(Arena Bobotoh) Rasa Manis yang Dibalas Gelapnya Langit
Tuesday, 25 September 2018 | 10:56
Bandung, 23 oktober 2018, pukul 13.00 daerah Gedebage seperti pabrik giling yang bocor, panas terik menyengat ubun-ubun kepala. Gerombolan orang datang dari berbagai penjuru untuk datang ke stadion GBLA, dalam rangka pertandingan Persib melawan Persija. Suhu panas tak menyurutkan semangat mereka untuk tetap datang mendukung klub kebanggaannya bertanding, menemani berjuang melawan (yang katanya) musuh bebuyutan.
Mundur beberapa hari kebelakang, saat tiket pertandingan mulai diperjual belikan melalui kanal online, riuh orang-orang yang sulit mengakses website, berebut slot tiket yang terbatas, dan sudah bisa disangka, tiket habis dalam waktu singkat. Mereka yang belum mendapat tiket, terus berusaha mencari pihak yang menjual. Dapat dengan harga berkali-kali lipat, tak menyurutkan niat untuk tetap bisa datang ke stadion.
Kembali ke hari pertandingan, suasana stadion dari luar pagar pertama sudah sangat ramai, orang-orang yang hadir dari berbagai daerah bersorak-sorai menunggu pertandingan yang beberapa saat lagi akan mulai, dari yang sudah siap dengan perbekalan, orang yang masih mencari tiket pertandingan, dan orang-orang yang menunggu keajaiban dengan berharap manis bisa masuk tanpa tiket.
Saat akan masuk stadion, kembali, seperti biasa, aparat keamanan menyulitkan bobotoh yang memiliki tiket untuk masuk. Mereka hanya membuka satu gerbang berukuran kurang dari satu meter, desak-desakan pun tak bisa dihindari, teriak makian kepada penjaga gerbang melanglang buana di telinga, sudah tak terhitung berapa orang yang terinjak-injak, kehabisan oksigen, serta barang yang hilang. Tapi tetap tak menyulutkan semangat untuk masuk mendukung Persib.
Pukul 15.00, suasana stadion sudah sesak, kursi penonton sudah penuh, orang-orang duduk manis sembari menyanyikan beberapa chant untuk mengobarkan semangat. Dan yang dibuat kaget, sambutan saat masuk tribun adalah gas air mata, ya, GAS AIR MATA, senjata andalan aparat untuk mengusir masyarakat. Air mata bercucuran, perih pernafasan sudah tak bisa ditahan, dan yang paling menyebalkan, banyak anak kecil yang menjadi korban tembakan gas air mata aparat, tangisan mereka memperlihatkan betapa menyakitkan udara stadion saat itu. Tapi tetap,saat itu tidak membuat suasana menjadi layu, bahkan beberapa menit menuju pertandingan menambah adrenalin bagaimana jalannya pertandingan.
Jarum jam hampir dekat dengan waktu kick off, para pemain dari kedua kesebelasan sudah memasuki lapangan, tos-tosan antara Kapten tim, Supardi Natsir serta Ismed Sofyan sudah dilakukan. Bunyi peluit wasit sebagai penanda mulainya pertandingan bersamaan dengan dentuman nyanyian juga sorak dari seluruh tribun, sebuah koreo 3D terpasang, semakin menancapkan atmosfir pertandingan di dalam stadion GBLA.
Pertandingan berjalan seru, kedua tim saling melancarkan serangan, pelanggaran-pelanggaran keras mewakili prematurnya kartu kuning yang keluar dari kantong wasit. Dan yang ditunggu-tunggu, gol pertama tercipta dari Ezechiel, disambut gegap gempita oleh semua bobotoh, tensi darah sedikit menurun karena sudah unggul. Namun, pada akhir babak pertama, pemain Persija berhasil menyamakan kedudukan, seisi stadion terdiam, tapi tidak untuk semangatnya. Peluit berakhirnya babak pertama sudah ditiup, harap-harap cemas menunggu baaimana jalannya pertandingan pada babak kedua.
Babak kedua dimulai, ketegangan bobotoh dimulai kembali. Masih seperti babak pertama, pertandingan berjalan lumayan alot, bersitegang antar pemain tak telewatkan, beberapa kali terhitung pertandingan harus terhenti akibat para pemain beradu di tengah pertandingan. Beberapa saat kemudian, pemain Persija melakukan handsball didalam kotak daerahnya, penalty! Johny Bauman berhasil mengeksekusi dengan cantik, skor 2-1 untuk Persib, melambungkan asa kemenangan yang semakin dekat. Memasuki menit 70an, hal yang tak diinginkan terulang, sundulan pemain Persija kembali tak bisa dihalau oleh Deden Natshir, Persija berhasil menyamakan kedudukan. Ketegangan memuncak mulai saat itu, seluruh bobotoh di tribun berdiri, menunggu bagaimana keajaiban racikan Mario Gomez untuk memenangkan pertandingan, dan sampai menit 90 belum juga ada gol kemenangan.
Memasuki waktu tambahan, Tuhan seperti mendengar semua do’a bobotoh. Bojan Malisic berhasil mencetak gol! Di menit 90(+4)!!! Sebuah drama yang sangat pantas terjadi di pertandingan sepanas ini. Bobotoh bersorak, pemain serta para staff melompat suka cita, flare dinyalakan, hasil terindah dari sebuah pertandingan!
Pertandingan pun berakhir, euforia suka cita tak bisa dibendung, nyanyian terus didengungkan, tepukan viking clap terasa sampai ubun-ubun. Raut wajah bahagia terlihat pada senyuman semua orang saat meninggalkan tribun stadion. Semua berjalan kondusif, harapan menceritakan pengalaman atmosfir pertandingan kepada keluarga serta teman-teman sudah direncanakan. Akhir yang sangat bahagia.
Dan semua itu sia-sia
***
Kabar baru didapat saat sinyal gadget hidup kembali, beredar info ada seorang anggota The Jak yang masuk daerah GBLA. Diketahui oleh beberapa orang disekitarnya, tanpa pikir panjang hantaman langsung menghujam badan, pengeroyokan tak tertahankan. Terhitung informasi ada belasan orang yang ikut aksi brutal tersebut, bahkan lebih. Biadabnya, mereka mengeroyok sampai meregang nyawa, kebrutalan tanpa melihat itu adalah makhluk hidup yang sama, membabi buta atas nama fanatisme. Nyawa hilang seketika.
Dikutip dari tulisan Herry Sutresna, kultur kekerasan sudah di budidayakan dari sejak kecil, chant-chant berbasis kebencian, coretan intimidasi perang, sampai rencana kekerasan walau itu terlahir dari obrolan kecil. Dan itu semua sudah di normalisasi, semua hal tersebut dirasa sudah menjadi hal yang wajar.
Rivaltas, gengsi, loyalitas, memang tak bisa dibendung dan (mungkin) akan terus ada. Tetapi, dengan menghilangkan nyawa adalah hal terhina yang dilakukan manusia. Omong kosong loyalitas!
Biadabnya para pelaku pengeroyokan tak terhitung merugikan berapa pihak, keluarga korban, pihak Persib, dan yang paling dirasa yaitu euforia serta perjuangan bobotoh yang hadir maupun tidak ke stadion. Sudah hilang makna kemenangan yang harus dirayakan, hilang sia-sia perjuangan untuk menonton hadir ke stadion, dan hilang harapan kejadian ini berhenti. Selamat para pelaku, kalian telah berhasil merubah sukacita kami menjadi hal yang sia-sia.
Mengindahkan kultur sepak bola yang seharusnya dijauhkan dari paham-paham busuk, fasis tak pernah hidup di dunia sepak bola, dan jangan biarkan menjalar terus menerus. Siapa yang harus disalahkan? Rasanya semua orang memiliki opininya masing-masing, dan ini harus dihentikan. Persoalan nyawa adalah nomer satu. Kita tak harus membandingkan dengan kasus sama yang pernah terjadi, atau mengkampanyekan himbauan yang sudah dilayangkan, apalagi menjadi so bijak mendalami kasus ini tanpa mengetahui bagaimana akar masalah serta kondisi nya.
Dalam sebuah pertandingan, nyawa memang tak pernah bisa dibandingkan dengan apapun. Tetapi, bagaimana menjaga nyawa kalian agar tetap terjaga itu terasa lebih waras. Do’a terbaik untuk almarhum Haringga Sirila, turut beduka cita. Bagimu Persib, jiwa raga kami.
Bobotoh, aktif di twitter dengan akun @hilmyfadiansyah dan Instagram: @hilmyfdnsyh

Bandung, 23 oktober 2018, pukul 13.00 daerah Gedebage seperti pabrik giling yang bocor, panas terik menyengat ubun-ubun kepala. Gerombolan orang datang dari berbagai penjuru untuk datang ke stadion GBLA, dalam rangka pertandingan Persib melawan Persija. Suhu panas tak menyurutkan semangat mereka untuk tetap datang mendukung klub kebanggaannya bertanding, menemani berjuang melawan (yang katanya) musuh bebuyutan.
Mundur beberapa hari kebelakang, saat tiket pertandingan mulai diperjual belikan melalui kanal online, riuh orang-orang yang sulit mengakses website, berebut slot tiket yang terbatas, dan sudah bisa disangka, tiket habis dalam waktu singkat. Mereka yang belum mendapat tiket, terus berusaha mencari pihak yang menjual. Dapat dengan harga berkali-kali lipat, tak menyurutkan niat untuk tetap bisa datang ke stadion.
Kembali ke hari pertandingan, suasana stadion dari luar pagar pertama sudah sangat ramai, orang-orang yang hadir dari berbagai daerah bersorak-sorai menunggu pertandingan yang beberapa saat lagi akan mulai, dari yang sudah siap dengan perbekalan, orang yang masih mencari tiket pertandingan, dan orang-orang yang menunggu keajaiban dengan berharap manis bisa masuk tanpa tiket.
Saat akan masuk stadion, kembali, seperti biasa, aparat keamanan menyulitkan bobotoh yang memiliki tiket untuk masuk. Mereka hanya membuka satu gerbang berukuran kurang dari satu meter, desak-desakan pun tak bisa dihindari, teriak makian kepada penjaga gerbang melanglang buana di telinga, sudah tak terhitung berapa orang yang terinjak-injak, kehabisan oksigen, serta barang yang hilang. Tapi tetap tak menyulutkan semangat untuk masuk mendukung Persib.
Pukul 15.00, suasana stadion sudah sesak, kursi penonton sudah penuh, orang-orang duduk manis sembari menyanyikan beberapa chant untuk mengobarkan semangat. Dan yang dibuat kaget, sambutan saat masuk tribun adalah gas air mata, ya, GAS AIR MATA, senjata andalan aparat untuk mengusir masyarakat. Air mata bercucuran, perih pernafasan sudah tak bisa ditahan, dan yang paling menyebalkan, banyak anak kecil yang menjadi korban tembakan gas air mata aparat, tangisan mereka memperlihatkan betapa menyakitkan udara stadion saat itu. Tapi tetap,saat itu tidak membuat suasana menjadi layu, bahkan beberapa menit menuju pertandingan menambah adrenalin bagaimana jalannya pertandingan.
Jarum jam hampir dekat dengan waktu kick off, para pemain dari kedua kesebelasan sudah memasuki lapangan, tos-tosan antara Kapten tim, Supardi Natsir serta Ismed Sofyan sudah dilakukan. Bunyi peluit wasit sebagai penanda mulainya pertandingan bersamaan dengan dentuman nyanyian juga sorak dari seluruh tribun, sebuah koreo 3D terpasang, semakin menancapkan atmosfir pertandingan di dalam stadion GBLA.
Pertandingan berjalan seru, kedua tim saling melancarkan serangan, pelanggaran-pelanggaran keras mewakili prematurnya kartu kuning yang keluar dari kantong wasit. Dan yang ditunggu-tunggu, gol pertama tercipta dari Ezechiel, disambut gegap gempita oleh semua bobotoh, tensi darah sedikit menurun karena sudah unggul. Namun, pada akhir babak pertama, pemain Persija berhasil menyamakan kedudukan, seisi stadion terdiam, tapi tidak untuk semangatnya. Peluit berakhirnya babak pertama sudah ditiup, harap-harap cemas menunggu baaimana jalannya pertandingan pada babak kedua.
Babak kedua dimulai, ketegangan bobotoh dimulai kembali. Masih seperti babak pertama, pertandingan berjalan lumayan alot, bersitegang antar pemain tak telewatkan, beberapa kali terhitung pertandingan harus terhenti akibat para pemain beradu di tengah pertandingan. Beberapa saat kemudian, pemain Persija melakukan handsball didalam kotak daerahnya, penalty! Johny Bauman berhasil mengeksekusi dengan cantik, skor 2-1 untuk Persib, melambungkan asa kemenangan yang semakin dekat. Memasuki menit 70an, hal yang tak diinginkan terulang, sundulan pemain Persija kembali tak bisa dihalau oleh Deden Natshir, Persija berhasil menyamakan kedudukan. Ketegangan memuncak mulai saat itu, seluruh bobotoh di tribun berdiri, menunggu bagaimana keajaiban racikan Mario Gomez untuk memenangkan pertandingan, dan sampai menit 90 belum juga ada gol kemenangan.
Memasuki waktu tambahan, Tuhan seperti mendengar semua do’a bobotoh. Bojan Malisic berhasil mencetak gol! Di menit 90(+4)!!! Sebuah drama yang sangat pantas terjadi di pertandingan sepanas ini. Bobotoh bersorak, pemain serta para staff melompat suka cita, flare dinyalakan, hasil terindah dari sebuah pertandingan!
Pertandingan pun berakhir, euforia suka cita tak bisa dibendung, nyanyian terus didengungkan, tepukan viking clap terasa sampai ubun-ubun. Raut wajah bahagia terlihat pada senyuman semua orang saat meninggalkan tribun stadion. Semua berjalan kondusif, harapan menceritakan pengalaman atmosfir pertandingan kepada keluarga serta teman-teman sudah direncanakan. Akhir yang sangat bahagia.
Dan semua itu sia-sia
***
Kabar baru didapat saat sinyal gadget hidup kembali, beredar info ada seorang anggota The Jak yang masuk daerah GBLA. Diketahui oleh beberapa orang disekitarnya, tanpa pikir panjang hantaman langsung menghujam badan, pengeroyokan tak tertahankan. Terhitung informasi ada belasan orang yang ikut aksi brutal tersebut, bahkan lebih. Biadabnya, mereka mengeroyok sampai meregang nyawa, kebrutalan tanpa melihat itu adalah makhluk hidup yang sama, membabi buta atas nama fanatisme. Nyawa hilang seketika.
Dikutip dari tulisan Herry Sutresna, kultur kekerasan sudah di budidayakan dari sejak kecil, chant-chant berbasis kebencian, coretan intimidasi perang, sampai rencana kekerasan walau itu terlahir dari obrolan kecil. Dan itu semua sudah di normalisasi, semua hal tersebut dirasa sudah menjadi hal yang wajar.
Rivaltas, gengsi, loyalitas, memang tak bisa dibendung dan (mungkin) akan terus ada. Tetapi, dengan menghilangkan nyawa adalah hal terhina yang dilakukan manusia. Omong kosong loyalitas!
Biadabnya para pelaku pengeroyokan tak terhitung merugikan berapa pihak, keluarga korban, pihak Persib, dan yang paling dirasa yaitu euforia serta perjuangan bobotoh yang hadir maupun tidak ke stadion. Sudah hilang makna kemenangan yang harus dirayakan, hilang sia-sia perjuangan untuk menonton hadir ke stadion, dan hilang harapan kejadian ini berhenti. Selamat para pelaku, kalian telah berhasil merubah sukacita kami menjadi hal yang sia-sia.
Mengindahkan kultur sepak bola yang seharusnya dijauhkan dari paham-paham busuk, fasis tak pernah hidup di dunia sepak bola, dan jangan biarkan menjalar terus menerus. Siapa yang harus disalahkan? Rasanya semua orang memiliki opininya masing-masing, dan ini harus dihentikan. Persoalan nyawa adalah nomer satu. Kita tak harus membandingkan dengan kasus sama yang pernah terjadi, atau mengkampanyekan himbauan yang sudah dilayangkan, apalagi menjadi so bijak mendalami kasus ini tanpa mengetahui bagaimana akar masalah serta kondisi nya.
Dalam sebuah pertandingan, nyawa memang tak pernah bisa dibandingkan dengan apapun. Tetapi, bagaimana menjaga nyawa kalian agar tetap terjaga itu terasa lebih waras. Do’a terbaik untuk almarhum Haringga Sirila, turut beduka cita. Bagimu Persib, jiwa raga kami.
Bobotoh, aktif di twitter dengan akun @hilmyfadiansyah dan Instagram: @hilmyfdnsyh

Koreo terburuk yang pernah di buat. Naon pipikiran na eta jelma nu boga konsep gambar, diajar deui make hate nurani jig!!!
aslina sia-sia, nu tadina bungah persib menang aya kabar kitu jadi lesu euy
Benar kang
persoalan ini harus dilihat secara clear…
kita resfect kpd almarhum (hilangnya nyawa tidak ada toleransi) para OKNUM harus dihukum.
yang tak kalah penting yg masih WARAS……
juga, bagaimana menjaga nyawa kalian agar tetap terjaga itu terasa lebih waras.
#PersibdinaMANAH
propokatif Koreo na. era ku batur.
Ternyata koreo 3d nya menjadi kenyataan,anu make baju orange pun bersimbah darah dan bernama haringga,rip brader..pas ningali gbr na kamari ge asa langsung deg teu geunah hate kieu euy..ternyata koreo na diambil dri kisah nyata..duh ganti tuh euy isuk pageto mah nu matut jeung someah nyieun gambar teh,ngerakeun siah ah