Connect with us

Arena Bobotoh

(Arena Bobotoh) Sampai Jumpa Lagi Panglima Tempur!

Published

on

Aku adalah salah satu dari sekian yang meragukan kemampuanmu. Bertahun lamanya aku adalah penganut mahzab Onana & Sanchez bahwa tembok terkuat itu hanya dimiliki mereka para Latin dan Africa. Bagiku tidak ada Abanda volume 2.0 dimasa itu. Ada trauma pahit yang tergores dalam disini dari kegagalan trio Polandia yang sulit aku terima dahulu. Adalah semua Eropa tak cocok bertempur di Liga ini, merupakan asumsi yang memang tak mendasar tetapi tertanam di hati ini belasan tahun lamanya. Tak beralasan. Terserah… Aku tak peduli.

Kemenangan atas klub Paman Sam di laga perdanamu, tak lantas membuatku yakin akan kemampuanmu. Bisa saja kala itu aku yakin denganmu bilamana lawan trialmu itu Perseru dan bermain di Marora sana saat musim kemarau terik tiba, sebagai pembuktian bahwa Ya kamu bukanlah pemain manja dan pengeluh, siap bertarung di Liga drama dengan kelembaban yang tinggi. Bosan rasanya setiap pemain trial datang dibisiki agen dengan template “Persib ini tim besar, Fans disini sangat gila, berbeda dengan di negara saya berasal sepakbola hanya hiburan semata, disini berbeda!!!luar biasa!!!”, Pikirmu dengan mantra itu bisa menarik hati kami? Basi.

Hingga pada saatnya aku mengakui kekeliruanku. Kamu adalah sang Gladiator itu Kamerad!

Bak sebuah mercusuar di tengah ganasnya Samudera Pasifik, Kamu adalah sirine pertama dalam squad ini, cukup melihat signal itu merah padam menyala, sudah menggambarkan benar ada sesuatu yang salah dalam pola permainan tim saat itu. Omong kosong dengan kompromi, tak ada waktu bernegosiasi. Sosok yang keras, tangguh, lugas garang tak mau dikalahkan oleh lawan apalagi keadaan. Simpatiku padamu semakin beralasan saat Pak Djajang curi melihatmu meneteskan air mata di ruang ganti manakala tim kita ditahan imbang oleh Arema di Malang kala itu. Tidak semua pemain bisa melakukan hal itu, bahkan seorang pituin sekalipun. Maafkan aku yang mencacimu dulu, aku yang berteriak paling keras mengumpatmu malam itu dengan kata yang tak pantas, saat Alberto Goncalves menjebol gawang kalian pada semifinal 2014 lalu. Tapi seketika juga kamu membayar kekesalan kami lewat golmu yang sangat fenomenal itu. Epic. Masih selalu kuingat, kamu merayakannya berlari mendekati kami dengan kepalan tangan dan tatapan mata yang sangat garang dan emosional. Momen yang akan selalu aku ingat dan ribuan bobotoh lain tentunya. Entah terdengar berlebihan tapi aku melihat aura Maung itu ada dalam teriakan selebrasimu. Alasan yang membuatku bergegas menyusulmu ke Jakabaring di hari Jumat nanti. Lawan Kemustahilan.

Lagi-lagi di final aku dibuat tertunduk luluh lantah olehmu. “Terima Kasih” atas kartu merahmu, katampi pisan. Apa maksudmu menyundul bola yang sudah dalam pelukan Dede Sulaiman. Konyol. Kamu ingin kami kalah? tak terbayang rasa kecewa ini, jika malam itu pulang ke Bandung tanpa bekal piala yang diimpikan. Kamu ingin kami pulang dengan hanya membawa serpihan pecahan kaca bus dan segenggam batu sebagai buah tangan? Tentunya kamu pun akan menjadi kambing hitam kegagalan Persib di semua media elektronik dan cetak seantero negara ini. Tapi tunggu, Tuhan mempunyai hadiah yang indah bagi kita, dari Timur tribun aku melihat Luna diantara lautan orang yang bersuka cita malam itu di Lapangan Jakabaring. Dari seorang raksasa itu, Sebuah pelukan dan ciuman yang emosional mendarat di bibir Natasa istrimu, bercumbu di depan puluhan ribu pasang mata bobotoh dan gemuruh riuh victory lap sementara aku masih terisak haru akan pencapaian ini. Ah klimaks, Tuhan hentikan waktu, tolong Tuhan. Karena malam ini belum tentu terulang kembali. Juara…Juara…Juara…

Hey Big Man, Ingatkah hal lucu? kamu pernah menjadi penjaga gawang sementara tim kami bukan?Ya saat melawan PBR kalau tidak salah, walaupun hanya beberapa menit, tetapi percayalah itu akan menjadi kenangan tak terlupakan sepanjang karir sepakbolamu dan bagi kami tentunya. Ingatkah kamu dengan jersey yang kamu sobek tepat di dadamu saat di Balikpapan, entah kenapa kami tidak tersinggung dengan luapan emosionalmu itu, tentunya akan berbeda responnya jika suporter rival yang melakukannya. Hey Man! masih ingatkah kamu dengan Iwan Setiawan? Terima kasih telah membungkam mulut besarnya untuk kami. Kamu sudah paham apa arti Persib bagi bobotoh cukup dengan cara menjaga harga diri, itu sudah cukup. O ya, tidak puas dengan kepemimpinan sang pengadil lapang dan mengejarnya hingga ke lorong Gelora Bung Karno saat kita kalah dari Arema di Final Kompetisi itu. Siapa lagi kalau bukan kamu? Walaupun tidak akan mengubah hasil, tapi tindakanmu bisa mewakili kekesalan ini. Dan masih banyak kenangan manis pahit lainnya yang sudah kamu ukir dalam cerita keluarga kami ini dan tidak bisa aku ceritakan semuanya. Sosok ayah yang akan kami rindukan di kemudian nanti. Sekali lagi hormatku dan Terima Kasih.

Hapuslah air matamu, Ya musim ini bukan tahun yang indah nampaknya, Bukan sepenuhnya salahmu! Percayalah, memang kita harus saling evaluasi ini semua secara menyeluruh bersama. Bukan suatu pencapaian yang buruk jika kita melihat secara lini. Tim kita salah satu yang terbaik dalam lini pertahanan. Mungkin mental turut mempengaruhi kualitas permainan kalian, Aku mengerti. Sudahlah lupakan musim ini, aku ingin mengubur pil pahit ini dalam-dalam. Kami sudah cukup mengenal watakmu yang keras, mungkin dengan keputusanmu ini aku anggap seperti Harakiri-nya Jepang lebih baik mundur sebagai bentuk penyesalan dan kekecewaanmu. Atau mungkin kamu sudah muak dengan kualitas Liga di negara ini?hanya Tuhan dan kamu yang tahu.
Mudah menemukan pemain dengan skill yang jauh lebih baik darimu, tetapi lebih sulit mencari yang berhati lebih biru darimu. Setelahmu siapa yang akan menyalakan sirine ini Vla?

Inginku pergilah kamu ke negara luar sana, cukup Persib labuhan Indonesiamu. Mungkin tak terlau sakit hati ini. Lakukan itu sebagai penghormatan terakhir bagi kami. Hey siapa aku yang mengaturmu? Terpenting dimanapun kamu berada kelak, jangan lupakan kecintaan kami.
Dari kami yang akan sangat merindukan Pria Cola ini. Selamat tinggal Panglima tempur…

Vladimir Vujovic.

Datang akan pergi
Lewat kan berlalu
Ada kan tiada
Bertemu akan berpisah…

Penulis seorang bobotoh tradisional bermukim di ibukota, hanya siap dijemput Alphard hitam pada akun twitter dan IG @razifapermana

Advertisement
8 Comments

8 Comments

  1. Si kabayan

    19/11/2017 at 12:38

    Jangan sampai ada penyesalan dikemudian hari WHU …

    • mang kacau

      19/11/2017 at 13:31

      uang bisa membuat orang kebal dari penyesalan mas bro. dari situ aja udah bisa disimpulkan, pelatih can aya , ges neang pemain lagi nu lain.

  2. buntut maung

    20/11/2017 at 09:10

    Kamu seperti gehu yang didalamnya ada cabe gendot kalau ka gegel ladana naudubilah..
    kamu seperti pencuri popoean nu kapergok ku warga saat ngambil cangcut rangda nu bujurna bohay..
    Ngomong naon sih sia teh,?

  3. kabayan

    28/11/2017 at 12:47

    pemain ini tidak terlalu istimewa.masib banyak pengantinya mungkin lbih baik

  4. Rido

    05/12/2017 at 07:48

    Bagi saya vlado pemain istimewa, pemain persib dngn jiwa maung…

  5. Rido

    05/12/2017 at 07:48

    Bagi saya vlado pemain istimewa, pemain persib dngn jiwa maung…

  6. xxx

    08/12/2017 at 12:26

    Mungkin pemain bagus banyak di luar sana tapi pemain yang benar benar memberikan hatinya sangat susah dicari
    Vlado salah satu pemain yang selalu bermain dengan hatinya
    thanks “MONSTER”

  7. Ones Azadeh " LanceuknaBarudak"

    16/12/2017 at 02:34

    anjirrrr , nyurucud cipanon euyyy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Arena Bobotoh

Persib Tim Spesialis Kampanye?

Published

on

Saat membaca ini, bobotoh di lini masa X pasti sedang banyak melihat seliweran poto dan info mengenai tim Persib Legend dengan menggunakan kaos bertuliskan salah satu calon presiden, Ganjar Pranowo. Dan pernyataan resmi klub tidak berafiliasi dengan mereka dan satu sosok calon presiden tertentu (atau dengan yang lain? #eh).

Jika kita bicarakan sedikit sejarah, sejauh yang saya baca, Persib dan suporternya termasuk salah satu entitas yang cukup aktif di sepakbola indonesia saat ada momentum politik. Kita mungkin masih ingat saat manager dan pemain Persib ikut kampanye politik pilbup Sumedang, juga saat sebagian suporter ikut kampanye calon legislatif, gubernur Jawa Barat pernah dijadikan duta tim, dan terakhir bagaimana munculnya komunitas bobotoh Jokowi pada tahun 2019 dan sekarang muncul fenomena Persib Legend ini.

Peneliti Halim dan Lalongan pernah menjelaskan bahwa sebuah partisipasi poliitk bisa dilakukan secara individual ataupun kolektif atau bersama-sama. Yang dilakukan secara individu biasanya tidak menimbulkan friksi di maksyarakat, namun jika dilakukan secara kolektif biasanya menimbulkan friksi, apalagi menyangkut suatu budaya populer yang sudah sangat menempel sebagai satu identitas kedaerahan, misalnya Persib.

Tapi kenapa pesona Persib begitu menawan untuk para elit dan kelompok politik? Teddy Tjahjono (dilansir bola.net) pernah mengkliam jika Persib memiliki 22 juta suporter, angka ini tentu sangat signifikan jika kita kaitkan pada sisi politik. Daftar pemilih tetap KPU untuk tahun 2024 sebanyak 204 juta penduduk. Bisakah terbayang berapa persen jika satu elit atau satu kelompok politik memiliki 2-30 persen dari 22 juta orang pendukung Persib Bandung saja. Dari angka itu sekilas kita tahu, Persib merupakan medium yang menarik untuk “terlibat” dalam politik. Kita pun seakan sudah tidak aneh lagi melihat gimmick politik dimana elit atau kelompok politik, menggunakan pernak-pernik Persib saat pemilihan umum, misal poto sambil membawa syal Persib saat musim kampanye, atau tiba-tiba menggunakan jaket Persib saat foto untuk baligo demi kepentingan elektoral, tapi apakah harus biasa dan mengerti? Negara kita mengatur akan hak ini dalam Pasal 43 Ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dinyatakan, “setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”, jadi bebaskeun.

TAPI, dalam setiap kampanye politik, dalam format apapun itu, sistem penyaringan ada pada diri individu, diartikan setiap bobotoh punya kuasa atas dirinya sendiri, apa dia mau menerima informasi dan melaksanakan akan pesan politik yang disebarkan lewat klub atau kelompok suporternya tersebut atau tidak?
Kita tarik sedikit ke masa lalu, federasi sepakbola (PSSI) di Indonesia memang terbentuk atas dasar politik, sebagai sarana pemersatu bangsa Indonesia untuk melawan penerintahan Belanda saat itu. Jadi jika sekarang masih berpolitik, apakah Persib dan sepakbola Indonesia pada umumnya memang sudah ditakdirkan untuk selalu dekat dengan perpolitikan?

Saya jadi teringat salah satu adegan di The Simpsons, dimana Burney Gumble seorang pemabuk, melihat kampanye Mr. Burns, dia bilang “pemilihan umum? Bukankah itu saat para politikus menutup pintu mereka (untuk mendengarkan suara rakyat) bukan?”, every man for themselves, wahai bobotoh!

Ditulis oleh Kiki Esa Perdana. Penulis adalah bobotoh biasa saja yang kebetulan suka politik.

Lanjut Membaca

Arena Bobotoh

Mau Sampai Kapan?

Published

on


Pertandingan sudah memasuki pekan ke-8, Persib Bandung mencatatkan 1 kemenangan, 5 imbang, dan 2 kali kalah. Faktanya Persib berada di jurang degradasi, jurang degradasi! Melihat fakta seperti ini jelas sangat menyedihkan bagi Bobotoh Persib. Sampai pekan terakhir liga sehingga Persib degradasi? Siapa yang akan bertanggung jawab bila seperti ini? Tak terbayangkan bila Persib harus berjuang di liga 2, sungguh tak terbayangkan. Mau sampai kapan?

Keruwetan klub Persib sudah terlihat dari banyaknya persoalan yang sedang dihadapi, dari mulai persiapan yang tidak optimal, rombongan pelatih yang keluar secara mendadak pada pekan ke-3, pemain asing yang cedera pada debutnya, hubungan dengan suporter yang merenggang, hukuman untuk beberapa pemain yang terprovokasi sehingga mendapatkan sanksi dari komdis, serta stadion yang terlihat tidak full. Mau sampai kapan?

Akar masalah dari persoalan ini tampak jelas. Segera lakukan pendekatan dari semua elemen dari mulai manajemen, pelatih, pemain, serta suporter sehingga bisa mengembalikan Persib kembali kepada jalurnya. Perbaikan hubungan dengan Bobotoh menjadi hal yang krusial mengingat Persib sedang membutuhkan dukungan yang nyata dari suporternya. Sebesar apapun sebuah klub, bila tanpa dukungan yang nyata akan sangat berpengaruh terhadap performa pemain di atas lapangan. Pemain di locker room pun sepertinya selain faktor teknis ganti pelatih ganti strategi, tahu betul bahwa faktor persoalan dari luar lapangan mempengaruhi mental para pemain. Mau sampai kapan?

Saya meyakini bahwa semua elemen menginginkan yang terbaik untuk Persib. Persoalan yang berlarut akan sangat merugikan untuk klub Persib. Sebelum semuanya terlambat alangkah baiknya lakukan pendekatan dengan duduk bersama, saling menghargai pendapat, lupakan ego sejenak. Karakter budaya urang Sunda mah sangat besar dan mudah memaafkan. Saya hanya ingin Persib kembali ke jalur juara, sungguh ini sangat menyedihkan. Mau sampai kapan?

Penulis Tyas Agung Pratama (@tyspra), sehari-hari mencerdaskan anak bangsa. Bobotoh yang ingin kembali Persib juara.

Lanjut Membaca

Arena Bobotoh

Melupakan Persib Bandung Saat Ini Sebagai Warisan Budaya

Published

on

Pada Podcast Simamaung Episode 24 (ditayangkan 6 September 2020) terdapat pernyataan dari narasumber episode tersebut (Hevi Fauzan). Disebutkan bahwa setelah kemerdekaan Republik Indonesia, aset-aset KNIL sekitaran jalan yang saat ini nama pulau (Jalan Manado, Jalan Ambon, Jalan Bali, Jalan Lombok dan seterusnya) diakuisisi oleh Angkatan Darat saat itu dengan mendirikan Divisi Siliwangi. Termasuk diantaranya lapangan sepak bola yang kemudian akhirnya dibangun menjadi sebuah stadion pada 1954 sebagai bagian dari persiapan ulang tahun Divisi Siliwangi ke-10, yang diberi nama Stadion Siliwangi.

Penamaan Siliwangi erat dengan budaya Sunda karena salah satu nama yang dibanggakan oleh orang Sunda terkait dengan sejarah Prabu Siliwangi. Walaupun nantinya perbedaan cerita Prabu Siliwangi namun benang merah sejarah terkait penggunaan logo Maung yang sejatinya binatang asli Jawa Barat dengan nama ilmiah (subspecies) Panthera Tigris Sondaica yang pada akhirnya patut kita hormati sebagai bagian sejarah Persib Bandung yang mengakar dan menjadi cerita karena Stadion Siliwangi sendiri menjadi bagian dari estafet perkembangan Persib Bandung.

Diceritakan juga bagaimana pernah ada saksi sejarah pertandingan Persib Bandung melawan PSV Eindhoven seorang bapak tua dari Cianjur dan teman-temannya saat itu menggunakan angkutan umum untuk datang ke Stadion Siliwangi dan memiliki kebanggaan untuk menceritakan pertandingan tersebut kepada orang lain ataupun anak dan atau cucunya kelak. Persib Bandung menjadi sangat melekat dengan Stadion Siliwangi karena pada saat itu dianggap representatif dan termegah pada zamannya hingga akhirnya bertahap Persib Bandung pindah ke Stadion Si Jalak Harupat.

Kembali pada waktu lampau, saat Persib Bandung masih dikelola pemerintah kota Bandung dimana Persib Bandung sebagai karakter dan budaya yang mengakar karena dianggap mewakili identitas, semangat dan bagian hidup orang Sunda umumnya Jawa Barat. Level fanatisme yang terjadi sudah tidak terlihat dengan penggunaan identitas Persib Bandung namun terlihat dari antusiasme dan cara ekspresi Bobotoh yang menceritakan Persib Bandung dari masa ke masa sehingga jumlah Bobotoh berkembang dan membentuk kelompok-kelompok pendukung Persib Bandung.

Sehingga menimbulkan transisi sejarah cerita Persib Bandung dari Stadion Siliwangi ke Stadion Si Jalak Harupat hingga ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api, namun transisi sejarah ini juga tetap melekat dan meninggalkan banyak cerita dukungan Bobotoh mendukung Persib Bandung. Banyak juga kita temukan fakta bahwa tidak semua Bobotoh yang datang ke Stadion dapat masuk menonton langsung. Namun saat ini kita hanya dapat mengenang romantisme bagaimana mendengarkan siaran tandang Persib Bandung melalui Radio RRI, memanjat pohon atau tiang lampu di Stadion Siliwangi untuk melihat pertandingan langsung dan hal lain yang menjadi kenangan dalam cerita mendukung Persib Bandung.

Memasuki era industri saat ini, kita belum melihat langkah PT Persib Bandung Bermartabat menjadikan Persib Bandung sebagai Intengible Heritage (Warisan budaya tak benda dalam konteks Persib Bandung sebagai nilai hidup dan turun temurun). Entah itu didaftarkan pada UNESCO ataupun sebagai bagian dari konsep PT Persib Bandung Bermartabat dalam mengelola fanatisme Bobotoh di tengah perpaduan pengelolaan era industri dari era budaya yang menjadikan jarak yang terlalu jauh saat ini.

Pengelolaan tiket, pengelolaan hubungan dengan kelompok Bobotoh dan cara interaksi dalam media sosial menjadi hal yang saat ini disorot oleh kelompok Bobotoh. Belum lagi konflik internal pelatih dan pemain yang menjadi bulan-bulanan bagi Bobotoh. Tentu hal ini sangat mengganggu dan membuat kharisma Persib Bandung sebagai budaya menjadi sangat rumit karena tuntutan industri dan rasa memiliki dari kelompok Bobotoh.

Salah satu yang dibutuhkan saat ini bagi pemain dan bagi pelatih baru Persib Bandung adalah memahami dan menunjukkan di lapangan semangat Persib Bandung dengan karakter dalam bermain sehingga identitas Persib Bandung muncul kembali sehingga dapat mengangkat moral elemen Persib Bandung, sebagai contoh kita sebagai Bobotoh akan selalu yakin Persib Bandung dapat menunjukkan semangat berjuang dalam bermain walaupun tertinggal gol. Kita dapat melihat pertandingan Persib Bandung melawan Arema Malang di Stadion Si Jalak Harupat pada 2014 yang berkesudahan 3-2, dimana saat babak pertama tertinggal 0-2, semangat dan karakter Tantan saat itu menjadi titik balik kemenangan, apakah pada saat itu Tantan menerima strategi khusus dari Djadjang Nurjaman? Dalam cerita yang kita tahu tidak ada, semangat moral dan karakter yang akhirnya menjadi pembeda.

Semoga masalah karakter dan semangat moral ini dapat diperbaiki setelah kekalahan melawan PSM Makassar kemarin dan dijawab oleh pelatih baru, mengembalikan karakter ini penting sebelum aplikasi strategi dalam konteks Persib Bandung. Saat ini melupakan pertandingan Persib Bandung menjadi hal yang mudah karena akses mendapatkan tiket menjadi panjang, menyaksikan pada televisi juga menjadi hal yang mudah ditinggalkan cukup dengan mengetahui hasil akhir. Semua terjadi karena jauhnya pengelolaan Persib Bandung dari fase budaya, konflik dengan kelompok Bobotoh adalah hal yang seharusnya tidak terjadi.

Kita juga berharap PT Persib Bandung Bermartarbat dapat mengubah pola pengelolaan untuk dapat lebih merangkul kelompok Bobotoh sehingga tidak menghilangkan landasan budaya sebelum akhirnya berbicara pengelolaan yang jauh lebih teknis dan lebih industrial.

Ditulis Yosha Rory, dengan akun Twitter @roryosha

Lanjut Membaca
Bir kaç senedir çalıştığım iş yerinde patronla aram çok iyi porno izle Patron ara sıra beni evine gönderiyor ve oradaki işleri yapmamı istiyor porno gif Karısına yardım ediyorum türk porno evde bozulan şeyleri tamir ediyorum porno bahçe işlerini hallediyorum porno izle Yeri geliyor çamaşırları bile yıkıyorum bedava porno Tabi evlerine gittiğim zaman karısıyla yalnız oluyoruz sex patronum tüm gün şirkette oluyor porno izle Herifin karısı 44 yaşında olmasına rağmen çok çekici seksi birisi porno resimler İlgimi çekiyor fakat işimi kaybetmek istemediğim için kadına bakmamaya çalışıyorum porno İşim bittikten sonra salonda televizyon bakıyordum porno indir bu sırada patronun karısı iç çamaşırlarıyla yanıma gelip karşımda durdu porno sikimi açıp yalamaya başladı porno ve ağzına boşaldım.
Advertisement

Komentar Bobotoh

Arsip

Trending