Aku adalah salah satu dari sekian yang meragukan kemampuanmu. Bertahun lamanya aku adalah penganut mahzab Onana & Sanchez bahwa tembok terkuat itu hanya dimiliki mereka para Latin dan Africa. Bagiku tidak ada Abanda volume 2.0 dimasa itu. Ada trauma pahit yang tergores dalam disini dari kegagalan trio Polandia yang sulit aku terima dahulu. Adalah semua Eropa tak cocok bertempur di Liga ini, merupakan asumsi yang memang tak mendasar tetapi tertanam di hati ini belasan tahun lamanya. Tak beralasan. Terserah… Aku tak peduli.
Kemenangan atas klub Paman Sam di laga perdanamu, tak lantas membuatku yakin akan kemampuanmu. Bisa saja kala itu aku yakin denganmu bilamana lawan trialmu itu Perseru dan bermain di Marora sana saat musim kemarau terik tiba, sebagai pembuktian bahwa Ya kamu bukanlah pemain manja dan pengeluh, siap bertarung di Liga drama dengan kelembaban yang tinggi. Bosan rasanya setiap pemain trial datang dibisiki agen dengan template “Persib ini tim besar, Fans disini sangat gila, berbeda dengan di negara saya berasal sepakbola hanya hiburan semata, disini berbeda!!!luar biasa!!!”, Pikirmu dengan mantra itu bisa menarik hati kami? Basi.
Hingga pada saatnya aku mengakui kekeliruanku. Kamu adalah sang Gladiator itu Kamerad!
Bak sebuah mercusuar di tengah ganasnya Samudera Pasifik, Kamu adalah sirine pertama dalam squad ini, cukup melihat signal itu merah padam menyala, sudah menggambarkan benar ada sesuatu yang salah dalam pola permainan tim saat itu. Omong kosong dengan kompromi, tak ada waktu bernegosiasi. Sosok yang keras, tangguh, lugas garang tak mau dikalahkan oleh lawan apalagi keadaan. Simpatiku padamu semakin beralasan saat Pak Djajang curi melihatmu meneteskan air mata di ruang ganti manakala tim kita ditahan imbang oleh Arema di Malang kala itu. Tidak semua pemain bisa melakukan hal itu, bahkan seorang pituin sekalipun. Maafkan aku yang mencacimu dulu, aku yang berteriak paling keras mengumpatmu malam itu dengan kata yang tak pantas, saat Alberto Goncalves menjebol gawang kalian pada semifinal 2014 lalu. Tapi seketika juga kamu membayar kekesalan kami lewat golmu yang sangat fenomenal itu. Epic. Masih selalu kuingat, kamu merayakannya berlari mendekati kami dengan kepalan tangan dan tatapan mata yang sangat garang dan emosional. Momen yang akan selalu aku ingat dan ribuan bobotoh lain tentunya. Entah terdengar berlebihan tapi aku melihat aura Maung itu ada dalam teriakan selebrasimu. Alasan yang membuatku bergegas menyusulmu ke Jakabaring di hari Jumat nanti. Lawan Kemustahilan.
Lagi-lagi di final aku dibuat tertunduk luluh lantah olehmu. “Terima Kasih” atas kartu merahmu, katampi pisan. Apa maksudmu menyundul bola yang sudah dalam pelukan Dede Sulaiman. Konyol. Kamu ingin kami kalah? tak terbayang rasa kecewa ini, jika malam itu pulang ke Bandung tanpa bekal piala yang diimpikan. Kamu ingin kami pulang dengan hanya membawa serpihan pecahan kaca bus dan segenggam batu sebagai buah tangan? Tentunya kamu pun akan menjadi kambing hitam kegagalan Persib di semua media elektronik dan cetak seantero negara ini. Tapi tunggu, Tuhan mempunyai hadiah yang indah bagi kita, dari Timur tribun aku melihat Luna diantara lautan orang yang bersuka cita malam itu di Lapangan Jakabaring. Dari seorang raksasa itu, Sebuah pelukan dan ciuman yang emosional mendarat di bibir Natasa istrimu, bercumbu di depan puluhan ribu pasang mata bobotoh dan gemuruh riuh victory lap sementara aku masih terisak haru akan pencapaian ini. Ah klimaks, Tuhan hentikan waktu, tolong Tuhan. Karena malam ini belum tentu terulang kembali. Juara…Juara…Juara…
Hey Big Man, Ingatkah hal lucu? kamu pernah menjadi penjaga gawang sementara tim kami bukan?Ya saat melawan PBR kalau tidak salah, walaupun hanya beberapa menit, tetapi percayalah itu akan menjadi kenangan tak terlupakan sepanjang karir sepakbolamu dan bagi kami tentunya. Ingatkah kamu dengan jersey yang kamu sobek tepat di dadamu saat di Balikpapan, entah kenapa kami tidak tersinggung dengan luapan emosionalmu itu, tentunya akan berbeda responnya jika suporter rival yang melakukannya. Hey Man! masih ingatkah kamu dengan Iwan Setiawan? Terima kasih telah membungkam mulut besarnya untuk kami. Kamu sudah paham apa arti Persib bagi bobotoh cukup dengan cara menjaga harga diri, itu sudah cukup. O ya, tidak puas dengan kepemimpinan sang pengadil lapang dan mengejarnya hingga ke lorong Gelora Bung Karno saat kita kalah dari Arema di Final Kompetisi itu. Siapa lagi kalau bukan kamu? Walaupun tidak akan mengubah hasil, tapi tindakanmu bisa mewakili kekesalan ini. Dan masih banyak kenangan manis pahit lainnya yang sudah kamu ukir dalam cerita keluarga kami ini dan tidak bisa aku ceritakan semuanya. Sosok ayah yang akan kami rindukan di kemudian nanti. Sekali lagi hormatku dan Terima Kasih.
Hapuslah air matamu, Ya musim ini bukan tahun yang indah nampaknya, Bukan sepenuhnya salahmu! Percayalah, memang kita harus saling evaluasi ini semua secara menyeluruh bersama. Bukan suatu pencapaian yang buruk jika kita melihat secara lini. Tim kita salah satu yang terbaik dalam lini pertahanan. Mungkin mental turut mempengaruhi kualitas permainan kalian, Aku mengerti. Sudahlah lupakan musim ini, aku ingin mengubur pil pahit ini dalam-dalam. Kami sudah cukup mengenal watakmu yang keras, mungkin dengan keputusanmu ini aku anggap seperti Harakiri-nya Jepang lebih baik mundur sebagai bentuk penyesalan dan kekecewaanmu. Atau mungkin kamu sudah muak dengan kualitas Liga di negara ini?hanya Tuhan dan kamu yang tahu.
Mudah menemukan pemain dengan skill yang jauh lebih baik darimu, tetapi lebih sulit mencari yang berhati lebih biru darimu. Setelahmu siapa yang akan menyalakan sirine ini Vla?
Inginku pergilah kamu ke negara luar sana, cukup Persib labuhan Indonesiamu. Mungkin tak terlau sakit hati ini. Lakukan itu sebagai penghormatan terakhir bagi kami. Hey siapa aku yang mengaturmu? Terpenting dimanapun kamu berada kelak, jangan lupakan kecintaan kami.
Dari kami yang akan sangat merindukan Pria Cola ini. Selamat tinggal Panglima tempur…
Vladimir Vujovic.
Datang akan pergi
Lewat kan berlalu
Ada kan tiada
Bertemu akan berpisah…
Penulis seorang bobotoh tradisional bermukim di ibukota, hanya siap dijemput Alphard hitam pada akun twitter dan IG @razifapermana
Si kabayan
19/11/2017 at 12:38
Jangan sampai ada penyesalan dikemudian hari WHU …
mang kacau
19/11/2017 at 13:31
uang bisa membuat orang kebal dari penyesalan mas bro. dari situ aja udah bisa disimpulkan, pelatih can aya , ges neang pemain lagi nu lain.
buntut maung
20/11/2017 at 09:10
Kamu seperti gehu yang didalamnya ada cabe gendot kalau ka gegel ladana naudubilah..
kamu seperti pencuri popoean nu kapergok ku warga saat ngambil cangcut rangda nu bujurna bohay..
Ngomong naon sih sia teh,?
kabayan
28/11/2017 at 12:47
pemain ini tidak terlalu istimewa.masib banyak pengantinya mungkin lbih baik
Rido
05/12/2017 at 07:48
Bagi saya vlado pemain istimewa, pemain persib dngn jiwa maung…
Rido
05/12/2017 at 07:48
Bagi saya vlado pemain istimewa, pemain persib dngn jiwa maung…
xxx
08/12/2017 at 12:26
Mungkin pemain bagus banyak di luar sana tapi pemain yang benar benar memberikan hatinya sangat susah dicari
Vlado salah satu pemain yang selalu bermain dengan hatinya
thanks “MONSTER”
Ones Azadeh " LanceuknaBarudak"
16/12/2017 at 02:34
anjirrrr , nyurucud cipanon euyyy