(Arena Bobotoh) Sebuah Diary si Maung
Tuesday, 14 March 2017 | 23:00
Ruang ini akan redup kembali,
Hingar bingar tak hadir disini, lagi…
Yang terdengar hanya desahan rumput
Entah pergi?
Tidak, ku yakin tidak
Mereka masih disini
Mengisi relung di hati ini
Dear Diary…
Tidak terasa momen ini datang kembali, momen yang aku banggakan, momen yang aku tunggu, dan juga momen yang aku benci dan tidak aku harapkan. Berapa banyak tetesen keringat dan air mata yang sudah aku jatuhkan demi sebuah kehormatan. Ada masanya aku merasa hilang, namun aku yakin ini bias. Kecintaannya padakulah yang selalu bisa menguatkanku, membangkitkanku, selalu bisa membuatku tersenyum, tertawa, dan membangunkanku dikala aku terjatuh.
Tidak seperti bayangan yang hanya hadir dikala cahaya menerawang, dia selalu ada untukku.
Terkadang aku merasa disudutkan, merasa apa yang aku lakukan selalu salah. Dia kerap membentakku, mencaciku, seolah aku tidak mengerti keinginannya. Percayalah, aku berusaha untuk menjadi yang terbaik, sama sepertinya, aku lakukan apapun demi kebahagiaannya.
Ya…Kebahagiaan kami.
Dear Diary…
Entahlah…aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri, dibalik senyuman ini, aku begitu terpukul, aku sangat sedih dan kecewa. Aku lagi-lagi belum bisa memberikan apa yang mereka harapkan dariku. Aku belum bisa memberikan hadiah gelar Piala seperti yang mereka harapkan di hari ulang tahunku. Sama seperti mereka, ini bukan yang aku mau. Tetapi percayalah aku sudah berjuang maksimal untuk ini, dan Tuhan mungkin memiliki rencana yang berbeda. Maafkan aku.. Maaf
Seperti Cinta, kita tidak akan memahami arti sebuah kesetiaan, bila kita menolak untuk menerima kegagalan.
Bagiku tidak ada Juara 3, juara hanya ada satu, yang ada hanyalah peringkat tiga.
Aku harap engkau menerima gelar ini, selanjutnya bantu aku mengevaluasi diriku sendiri dan biarkan aku merenunginya, kembali aku pun dapat melihat sejauh mana kesetiaanmu padaku. Aku tahu engkau kecewa atas pencapaianku ini. Tidak puas. Ya… Aku Tahu.
Tapi aku berjanji untuk menjawab kesetiaan itu dengan hadiah gelar terbaik di Liga selanjutnya. Lagi dan lagi. Aku Janji…
Seperti tahun-tahun sebelumnya, disaat kompetisi berakhir…
Selanjutnya hari-hariku mungkin akan terasa sepi kembali. Rumahku tak lagi seramai dan seberisik dulu. Aku akan kehilangan canda tawamu. Sampai kapan? Entahlah…aku pun tak tahu.
Aku harap engkau tetap hadir untuk sekedar mengunjungiku.
Aku tahu, kamu begitu sibuknya dengan aktivitasmu di luar sana, tapi aku mohon jangan lupakan aku. Pun mungkin akan ada beberapa pemain idolamu yang pergi meninggalkanku, tetaplah jangan kurangi rasa cintamu kepadaku.
Aku semakin renta, usiaku tak lagi belia. Aku membutuhkamu untuk menjawab kedewasaan ini dengan prestasi dan profesionalitas.
Aku akan sangat merindukanmu…
Dear…
Perlu kamu tahu, tidak hanya dirimu.
Aku pun begitu bangga padamu.
Aku selalu menceritakanmu kepada Dunia.
Bagaimana besarnya dirimu, keloyalanmu, kekompakanmu, pengorbananmu demi untuk menyemangatiku berlaga.
Terkadang aku selalu tersenyum akan “kekonyolanmu”, yang membuatku berpikir untuk apa kamu melakukan semua ini,
Sehingga menyadarkanku bahwa ini bukanlah dukungan, tapi sudah ada cinta di dalamnya.
Aku terkesan denganmu,
Kamu paham aku hingga semuanya tentang aku, kamu paham.
Sementara aku? aku tidak tahu kamu seluruhnya.
Disaat berlaga, begitu banyak sekali spanduk dukungan yang engkau bentangkan di rumahku.
Mewakili berbagai daerah asalmu.
Yang bahkan aku sendiri belum pernah mengunjungi kotamu itu..
Dan kamu terima itu.
Di waktu senggangku, disaat aku tak berlaga.
Aku kerap mencari tahu kabarmu di berbagai social media.
Sekedar mengobati rasa rindu ini.
Kamu selalu bisa membuatku tersenyum dengan segala tingkah lakumu.
Kamu selalu bisa mengisi & mewarnai hari-hariku.
Kamu selalu melibatkan aku dalam berbagai momen hidupmu.
Paling tidak satu. Meyakinkanku.
Aku begitu istimewa dimatamu.
Dear…
Ya… Aku tahu apa yang kamu mau, aku paham, sangat paham.
Tapi tolong berdirilah selalu didekatku, temani aku dalam cerita ini. Cintai aku apapun keadaannya. Caramu mencintaiku dengan beribu cacian sudah aku telan sepanjang hidupku, terasa istimewa bagiku. Jangan khawatir dengan sikapmu itu lantas aku benci padamu. Justru cara itulah yang selalu aku rindukan darimu agar aku dapat terus berlari dan terbang tanpa perlu melihat ke belakang. Jadilah sayapku, mengepakkannya adalah tugasku. Temani aku wujudkan mimpi kita.
Aku tidak kesal padamu, ketika kamu tidak selalu ada di sampingku saat aku berlaga. Tapi kumohon iringi perjuanganku ini dengan doa terbaikmu agar aku selalu bisa membahagiakanmu.
Aku pun tidak tuli atau bahkan aku tidak sedang berpura-pura tuli, banyak yang merasa iri dengan kemesraan kita, aku tidak peduli itu. Terpenting jaga baik-baik kepercayaanku padamu, mungkin suatu saat kamu akan pergi selama-lamanya meninggalkanku, wariskanlah kecintaanmu itu pada anak dan cucumu, ceritakanlah kisah romantika ini kepada mereka..Jangan hanya kau ceritakan momen saat kita tertawa bersama, ceritakanlah semua masa kelam, pahit, ketika kita tertunduk menangis bersama. Iringi dengan linangan air mata. Agar mereka tahu sekuat apa cinta kita.
Hari sudah larut malam, aku sudah letih dan segera terlelap.
Sampai jumpa kawan, sampai bertemu lagi…
Di pertandingan yang entah kapan.
Untukmu yang selalu menyayangiku
– BOBOTOH –
Dariku yang akan selalu rindu dan takut kehilanganmu
-PERSIB –
Bogor, 11 Maret 2017
Penulis :
Fulltime Bobotoh, Part time Financial Analyst. Berakun twitter @razifapermana

Ruang ini akan redup kembali,
Hingar bingar tak hadir disini, lagi…
Yang terdengar hanya desahan rumput
Entah pergi?
Tidak, ku yakin tidak
Mereka masih disini
Mengisi relung di hati ini
Dear Diary…
Tidak terasa momen ini datang kembali, momen yang aku banggakan, momen yang aku tunggu, dan juga momen yang aku benci dan tidak aku harapkan. Berapa banyak tetesen keringat dan air mata yang sudah aku jatuhkan demi sebuah kehormatan. Ada masanya aku merasa hilang, namun aku yakin ini bias. Kecintaannya padakulah yang selalu bisa menguatkanku, membangkitkanku, selalu bisa membuatku tersenyum, tertawa, dan membangunkanku dikala aku terjatuh.
Tidak seperti bayangan yang hanya hadir dikala cahaya menerawang, dia selalu ada untukku.
Terkadang aku merasa disudutkan, merasa apa yang aku lakukan selalu salah. Dia kerap membentakku, mencaciku, seolah aku tidak mengerti keinginannya. Percayalah, aku berusaha untuk menjadi yang terbaik, sama sepertinya, aku lakukan apapun demi kebahagiaannya.
Ya…Kebahagiaan kami.
Dear Diary…
Entahlah…aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri, dibalik senyuman ini, aku begitu terpukul, aku sangat sedih dan kecewa. Aku lagi-lagi belum bisa memberikan apa yang mereka harapkan dariku. Aku belum bisa memberikan hadiah gelar Piala seperti yang mereka harapkan di hari ulang tahunku. Sama seperti mereka, ini bukan yang aku mau. Tetapi percayalah aku sudah berjuang maksimal untuk ini, dan Tuhan mungkin memiliki rencana yang berbeda. Maafkan aku.. Maaf
Seperti Cinta, kita tidak akan memahami arti sebuah kesetiaan, bila kita menolak untuk menerima kegagalan.
Bagiku tidak ada Juara 3, juara hanya ada satu, yang ada hanyalah peringkat tiga.
Aku harap engkau menerima gelar ini, selanjutnya bantu aku mengevaluasi diriku sendiri dan biarkan aku merenunginya, kembali aku pun dapat melihat sejauh mana kesetiaanmu padaku. Aku tahu engkau kecewa atas pencapaianku ini. Tidak puas. Ya… Aku Tahu.
Tapi aku berjanji untuk menjawab kesetiaan itu dengan hadiah gelar terbaik di Liga selanjutnya. Lagi dan lagi. Aku Janji…
Seperti tahun-tahun sebelumnya, disaat kompetisi berakhir…
Selanjutnya hari-hariku mungkin akan terasa sepi kembali. Rumahku tak lagi seramai dan seberisik dulu. Aku akan kehilangan canda tawamu. Sampai kapan? Entahlah…aku pun tak tahu.
Aku harap engkau tetap hadir untuk sekedar mengunjungiku.
Aku tahu, kamu begitu sibuknya dengan aktivitasmu di luar sana, tapi aku mohon jangan lupakan aku. Pun mungkin akan ada beberapa pemain idolamu yang pergi meninggalkanku, tetaplah jangan kurangi rasa cintamu kepadaku.
Aku semakin renta, usiaku tak lagi belia. Aku membutuhkamu untuk menjawab kedewasaan ini dengan prestasi dan profesionalitas.
Aku akan sangat merindukanmu…
Dear…
Perlu kamu tahu, tidak hanya dirimu.
Aku pun begitu bangga padamu.
Aku selalu menceritakanmu kepada Dunia.
Bagaimana besarnya dirimu, keloyalanmu, kekompakanmu, pengorbananmu demi untuk menyemangatiku berlaga.
Terkadang aku selalu tersenyum akan “kekonyolanmu”, yang membuatku berpikir untuk apa kamu melakukan semua ini,
Sehingga menyadarkanku bahwa ini bukanlah dukungan, tapi sudah ada cinta di dalamnya.
Aku terkesan denganmu,
Kamu paham aku hingga semuanya tentang aku, kamu paham.
Sementara aku? aku tidak tahu kamu seluruhnya.
Disaat berlaga, begitu banyak sekali spanduk dukungan yang engkau bentangkan di rumahku.
Mewakili berbagai daerah asalmu.
Yang bahkan aku sendiri belum pernah mengunjungi kotamu itu..
Dan kamu terima itu.
Di waktu senggangku, disaat aku tak berlaga.
Aku kerap mencari tahu kabarmu di berbagai social media.
Sekedar mengobati rasa rindu ini.
Kamu selalu bisa membuatku tersenyum dengan segala tingkah lakumu.
Kamu selalu bisa mengisi & mewarnai hari-hariku.
Kamu selalu melibatkan aku dalam berbagai momen hidupmu.
Paling tidak satu. Meyakinkanku.
Aku begitu istimewa dimatamu.
Dear…
Ya… Aku tahu apa yang kamu mau, aku paham, sangat paham.
Tapi tolong berdirilah selalu didekatku, temani aku dalam cerita ini. Cintai aku apapun keadaannya. Caramu mencintaiku dengan beribu cacian sudah aku telan sepanjang hidupku, terasa istimewa bagiku. Jangan khawatir dengan sikapmu itu lantas aku benci padamu. Justru cara itulah yang selalu aku rindukan darimu agar aku dapat terus berlari dan terbang tanpa perlu melihat ke belakang. Jadilah sayapku, mengepakkannya adalah tugasku. Temani aku wujudkan mimpi kita.
Aku tidak kesal padamu, ketika kamu tidak selalu ada di sampingku saat aku berlaga. Tapi kumohon iringi perjuanganku ini dengan doa terbaikmu agar aku selalu bisa membahagiakanmu.
Aku pun tidak tuli atau bahkan aku tidak sedang berpura-pura tuli, banyak yang merasa iri dengan kemesraan kita, aku tidak peduli itu. Terpenting jaga baik-baik kepercayaanku padamu, mungkin suatu saat kamu akan pergi selama-lamanya meninggalkanku, wariskanlah kecintaanmu itu pada anak dan cucumu, ceritakanlah kisah romantika ini kepada mereka..Jangan hanya kau ceritakan momen saat kita tertawa bersama, ceritakanlah semua masa kelam, pahit, ketika kita tertunduk menangis bersama. Iringi dengan linangan air mata. Agar mereka tahu sekuat apa cinta kita.
Hari sudah larut malam, aku sudah letih dan segera terlelap.
Sampai jumpa kawan, sampai bertemu lagi…
Di pertandingan yang entah kapan.
Untukmu yang selalu menyayangiku
– BOBOTOH –
Dariku yang akan selalu rindu dan takut kehilanganmu
-PERSIB –
Bogor, 11 Maret 2017
Penulis :
Fulltime Bobotoh, Part time Financial Analyst. Berakun twitter @razifapermana
