(Arena Bobotoh) Saya Setuju Sama Bepe, Tapi …
Monday, 25 June 2018 | 20:44
Tulisan ini saya buat setelah membaca artikel yang ditulis oleh Bambang Pamungkas dan dimuat di blog pribadinya. Pada tulisan ini saya tidak akan membahas hubungan antar kedua supporter, namun saya akan mencoba mengeluarkan pendapat saya terkait Persib Bandung dan Persija Jakarta. Persib Bandung dijadwalkan untuk dijamu oleh Persija Jakarta pada partai tunda yang seharusnya dihelat bulan April yang lalu. Pertandingan yang menurut kebanyakan orang merupakan partai besar karena mempertemukan dua rival sepak bola Indonesia.
Namun dalam artikel yang dibuat oleh mas Bepe sendiri, beliau menyangkal bahwa pertandingan ini adalah pertemuan antara dua rival sepak bola, pada poin ini saya sangat setuju dengan mas Bepe. Memang Persija memenangkan pertandingan yang lebih banyak dari Persib pada pertandingan yang mempertemukan kedua klub tersebut. Saya tidak mempermasalahkan jika mas Bepe menggunakan hal tersebut sebagai salah satu dari beberapa alasan yang membuat label pertandingan dengan tajuk rival tidak dapat disematkan pada pertemuan Persib Bandung melawan Persija Jakarta.
Namun, ijinkanlah saya menambahkan beberapa alasan yang menurut saya pribadi bisa menjadi alasan mengapa pertarungan antara Persib Bandung melawan Persija Jakarta memang tidak layak disebut sebagai pertandingan antara dua rival.
Pertama, yang menjadi perhatian saya adalah profesionalitas pengelolaan tim. Kita semua tau bahwa tim sepak bola profesional di Indonesia sudah tidak diperbolehkan untuk menggunakan APBD lagi. Semenjak saat itu tim-tim di Indonesia diharuskan untuk mencari sponsor untuk dapat membiayai hidupnya, beruntung Persib Bandung bisa melaluinya dengan sempurna bahkan Persib bisa mendatangkan pemain-pemain sepak bola dunia macam Michael Essien dan Carlton Cole.
Selain itu, Persib Bandung pun jauh dari isu keterlambatan pembayaran gaji pemain dalam beberapa musim kebelakang. Secara fasilitas pun Persib sudah berbenah sedikit demi sedikit, dimulai dengan pembelian bis tim terbaru yang cukup mewah dan sedang dimatangkannya wacana pembangunan tempat latihan. Sedangkan Persija sempat mengalami masa-masa sulit saat tim-tim dilarang menggunakan APBD.
Pemberitaan oleh media terkait isu keterlambatan pembayaran gaji beberapa musim lalu sempat hinggap di tim ibu kota. Saya sendiri sebagai seorang bobotoh cukup heran bagaimana tim yang lebih dulu lahir di sepak bola Indonesia dan juga berdomisili di ibu kota bisa kesulitan mendapatkan sponsor sehingga dihinggapi pemberitaan yang kurang mengenakan. Bagaimana mungkin seseorang yang begitu mencintai tim yang dibelanya seperti Bambang Pamungkas dapat meninggalkan Persija jika bukan karena kekecewaan yang sudah sangat mendalam? Walaupun pada akhirnya kembali lagi (Mohon dikoreksi oleh mas Bepe secara pribadi jika saya salah). Bagi saya pribadi mas Bepe layaknya Del Piero di Juventus. Namun perlahan pengelolaan Persija mengalami perbaikan sehingga mungkin saja suatu saat dapat menyamai pengelolaan Persib.
Kedua, yang menjadi hal yang dapat dipertimbangkan adalah bagaimana para pemain dapat menjaga attitude mereka baik di dalam dan diluar lapangan karena attitude menunjukan dimana kelas mereka berada. Yang saya ingat adalah ketika itu Persib sedang unggul 2-1 dan pertandingan sudah memasukin menit-menit akhir pertandingan. Ada seorang pemain terjatuh, Persija sedang memegang bola, Hariono mengangkat tangan yang menandakan ada pemain cedera, beberapa pemain Persib diam menunggu sesaat tetapi pemain Persija tetap melanjutkan pertandingan dan akhirnya bisa menyamakan kedudukan hingga pertandingan selesai dengan skor 2-2. Saya ingat saat itu di salah satu media mas Bepe pernah mengungkapkan akan melakukan klarifikasi setelah melihat tayangan ulang kenapa mereka tidak membuang bola sebagai bentuk tindakan fair play, namun hingga saat ini saya belum mendengar klarifikasi tersebut (jika sudah ada klarifikasinya maka tolong beritahu saya).
Kemudian kejadian yang belum lama terjadi ketika beberapa pemain Persija tertangkap basah sedang mengejek Persib dalam sebuah live Instagram. Kenapa yang mereka bahas adalah Persib? Kenapa bukan tim lain? Di satu sisi, pemain Persib tidak ada yang melakukan perbuatan seperti itu. Apakah pemain Persija menganggap Persib adalah tim yang kuat sampai perlu mereka ejek sebagai bentuk psywar? Setiap pesepak bola seharusnya menghormati lawannya baik di dalam dan diluar lapangan. Sekali lagi saya katakan attitude menunjukan kelas seseorang, semoga kedepannya para pemain Persija bisa memiliki attitude yang lebih baik dengan menghargai dan tidak mengejek lawan mereka dengan kata umpatan seperti itu di media sosial. Apalagi tidak ada individu pribadi tim Persija yang mau mengaku siapa yang mengutarakan ujaran tersebut secara terang-terangan (mohon dikoreksi jika saya salah) sehingga mengharuskan seluruh pemain Persija meminta maaf yang secara tidak langsung hal tersebut malah mengeneralisir bahwa semua pemain telah melakukan perbuatan yang salah.
Mungkin saya hanya ingin mengingatkan bahwa sepak bola itu tentang bersenang-senang bukan sekedar kemenangan serta menjadi juara, dan berbicara tentang menjadi juara, semenjak era liga Indonesia bergulir Persib sudah dua kali menjadi juara sedangkan Persija baru sekali. Persija boleh memenangkan banyak laga ketika menghadapi Persib, namun jika tidak juara untuk apa? Toh yang di rindukan oleh suporternya adalah menjadi juara. Semoga suatu saat Persija bisa menyamai pencapaian-pencapaian Persib.
Dengan kerendahan hati saya sebagai seorang remaja yang masih belajar menulis, saya berharap mas Bepe mau meluangkan waktunya untuk dapat membaca tulisan saya. Saya sangat terbuka dengan kritik dan saran dari seseorang yang sudah cukup lama menulis seperti mas Bepe.
Dan jika mas Bepe rindu masa-masa di Pelita Bandung Raya, mas Bepe bisa menghubungi saya melalui akun twitter saya @Futomo16. Saya siap menemani mas Bepe bernostalgia dengan keramahan dan keindahan kota Bandung.
Ditulis oleh Fadjar Utomo, Bobotoh dengan akun Twitter @Futomo16

Tulisan ini saya buat setelah membaca artikel yang ditulis oleh Bambang Pamungkas dan dimuat di blog pribadinya. Pada tulisan ini saya tidak akan membahas hubungan antar kedua supporter, namun saya akan mencoba mengeluarkan pendapat saya terkait Persib Bandung dan Persija Jakarta. Persib Bandung dijadwalkan untuk dijamu oleh Persija Jakarta pada partai tunda yang seharusnya dihelat bulan April yang lalu. Pertandingan yang menurut kebanyakan orang merupakan partai besar karena mempertemukan dua rival sepak bola Indonesia.
Namun dalam artikel yang dibuat oleh mas Bepe sendiri, beliau menyangkal bahwa pertandingan ini adalah pertemuan antara dua rival sepak bola, pada poin ini saya sangat setuju dengan mas Bepe. Memang Persija memenangkan pertandingan yang lebih banyak dari Persib pada pertandingan yang mempertemukan kedua klub tersebut. Saya tidak mempermasalahkan jika mas Bepe menggunakan hal tersebut sebagai salah satu dari beberapa alasan yang membuat label pertandingan dengan tajuk rival tidak dapat disematkan pada pertemuan Persib Bandung melawan Persija Jakarta.
Namun, ijinkanlah saya menambahkan beberapa alasan yang menurut saya pribadi bisa menjadi alasan mengapa pertarungan antara Persib Bandung melawan Persija Jakarta memang tidak layak disebut sebagai pertandingan antara dua rival.
Pertama, yang menjadi perhatian saya adalah profesionalitas pengelolaan tim. Kita semua tau bahwa tim sepak bola profesional di Indonesia sudah tidak diperbolehkan untuk menggunakan APBD lagi. Semenjak saat itu tim-tim di Indonesia diharuskan untuk mencari sponsor untuk dapat membiayai hidupnya, beruntung Persib Bandung bisa melaluinya dengan sempurna bahkan Persib bisa mendatangkan pemain-pemain sepak bola dunia macam Michael Essien dan Carlton Cole.
Selain itu, Persib Bandung pun jauh dari isu keterlambatan pembayaran gaji pemain dalam beberapa musim kebelakang. Secara fasilitas pun Persib sudah berbenah sedikit demi sedikit, dimulai dengan pembelian bis tim terbaru yang cukup mewah dan sedang dimatangkannya wacana pembangunan tempat latihan. Sedangkan Persija sempat mengalami masa-masa sulit saat tim-tim dilarang menggunakan APBD.
Pemberitaan oleh media terkait isu keterlambatan pembayaran gaji beberapa musim lalu sempat hinggap di tim ibu kota. Saya sendiri sebagai seorang bobotoh cukup heran bagaimana tim yang lebih dulu lahir di sepak bola Indonesia dan juga berdomisili di ibu kota bisa kesulitan mendapatkan sponsor sehingga dihinggapi pemberitaan yang kurang mengenakan. Bagaimana mungkin seseorang yang begitu mencintai tim yang dibelanya seperti Bambang Pamungkas dapat meninggalkan Persija jika bukan karena kekecewaan yang sudah sangat mendalam? Walaupun pada akhirnya kembali lagi (Mohon dikoreksi oleh mas Bepe secara pribadi jika saya salah). Bagi saya pribadi mas Bepe layaknya Del Piero di Juventus. Namun perlahan pengelolaan Persija mengalami perbaikan sehingga mungkin saja suatu saat dapat menyamai pengelolaan Persib.
Kedua, yang menjadi hal yang dapat dipertimbangkan adalah bagaimana para pemain dapat menjaga attitude mereka baik di dalam dan diluar lapangan karena attitude menunjukan dimana kelas mereka berada. Yang saya ingat adalah ketika itu Persib sedang unggul 2-1 dan pertandingan sudah memasukin menit-menit akhir pertandingan. Ada seorang pemain terjatuh, Persija sedang memegang bola, Hariono mengangkat tangan yang menandakan ada pemain cedera, beberapa pemain Persib diam menunggu sesaat tetapi pemain Persija tetap melanjutkan pertandingan dan akhirnya bisa menyamakan kedudukan hingga pertandingan selesai dengan skor 2-2. Saya ingat saat itu di salah satu media mas Bepe pernah mengungkapkan akan melakukan klarifikasi setelah melihat tayangan ulang kenapa mereka tidak membuang bola sebagai bentuk tindakan fair play, namun hingga saat ini saya belum mendengar klarifikasi tersebut (jika sudah ada klarifikasinya maka tolong beritahu saya).
Kemudian kejadian yang belum lama terjadi ketika beberapa pemain Persija tertangkap basah sedang mengejek Persib dalam sebuah live Instagram. Kenapa yang mereka bahas adalah Persib? Kenapa bukan tim lain? Di satu sisi, pemain Persib tidak ada yang melakukan perbuatan seperti itu. Apakah pemain Persija menganggap Persib adalah tim yang kuat sampai perlu mereka ejek sebagai bentuk psywar? Setiap pesepak bola seharusnya menghormati lawannya baik di dalam dan diluar lapangan. Sekali lagi saya katakan attitude menunjukan kelas seseorang, semoga kedepannya para pemain Persija bisa memiliki attitude yang lebih baik dengan menghargai dan tidak mengejek lawan mereka dengan kata umpatan seperti itu di media sosial. Apalagi tidak ada individu pribadi tim Persija yang mau mengaku siapa yang mengutarakan ujaran tersebut secara terang-terangan (mohon dikoreksi jika saya salah) sehingga mengharuskan seluruh pemain Persija meminta maaf yang secara tidak langsung hal tersebut malah mengeneralisir bahwa semua pemain telah melakukan perbuatan yang salah.
Mungkin saya hanya ingin mengingatkan bahwa sepak bola itu tentang bersenang-senang bukan sekedar kemenangan serta menjadi juara, dan berbicara tentang menjadi juara, semenjak era liga Indonesia bergulir Persib sudah dua kali menjadi juara sedangkan Persija baru sekali. Persija boleh memenangkan banyak laga ketika menghadapi Persib, namun jika tidak juara untuk apa? Toh yang di rindukan oleh suporternya adalah menjadi juara. Semoga suatu saat Persija bisa menyamai pencapaian-pencapaian Persib.
Dengan kerendahan hati saya sebagai seorang remaja yang masih belajar menulis, saya berharap mas Bepe mau meluangkan waktunya untuk dapat membaca tulisan saya. Saya sangat terbuka dengan kritik dan saran dari seseorang yang sudah cukup lama menulis seperti mas Bepe.
Dan jika mas Bepe rindu masa-masa di Pelita Bandung Raya, mas Bepe bisa menghubungi saya melalui akun twitter saya @Futomo16. Saya siap menemani mas Bepe bernostalgia dengan keramahan dan keindahan kota Bandung.
Ditulis oleh Fadjar Utomo, Bobotoh dengan akun Twitter @Futomo16

Satu lagi bepe itu siapa?sdh bawa gelar berapa kali buat Indonesia?Nihil. Buat apa didengerin. Akhirnya penilaian saya menjadi seperti itu menanggapi blog bepe. Maaf!
Bepe ga pantas disebut legend. Mental dan komennya sampah kok dan malah memancing keributan. Jgn lupa kejadian musim lalu saat gol ezechiel yg jelas2 sdh menyentuh jaring dianulir terjadi dpn mata bepe. Alasannya tidak lihat. Macam apa org tidak menjunjung fairplay disebut legend atau bintang.
Sebagai pecinta dan pelaku (bukan pemain)sepakbola miris rasanya melihat keadaan persepakbolaan di negeri ini. Menonton sepakbola hampir seperti menonton gladiator yang harus dipagar tinggi tinggi. Kapan nonton sepakbola bisa seperti di liga eropa yang menjadi hiburan dan tontonan buat semua tanpa ada penyekat/pembatas? Semua elemen sepakbola harus bersatu, pemain, klub, supporter, dan lembaga induk sepakbola di negeri ini harus merubah paradigma tentang sepakbola Indonesia.
Hiji dei Bepe tutup mata atas gol Eze taun kemarin padahal kejadian pas di cucungik maneh na.
Make jeung ngabahas pemaen batur di dieu,, anteupkeun weh tong di anggap padahal mah, heuheu
BP teh saha,….?
BP teh bintang pantura kang. Hehe
Realita hidup lur, seorang “legenda” satu tim ketika memberikan penilaian atau analisa yg berhubungan dengan timnya, pasti ada saja sisi subjektivitasnya.
ALAH GANDENG TEUKUDU MIKIRAN BATUR
BEPE teh BEUNGET PECUNDANG lain waaa,,,,
Hahaha … Bepe???hadeohh … Terkadang kita harus tau mana pemain pro dan tidak … Bepe bisa kasih kontribusi apa?maklumlah mungkin bepe hanya mengejar uang semata pemaen ndeso!!!pemain liga tarkam aja ngerti mana fair play mana yg kagak
BP teh Bandung-Panjalu sanes?
Robby Darwis, Ajat Sudrajat, Yusuf bachtiar, dari segi attitude, skill, dan prestasi, jauh di atas Bepe legend KW
Ayeunamah kanyahoan ari c bepe teh lain pamaen profesional,geningan,,attitudna atah keneh…..heuuh,jauh atuh ari dbandingkeun jeung kang ajat mah…he.he
Lah sibepe mah kalah loba ciciduh dilapang ge
BP atanapi BF ? Punten di lereskeun . Hehe