dimatikan, kami berbondong-bondong menuju parkir kendaraan. Sejenak beristirahat dan membukan sosial media dan tak lain hanya untuk melihat cuplikan laga, bagaimana gol-gol tercipta, serta euporia yang sudah terasa di lini masa.
Melanjutkan perjalanan pulang dengan hati yang gegap gempita. Selamat sampai rumah dengan rombongan secara bersama. Kembali membukan lini masa, kami dikejutkan dengan berita duka, bahwa sebelum pertandingan dimulai justru sudah ada supporter yang meregang nyawa. Tak lama berselang, broadcast messages mulai bermunculan, menyebarkan video kejadian lengkap dengan kronologis laporan dari kepolisian. Jujur, saya tahu semua itu justru saat sampai dirumah, di Stadion tak terdengar berita apapun kecuali gas-gas air mata dari polisi yang terasa hingga kedalam Stadion.
Kemenangan yang diraih secara manis ini justru menjadi pahit karena berita duka. Malam yang harusnya penuh euporia justru berganti menjadi kelam bela sungkawa. Begitupun dengan lini masa, ini bukan masalah Bobotoh – The Jak, ataupun seluruh supporter di Indonesia yang bicara, melainkan hamper semua social media. Dari mulai selebtwit, selewgram, hingga selebritis mengucapkan bela sungkawa dan mengecam kekerasan yang terjadi siang itu. Termasuk orang-orang awam yang tak tahu pokok akar rumput permasalahan, yang jelas kejadin itu menjadi buah bibir dimana-mana.
IMHO. Siapapun, berhak bicara mengenai kejadian ini. Karena (1) mereka bicara atas dasar kemanusiaan, atas dasar mengecam keras aksi keji dan biadad tidak berprikemanusiaan. (2) meraka takut bahwa suatu saat nanti justru, mereka, kerabat, ataupun keluarga mereka sendiri yang mejadi korban atas rivalitas ini.
Sejenak ingin sekali menanggapi celotehan para netizen yang seperti tahu akan segalanya, tapi apadaya, menjelasakan segalanya pada mereka seperti “menabur garam di lautan” ujar teman dalam obrolan siang ini. Isu-isu sanksi mulai bermunculan dari mulai larangan menonton bagi Bobotoh, pengurangan poin, hingga dibekukannya Liga Indonesia. Kejadian ini sudah menjadi issue Negara, bagaimana tidak semua media menggoreng berita akan tetap laku dimana-mana. Social Media sungguh memperkeruh suasana, semakin banyak saja yang bespekulasi tanpa tahu cerita dari kedua sisi.
Sepakbola adalah sebakbola, kriminalitas adalah kriminalitas. Kedunya bisa dipisahkan, karena jelas bukan suatu kesatuan. Viking sudah berjanji akan mengawal kasus ini. Apakah wajar jika harus dilakukan pengurangan poin? Tidak! Itu hanyalah langkah kalian menghalangi kami menuju tangga juara. Apalagi jika memang sepakbola harus dibekukan dari Negara ini.Sejatinya sepakbola adalah hiburan masyarakat, bukan ancaman masyarakat. Sepakbola adalah lambang perdamaian, persatuan dan kesatuan. Masihkah harus menjatuhkan korban.
Ingat, ketika kulitmu terluka karena cakaran, yang harus kalian potong adalah kukunya, bukan tangannya!!
Haringga Sirla,
Dibawah gelap bela sungkawa,
Diriuh rebut lini masa,
Semoga kau terang dan tenang disana.
#RIPHaringga
Ditulis oleh Muhammad Luthfi Fadhlullah sering berkicau di akun @MLFadhlullah

Tulisan ini bukan bermaksud menghilangkan rasa berbela sungkawa. Sepenuh hati, penulis berbela sungkawa terhadap meninggalnya Haringga Sirla dan mengecam keras prilaku biadab di GBLA hari Minggu lalu.
Pertandingan Persib melawan Persija adalah pertandingan yang banyak dinanti, animo tinggi, harga tiket tinggi, hingga tensi pertandingan pun yang ikut-ikutan tinggi. Persib berhasil menyudahi pertandingan dengan hasil manis. Mencetak gol penentu saat menit akhir yang memastikan Persib meraih tiga poin dan semakin kokoh di puncak klasemen.
Diakhir laga, saya masih kebingungan dengan siapa yg mencetak gol penentu, namun semua terjawab ketika panpel mengumumkan sang pahlawan itu adalan Bojan Malisic. Tak lama dari itu, lampu stadion dimatikan, kami berbondong-bondong menuju parkir kendaraan. Sejenak beristirahat dan membukan sosial media dan tak lain hanya untuk melihat cuplikan laga, bagaimana gol-gol tercipta, serta euporia yang sudah terasa di lini masa.
Melanjutkan perjalanan pulang dengan hati yang gegap gempita. Selamat sampai rumah dengan rombongan secara bersama. Kembali membukan lini masa, kami dikejutkan dengan berita duka, bahwa sebelum pertandingan dimulai justru sudah ada supporter yang meregang nyawa. Tak lama berselang, broadcast messages mulai bermunculan, menyebarkan video kejadian lengkap dengan kronologis laporan dari kepolisian. Jujur, saya tahu semua itu justru saat sampai dirumah, di Stadion tak terdengar berita apapun kecuali gas-gas air mata dari polisi yang terasa hingga kedalam Stadion.
Kemenangan yang diraih secara manis ini justru menjadi pahit karena berita duka. Malam yang harusnya penuh euporia justru berganti menjadi kelam bela sungkawa. Begitupun dengan lini masa, ini bukan masalah Bobotoh – The Jak, ataupun seluruh supporter di Indonesia yang bicara, melainkan hamper semua social media. Dari mulai selebtwit, selewgram, hingga selebritis mengucapkan bela sungkawa dan mengecam kekerasan yang terjadi siang itu. Termasuk orang-orang awam yang tak tahu pokok akar rumput permasalahan, yang jelas kejadin itu menjadi buah bibir dimana-mana.
IMHO. Siapapun, berhak bicara mengenai kejadian ini. Karena (1) mereka bicara atas dasar kemanusiaan, atas dasar mengecam keras aksi keji dan biadad tidak berprikemanusiaan. (2) meraka takut bahwa suatu saat nanti justru, mereka, kerabat, ataupun keluarga mereka sendiri yang mejadi korban atas rivalitas ini.
Sejenak ingin sekali menanggapi celotehan para netizen yang seperti tahu akan segalanya, tapi apadaya, menjelasakan segalanya pada mereka seperti “menabur garam di lautan” ujar teman dalam obrolan siang ini. Isu-isu sanksi mulai bermunculan dari mulai larangan menonton bagi Bobotoh, pengurangan poin, hingga dibekukannya Liga Indonesia. Kejadian ini sudah menjadi issue Negara, bagaimana tidak semua media menggoreng berita akan tetap laku dimana-mana. Social Media sungguh memperkeruh suasana, semakin banyak saja yang bespekulasi tanpa tahu cerita dari kedua sisi.
Sepakbola adalah sebakbola, kriminalitas adalah kriminalitas. Kedunya bisa dipisahkan, karena jelas bukan suatu kesatuan. Viking sudah berjanji akan mengawal kasus ini. Apakah wajar jika harus dilakukan pengurangan poin? Tidak! Itu hanyalah langkah kalian menghalangi kami menuju tangga juara. Apalagi jika memang sepakbola harus dibekukan dari Negara ini.Sejatinya sepakbola adalah hiburan masyarakat, bukan ancaman masyarakat. Sepakbola adalah lambang perdamaian, persatuan dan kesatuan. Masihkah harus menjatuhkan korban.
Ingat, ketika kulitmu terluka karena cakaran, yang harus kalian potong adalah kukunya, bukan tangannya!!
Haringga Sirla,
Dibawah gelap bela sungkawa,
Diriuh rebut lini masa,
Semoga kau terang dan tenang disana.
#RIPHaringga
Ditulis oleh Muhammad Luthfi Fadhlullah sering berkicau di akun @MLFadhlullah

Gara gara oknum bobotoh semua merasa akn di rugikan, tinggal nunggu hukuman dri pssi apkah 3 bln persib tanpa penonton atau pengurangan poin
Kalau sampai mengurangi poin dapat berdampak besar pada posisi klasemen.
Rugi rasanya jika pengurangan poin, akibat beberapa oktum yang sok jago main hakim sendiri yang kena dampak malah merembet.
Nama Persib tercoreng, nama Bobotoh tercoreng, nama Indonesia juga tercoreng Dimata sepakbola dunia.
Pelaku pembunuhan rugi dunia dan akhirat.
-_-
naha eweuh anu komeneuy
Butuh orang pinter jeng bener untuk memberi keputusan. Sejauh ini komen abah gomes dan artikel si akang diluhur anu saya setuju.
Waspada persib keur diancam mentang2 persib keur alus mnuju juara tapi kahade loba oknum anu ti jalur pssi eta jigana rek ngajieun masalah lewih gede
jaman sekarang sosmed udah makin rame, jadi wajar klo ada kejadian kyk gini lebih ter blow up..
untuk masalah sanksi, kita sebegai supporter jg harus lebih dewasa lah dan netral. jgn sampe berpikir klo kita dapet sanksi terburuk cth kyk persib di diskualifikasi dari liga, itu adalah tindakan yg menghalangi persib utk jadi juara.. tolong jgn berpikir gt, pola pikir seperti itu adalah akar dari perselisihan.. apakah jika tim bukan persib yg di sanksi kita bakal berpikir seperti itu? tentu kemungkinan nya kecil..
ayolah berpikiran terbuka.. saya jg bobotoh.. tp saya rela jika persib di sanksi dgn sanksi terburuk, asal bisa membawa kemajuan dalam sepak bola kita.. dan itu pasti lebih terhormat, daripada kita juara tahun ini, tp di nodai dgn masalah seperti ini..
Sekarang jadi asa rame pisan, mungkin karena kebiadaban oknum Bobotoh yg merasa jagoan sehingga telah membuat orang meninggal dunia.
Tapi kita juga harus Fair, kita cashback ke belakang..
Kenapa ketika ada korban Bobotoh yg meninggal dgn kasus yg sama oleh suporter rival tidak seperti ini.
Apakah berbeda harga dan kehormatan nyawa Bobotoh dgn Suporter rival…
Padahal dari catatan yg saya tau sudah 7 orang yg meninggal karena kasus yg sama ketika pertandingan ini.
Dari total 7 orang itu menurut informasi 4 orang korban dari Bobotoh dan 3 orang korban dari pihak rival…
Mari kita adil dalam menilai…
Mari kita adab dalam mendukung tim…
Sudahi permusuhan ini,…
Mari semua pihak kita kampanye kan perdamaian dari atas sampai kebawah..
maaf sedikit ikut komen, point persib ga bisa dikurangi. kejadian itu bukan di dalam stadion.
yg bisa dihukum adalah pendukung, kasih hukuman larangan mendampingi tim dimanapun tim bertanding. minimal 6 bulan
Ingatlah dan berdoalah
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uuna. Allaahumma ajirnii fii mushiibatii wakhluf lii khairan minhaa
Oleh karena itu
Janganlah musibah ini dijadikan komoditi politik
Konyol,bener” geus teu boga iman.
Meninggalnya haringga bertepatan dg situasi politik yg mulai memanas. Medsos dan tv, surat kabar ikut meramaikan berita. Berbeda dg simpatisan persib yg dikeroyok hingga tewas disekitar sugbk jkt.stop kekerasan, stop sweeping/razia oleh kedua kubu, stop saling ejek/ledek oleh pengurus, pemain maupun supporter. Benahi manajemen pssi, LIB maupun klub .sepakbola Indonesia sedang menuju arah profesional.
Lebih indah jadi bobotoh tahun 80 – 90 an… belum bamyak bocah tamggung jadi bobotoh…
geus geus da nggeus rek kumaha deui da ngeus,,