Connect with us

Arena Bobotoh

(Arena Bobotoh) Pria Lugu Dari Timur Jawa

Published

on

*Ada baiknya ketika membaca ini sambil mendengarkan Banda Neira – Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti.

Bandung, 22 Desember 2019. Sore itu hujan turun dengan seiringnya matahari terbenam. Ribuan orang berkumpul untuk menjadi saksi bagaimana cinta sejati takan pernah mati. Kisah cinta yang berakhir dengan bertepuk sebelah tangan. Seorang pria dengan nama Gozali di seragam berwarna biru lari menghampiri dua orang yang sedang berdiri di pinggir sebuah lapangan. Gemuruh semakin terdengar ke luar bangunan yang mengitari lapangan tersebut saat Gozali semakin dekat menghampiri kedua pria tersebut. Gozali memeluk salah satu pria dengan seragam yang sama dengan yang dia kenakan. Pria itu kemudian dihampiri oleh pria lain dengan nama Supardi dipunggungnya yang kemudian memasangkan sebuah karet yang melingkar pada lengan atas pria itu. Karet yang selama ini sering dia tolak ketika seharusnya dia yang mengenakan karet itu. Karet itu adalah sebuah tanda, bahwa kini Pria itulah yang memimpin pria lainnya dengan seragam biru untuk bertarung 36 menit kedepan. Gemuruh ribuan orang yang menyebut namanya semakin kencang. Hariono, Hariono, Hariono terdengar kepenjuru sudut stadion. Hariono masuk menggantikan Gozali untuk menyelesaikan tugasnya bagi Persib di musim ini.

Selang beberapa menit kemudian Persib mendapatkan tendangan penalti. Stadion kembali bergemuruh menyebut nama Hariono. Rekan – rekannya memberikan jalan kepada Hariono untuk mendekati titik putih didekat gawang. Febri memberikan bola yang dipegangnya kepada Hariono. Hariono mengambil bola itu. Meletakannya dititik putih. Dia mundur beberapa langkah. Wasit bersiap meniupkan peluit. Saat peluit itu ditiup tendangan terarah dan cukup keras menghujam pojok kanan gawang PSM. Gol. Skor berubah menjadi 3-1 untuk Persib Bandung. Namun tidak ada kebahagiaan terlihat dari raut wajah Hariono. Dititik yang sama seperti ketika golnya kala melawan Perseru Serui, Hariono masih tetap berdiam diri. Tidak ada perbedaan dalam merayakan kedua gol itu. Namun saat ini hatinya jauh lebih berkecambuk dibandingkan dengan kala itu. Teman – teman setimnya datang menghampiri, memeluknya dengan erat. I Made bahkan belari cukup kencang meninggalkan gawangnya untuk memeluk Hariono. Semesta seakan menjadi saksi, cinta Hariono kepada tim ini mungkin berakhir dengan bertepuk sebelah tangan, namun semesta tahu, kami, orang – orang yang ada disekitar Hariono mencintainya. Selang beberapa menit kemudian dia memberikan umpan kepada Ezechiel yang dikonversikan menjadi gol. Sore itu pertandingan usai untuk kemenangan Persib Bandung dengan skor telak, namun kemenangan ini terasa getir.

Setelah pertandingan usai dia berusaha tegar dan kuat untuk tidak menangis. Layaknya seorang raja, ribuan orang terdiam, memberikannya kesempatan untuk berbicara. Suaranya getir dan berat ketika dia berbicara. Perayaan kemenangan tiba, dia mulai memimpin ribuan orang untuk melakukan tepuk tangan. Selepasnya, orang – orang disekitarnya langsung memeluknya. Seakan tak mau kehilangan. Seakan tidak merelakan. Namun Hariono terlalu berjiwa besar.

Hariono, pria lugu dari Timur Jawa yang telah menghabiskan 11 tahun di Tanah Pasundan. Hariono datang saat tim ini mulai diragukan karena sudah bertahun – tahun tidak juara. Pria yang telah mempertaruhkan segalanya demi apa yang kami perjuangkan. Dan dia yang akhirnya membantu kami mendapatkan apa yang kami rindukan. Buat kami cinta Hariono pada Persib lebih indah dari kisah cinta yang pernah ada. Hariono membuktikan bahwa bukan pemain kelas dunia dengan harga milyaran yang dibutuhkan tim ini, bukan juga pemain dengan gaya rambut nyentrik, tetapi meraka yang bermain dengan setulus hati dan bekerja keraslah yang layak mengenakan jubah biru ini.

Tidak perlu sebuah web untuk menjelaskan apa yang telah kau perbuat. Tidak butuh autobiografi untuk menceritakan bagaimana namamu melegenda. Kau tahu, setiap orang punya caranya masing – masing dan biarkan kami yang menceritakan kepada anak cucu kami bagaimana seorang pria lugu yang datang dari Timur Jawa menggadaikan hidupnya demi apa yang kami bela dengan darah, keringat, dan air mata. Palembang 7 November 2014, banyak dari ribuan orang yang datang saat ini menangis kala itu, dan Bandung 22 Desember 2019 kami menangis lagi. Tidak peduli orang bijak berkata apa, hujan sore itu menyamarkan setiap air mata yang jatuh. Semesta ikut hadir menemani mereka yang kecewa, yang kehilangan, dan yang bersedih. Pria Gondrong itu berusaha tegar seraya mengatakan “Apalah arti nama di punggung dibandingkan lambang di dada”. Sebuah kalimat yang berusaha menguatkan kami, tapi biarkanlah kami menangis karena kami sadar, kami kehilangan Pria terkahir penjaga tim ini. Tim kebanggaan kami. Terima kasih Hariono, pemain yang tulus bermain dengan hati, yang mengajarkan kami bahwa tanpa hati lebih baik mati. Terima kasih Hariono, telah meyakinkan kami dengan kerja kerasmu yang tiada henti dan juga jeung getihna. Sekarang saatnya kau menikmati masa – masa indah bersama keluargamu. Bandung akan selalu menjadi rumah yang nyaman untuk kau tinggali, dan kami akan selalu ada bersamamu sebagai sebuah keluarga. Kita pernah berjuang bersama dan akan selalu berjuang bersama.

Jabat erat dan peluk hangat dari penggemar beratmu yang pernah botak karena gol mu ke gawang Perseru Serui.

Fadjar Utomo.

Penulis aktif di akun media social twitter @FUtomo16 dan akun instagram fadjarutomo.

Advertisement
2 Comments

2 Comments

  1. bajigur

    23/12/2019 at 16:35

    Ceurik aslina maca ieu

  2. Dindin jaenudin

    23/12/2019 at 19:56

    Mdh2n Tahun nu k hareup bsa gabung sampe pensiun d persib 😭😭😭

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Arena Bobotoh

Persib Tim Spesialis Kampanye?

Published

on

Saat membaca ini, bobotoh di lini masa X pasti sedang banyak melihat seliweran poto dan info mengenai tim Persib Legend dengan menggunakan kaos bertuliskan salah satu calon presiden, Ganjar Pranowo. Dan pernyataan resmi klub tidak berafiliasi dengan mereka dan satu sosok calon presiden tertentu (atau dengan yang lain? #eh).

Jika kita bicarakan sedikit sejarah, sejauh yang saya baca, Persib dan suporternya termasuk salah satu entitas yang cukup aktif di sepakbola indonesia saat ada momentum politik. Kita mungkin masih ingat saat manager dan pemain Persib ikut kampanye politik pilbup Sumedang, juga saat sebagian suporter ikut kampanye calon legislatif, gubernur Jawa Barat pernah dijadikan duta tim, dan terakhir bagaimana munculnya komunitas bobotoh Jokowi pada tahun 2019 dan sekarang muncul fenomena Persib Legend ini.

Peneliti Halim dan Lalongan pernah menjelaskan bahwa sebuah partisipasi poliitk bisa dilakukan secara individual ataupun kolektif atau bersama-sama. Yang dilakukan secara individu biasanya tidak menimbulkan friksi di maksyarakat, namun jika dilakukan secara kolektif biasanya menimbulkan friksi, apalagi menyangkut suatu budaya populer yang sudah sangat menempel sebagai satu identitas kedaerahan, misalnya Persib.

Tapi kenapa pesona Persib begitu menawan untuk para elit dan kelompok politik? Teddy Tjahjono (dilansir bola.net) pernah mengkliam jika Persib memiliki 22 juta suporter, angka ini tentu sangat signifikan jika kita kaitkan pada sisi politik. Daftar pemilih tetap KPU untuk tahun 2024 sebanyak 204 juta penduduk. Bisakah terbayang berapa persen jika satu elit atau satu kelompok politik memiliki 2-30 persen dari 22 juta orang pendukung Persib Bandung saja. Dari angka itu sekilas kita tahu, Persib merupakan medium yang menarik untuk “terlibat” dalam politik. Kita pun seakan sudah tidak aneh lagi melihat gimmick politik dimana elit atau kelompok politik, menggunakan pernak-pernik Persib saat pemilihan umum, misal poto sambil membawa syal Persib saat musim kampanye, atau tiba-tiba menggunakan jaket Persib saat foto untuk baligo demi kepentingan elektoral, tapi apakah harus biasa dan mengerti? Negara kita mengatur akan hak ini dalam Pasal 43 Ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dinyatakan, “setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”, jadi bebaskeun.

TAPI, dalam setiap kampanye politik, dalam format apapun itu, sistem penyaringan ada pada diri individu, diartikan setiap bobotoh punya kuasa atas dirinya sendiri, apa dia mau menerima informasi dan melaksanakan akan pesan politik yang disebarkan lewat klub atau kelompok suporternya tersebut atau tidak?
Kita tarik sedikit ke masa lalu, federasi sepakbola (PSSI) di Indonesia memang terbentuk atas dasar politik, sebagai sarana pemersatu bangsa Indonesia untuk melawan penerintahan Belanda saat itu. Jadi jika sekarang masih berpolitik, apakah Persib dan sepakbola Indonesia pada umumnya memang sudah ditakdirkan untuk selalu dekat dengan perpolitikan?

Saya jadi teringat salah satu adegan di The Simpsons, dimana Burney Gumble seorang pemabuk, melihat kampanye Mr. Burns, dia bilang “pemilihan umum? Bukankah itu saat para politikus menutup pintu mereka (untuk mendengarkan suara rakyat) bukan?”, every man for themselves, wahai bobotoh!

Ditulis oleh Kiki Esa Perdana. Penulis adalah bobotoh biasa saja yang kebetulan suka politik.

Lanjut Membaca

Arena Bobotoh

Mau Sampai Kapan?

Published

on


Pertandingan sudah memasuki pekan ke-8, Persib Bandung mencatatkan 1 kemenangan, 5 imbang, dan 2 kali kalah. Faktanya Persib berada di jurang degradasi, jurang degradasi! Melihat fakta seperti ini jelas sangat menyedihkan bagi Bobotoh Persib. Sampai pekan terakhir liga sehingga Persib degradasi? Siapa yang akan bertanggung jawab bila seperti ini? Tak terbayangkan bila Persib harus berjuang di liga 2, sungguh tak terbayangkan. Mau sampai kapan?

Keruwetan klub Persib sudah terlihat dari banyaknya persoalan yang sedang dihadapi, dari mulai persiapan yang tidak optimal, rombongan pelatih yang keluar secara mendadak pada pekan ke-3, pemain asing yang cedera pada debutnya, hubungan dengan suporter yang merenggang, hukuman untuk beberapa pemain yang terprovokasi sehingga mendapatkan sanksi dari komdis, serta stadion yang terlihat tidak full. Mau sampai kapan?

Akar masalah dari persoalan ini tampak jelas. Segera lakukan pendekatan dari semua elemen dari mulai manajemen, pelatih, pemain, serta suporter sehingga bisa mengembalikan Persib kembali kepada jalurnya. Perbaikan hubungan dengan Bobotoh menjadi hal yang krusial mengingat Persib sedang membutuhkan dukungan yang nyata dari suporternya. Sebesar apapun sebuah klub, bila tanpa dukungan yang nyata akan sangat berpengaruh terhadap performa pemain di atas lapangan. Pemain di locker room pun sepertinya selain faktor teknis ganti pelatih ganti strategi, tahu betul bahwa faktor persoalan dari luar lapangan mempengaruhi mental para pemain. Mau sampai kapan?

Saya meyakini bahwa semua elemen menginginkan yang terbaik untuk Persib. Persoalan yang berlarut akan sangat merugikan untuk klub Persib. Sebelum semuanya terlambat alangkah baiknya lakukan pendekatan dengan duduk bersama, saling menghargai pendapat, lupakan ego sejenak. Karakter budaya urang Sunda mah sangat besar dan mudah memaafkan. Saya hanya ingin Persib kembali ke jalur juara, sungguh ini sangat menyedihkan. Mau sampai kapan?

Penulis Tyas Agung Pratama (@tyspra), sehari-hari mencerdaskan anak bangsa. Bobotoh yang ingin kembali Persib juara.

Lanjut Membaca

Arena Bobotoh

Melupakan Persib Bandung Saat Ini Sebagai Warisan Budaya

Published

on

Pada Podcast Simamaung Episode 24 (ditayangkan 6 September 2020) terdapat pernyataan dari narasumber episode tersebut (Hevi Fauzan). Disebutkan bahwa setelah kemerdekaan Republik Indonesia, aset-aset KNIL sekitaran jalan yang saat ini nama pulau (Jalan Manado, Jalan Ambon, Jalan Bali, Jalan Lombok dan seterusnya) diakuisisi oleh Angkatan Darat saat itu dengan mendirikan Divisi Siliwangi. Termasuk diantaranya lapangan sepak bola yang kemudian akhirnya dibangun menjadi sebuah stadion pada 1954 sebagai bagian dari persiapan ulang tahun Divisi Siliwangi ke-10, yang diberi nama Stadion Siliwangi.

Penamaan Siliwangi erat dengan budaya Sunda karena salah satu nama yang dibanggakan oleh orang Sunda terkait dengan sejarah Prabu Siliwangi. Walaupun nantinya perbedaan cerita Prabu Siliwangi namun benang merah sejarah terkait penggunaan logo Maung yang sejatinya binatang asli Jawa Barat dengan nama ilmiah (subspecies) Panthera Tigris Sondaica yang pada akhirnya patut kita hormati sebagai bagian sejarah Persib Bandung yang mengakar dan menjadi cerita karena Stadion Siliwangi sendiri menjadi bagian dari estafet perkembangan Persib Bandung.

Diceritakan juga bagaimana pernah ada saksi sejarah pertandingan Persib Bandung melawan PSV Eindhoven seorang bapak tua dari Cianjur dan teman-temannya saat itu menggunakan angkutan umum untuk datang ke Stadion Siliwangi dan memiliki kebanggaan untuk menceritakan pertandingan tersebut kepada orang lain ataupun anak dan atau cucunya kelak. Persib Bandung menjadi sangat melekat dengan Stadion Siliwangi karena pada saat itu dianggap representatif dan termegah pada zamannya hingga akhirnya bertahap Persib Bandung pindah ke Stadion Si Jalak Harupat.

Kembali pada waktu lampau, saat Persib Bandung masih dikelola pemerintah kota Bandung dimana Persib Bandung sebagai karakter dan budaya yang mengakar karena dianggap mewakili identitas, semangat dan bagian hidup orang Sunda umumnya Jawa Barat. Level fanatisme yang terjadi sudah tidak terlihat dengan penggunaan identitas Persib Bandung namun terlihat dari antusiasme dan cara ekspresi Bobotoh yang menceritakan Persib Bandung dari masa ke masa sehingga jumlah Bobotoh berkembang dan membentuk kelompok-kelompok pendukung Persib Bandung.

Sehingga menimbulkan transisi sejarah cerita Persib Bandung dari Stadion Siliwangi ke Stadion Si Jalak Harupat hingga ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api, namun transisi sejarah ini juga tetap melekat dan meninggalkan banyak cerita dukungan Bobotoh mendukung Persib Bandung. Banyak juga kita temukan fakta bahwa tidak semua Bobotoh yang datang ke Stadion dapat masuk menonton langsung. Namun saat ini kita hanya dapat mengenang romantisme bagaimana mendengarkan siaran tandang Persib Bandung melalui Radio RRI, memanjat pohon atau tiang lampu di Stadion Siliwangi untuk melihat pertandingan langsung dan hal lain yang menjadi kenangan dalam cerita mendukung Persib Bandung.

Memasuki era industri saat ini, kita belum melihat langkah PT Persib Bandung Bermartabat menjadikan Persib Bandung sebagai Intengible Heritage (Warisan budaya tak benda dalam konteks Persib Bandung sebagai nilai hidup dan turun temurun). Entah itu didaftarkan pada UNESCO ataupun sebagai bagian dari konsep PT Persib Bandung Bermartabat dalam mengelola fanatisme Bobotoh di tengah perpaduan pengelolaan era industri dari era budaya yang menjadikan jarak yang terlalu jauh saat ini.

Pengelolaan tiket, pengelolaan hubungan dengan kelompok Bobotoh dan cara interaksi dalam media sosial menjadi hal yang saat ini disorot oleh kelompok Bobotoh. Belum lagi konflik internal pelatih dan pemain yang menjadi bulan-bulanan bagi Bobotoh. Tentu hal ini sangat mengganggu dan membuat kharisma Persib Bandung sebagai budaya menjadi sangat rumit karena tuntutan industri dan rasa memiliki dari kelompok Bobotoh.

Salah satu yang dibutuhkan saat ini bagi pemain dan bagi pelatih baru Persib Bandung adalah memahami dan menunjukkan di lapangan semangat Persib Bandung dengan karakter dalam bermain sehingga identitas Persib Bandung muncul kembali sehingga dapat mengangkat moral elemen Persib Bandung, sebagai contoh kita sebagai Bobotoh akan selalu yakin Persib Bandung dapat menunjukkan semangat berjuang dalam bermain walaupun tertinggal gol. Kita dapat melihat pertandingan Persib Bandung melawan Arema Malang di Stadion Si Jalak Harupat pada 2014 yang berkesudahan 3-2, dimana saat babak pertama tertinggal 0-2, semangat dan karakter Tantan saat itu menjadi titik balik kemenangan, apakah pada saat itu Tantan menerima strategi khusus dari Djadjang Nurjaman? Dalam cerita yang kita tahu tidak ada, semangat moral dan karakter yang akhirnya menjadi pembeda.

Semoga masalah karakter dan semangat moral ini dapat diperbaiki setelah kekalahan melawan PSM Makassar kemarin dan dijawab oleh pelatih baru, mengembalikan karakter ini penting sebelum aplikasi strategi dalam konteks Persib Bandung. Saat ini melupakan pertandingan Persib Bandung menjadi hal yang mudah karena akses mendapatkan tiket menjadi panjang, menyaksikan pada televisi juga menjadi hal yang mudah ditinggalkan cukup dengan mengetahui hasil akhir. Semua terjadi karena jauhnya pengelolaan Persib Bandung dari fase budaya, konflik dengan kelompok Bobotoh adalah hal yang seharusnya tidak terjadi.

Kita juga berharap PT Persib Bandung Bermartarbat dapat mengubah pola pengelolaan untuk dapat lebih merangkul kelompok Bobotoh sehingga tidak menghilangkan landasan budaya sebelum akhirnya berbicara pengelolaan yang jauh lebih teknis dan lebih industrial.

Ditulis Yosha Rory, dengan akun Twitter @roryosha

Lanjut Membaca
Bir kaç senedir çalıştığım iş yerinde patronla aram çok iyi porno izle Patron ara sıra beni evine gönderiyor ve oradaki işleri yapmamı istiyor porno gif Karısına yardım ediyorum türk porno evde bozulan şeyleri tamir ediyorum porno bahçe işlerini hallediyorum porno izle Yeri geliyor çamaşırları bile yıkıyorum bedava porno Tabi evlerine gittiğim zaman karısıyla yalnız oluyoruz sex patronum tüm gün şirkette oluyor porno izle Herifin karısı 44 yaşında olmasına rağmen çok çekici seksi birisi porno resimler İlgimi çekiyor fakat işimi kaybetmek istemediğim için kadına bakmamaya çalışıyorum porno İşim bittikten sonra salonda televizyon bakıyordum porno indir bu sırada patronun karısı iç çamaşırlarıyla yanıma gelip karşımda durdu porno sikimi açıp yalamaya başladı porno ve ağzına boşaldım.
Advertisement

Komentar Bobotoh

Arsip

Trending