Connect with us

Arena Bobotoh

(Arena Bobotoh) Persib Sudah Bukan Klub Rakyat

Published

on


Perayaan ulang tahun Persib yang selalu identik dengan tanggal 14 Maret, kini sudah menginjak usianya yang ke-88 tahun. Meski situasi darurat pandemi belum hilang dan dicabut, ragam perayaan ala pendukung klub sepak bola, nyatanya tetap muncul kala menyambut hari khidmat nan penuh makna.

Di kala sebagian orang lebih memilih untuk bersantai di rumah saja, menonton pertandingan Liga Inggris dengan balutan selimut hangatnya. Lain cerita dengan yang dikerjakan oleh Bobs beserta awak kreatifnya hingga tengah malam kemarin. Tembok sepanjang 170 meter di bilangan Jalan Buah Batu, mereka sulap dengan mural bertemakan ulang tahun Persib.

Bergeser ke pusat kota, padahal masih dini hari, namun secepat itu pula tersebar video singkat berisi momen penyalaan suar di Jembatan Pasupati. Prosesi yang dilakukan oleh sekelompok orang ini, seakan menjadi jaminan bahwa semangat dan gairah mereka masih utuh, meski ancaman wabah selalu menggerayangi.

Teka-teki 14 Maret 1933
Pernahkah kita ragu, apakah benar Persib yang saat ini kita cintai memang berdiri pada 14 Maret 1933? Padahal satu-satunya catatan yang menjadi acuan Persib lahir pada tanggal dan tahun tersebut hanyalah keterangan dari R Ibrahim Iskandar dalam buku “Pasang Surut 40 Tahun Persib”.[1]

Hingga saat ini, masih belum ditemukan akta pendirian dalam bentuk apa pun yang dapat menjadi bukti kuat sejarah berdirinya Persib. Menurut penuturan Iskandar, Konon Persib lahir dari meleburnya PSIB dan National Voetbal Bond, yang mana menurut peristiwa pemanggilan bermain saat itu, sejak 14 Maret 1933 dinyatakan tidak ada lagi bond dari bangsa Indonesia selain Persib di Bandung.

Akan tetapi, hal tersebut belumlah final. Kita masih akan dibuat heran terkait kapan sebenarnya tanggal berdirinya Persib ini, karena dalam majalah Pandji Poestaka edisi Juni 1934, nyatanya nama PSIB lebih eksis dalam pemberitaan dibanding nama Persib [2]. Baru setelahnya, masih di tahun dan majalah yang sama, nama Persib mulai muncul dan bertahan hingga saat ini.

Klub Rakyat
Sejak 14 Maret 1933 hingga akhir tahun 2008, status Persib adalah klub rakyat. Tiap nafas perjuangannya, selalu kental dengan semangat kerakyatan dan kebangsaan. Lihat saja bagaimana pergolakan kelas sosial tersaji kala Persib sengaja disingkirkan aksesnya untuk bermain di pusat kota, oleh bond elit tandingan buatan orang-orang Belanda; Voetbal Bond Bandoeng en Omstreken (VBBO).

Saat itu Persib yang sengaja disingkirkan, mau tak mau harus terima untuk bermain di lapangan pinggiran Bandung. Takdir berkata lain, justru dengan disingkirkannya Persib, seakan menjadi jalan yang mendorong Persib semakin besar. Hal ini dibuktikan dengan meluasnya dukungan klub anggota Persib. Hingga pada akhirnya Persib berhasil meraih simpati masyarakat Bandung, membuat dominasi bond elit VBBO runtuh juga.[3]

Kisah-kisah bersejarah itu seakan terputus rantainya. Kini Persib sudah bukan lagi klub kepunyaan rakyat. Setelah 75 tahun lebih hubungan darah itu mengalir, sudah sebelas tahun lamanya Persib berada di bawah naungan PT. Persib Bandung Bermartabat –selanjutnya disingkat PT.PBB–.

Sebelum pengelolaan Persib dinaungi oleh PT. PBB, nafas dan bahan bakar Persib lahir dari uang pajak dan retribusi warga Kota Bandung dalam bentuk APBD. Bersamaan dengan peralihan pengelolaan dari Pemkot Bandung ke perusahaan berbadan hukum, bersama itu pula terputus hak menafkahi warga Kota Bandung terhadap Persib.

Oleh karenanya, suara dan saran dari warga Kota Bandung saat ini, sampai kapan pun sudah bukan kewajiban lagi untuk diikuti. Didengar saja sudah alhamdulillah.

Sebelas Tahun Lepas dari APBD
Sejak Rabu, 09 September 2009, hingga hari ini, sudah sebelas tahun usia Persib dinaungi oleh orang tua asuhnya yang baru. Dari waktu tersebut, Persib yang memiliki jumlah pengikut media sosial terbanyak di Indonesia, juga klub yang digadang-gadang oleh majalah bisnis asal Amerika Serikat, Forbes, sebagai klub terkaya di Indonesia,[4] nyatanya hanya satu kali saja menjadi kampiun di kompetisi resmi kasta tertinggi Indonesia. Mari kita bandingkan dengan kiprah Persipura Jayapura yang memilih tidak berpartisipasi di Piala Menpora 2021 bulan Maret ini.

Klub asal Pulau Papua berjuluk Mutiara Hitam ini, selama sebelas tahun ke belakang, meski jauh dari hingar-bingar keglamoran, namun berhasil menjadi kampiun dan runner up, masing-masing sebanyak tiga kali. Yakinlah bahwa fasilitas dan finansial mereka jauh panggang dari api dengan klub pujaan kita yang berkandang di Kota Bandung ini.

Melihat perbandingan tersebut, jelas ada yang tak beres di jajaran elit pengelola Persib saat ini. Di mana bentuk pencapaian tertinggi klub sepak bola adalah juara, sedangkan untuk menentukan target saja seringkali publik dibuat bingung dengan jawaban yang tidak satu pintu. Sebuah hal yang harusnya menjadikan sponsor berpikir dua kali terkait tingkat profesionalitas perusahaan yang menaungi Persib ini.

Persib adalah klub besar di Indonesia, kegemilangan prestasi di masa lalu, fanatisme pendukungnya yang royal, serta berbagai karya ilmiah dan penelitian yang telah dibukukan, sudah tentu menjadikan Persib satu langkah lebih dekat untuk menggapai apa yang sebenarnya klub lain juga sama inginkan.

Maksud hal yang sama-sama diinginkan adalah; sponsor, pendapatan tiket, hak siar pertandingan, dan penjualan merchandise [5]. Hal tersebut dipaparkan oleh Risha Adi Wijaya, direktur PT. PBB saat itu, kepada CNN Indonesia pada tahun 2015. Selain empat hal tersebut, Risha pun menambahkan jika Persib berpotensi mendapatkan keuntungan juga, salah satunya dari transfer fee; sebuah pemandangan yang tak asing di liga-liga Eropa.

Namun nyatanya kepopuleran Persib yang telah terbentuk puluhan tahun lamanya, malah dijadikan sarana pelebaran bisnis yang jauh dari nilai-nilai perjuangan. PT. PBB mengakuisisi secara prematur klub Blitar United dan merubah image mereka menjadi Bandung United.

Tak hanya mengakuisisi klub sepak bola, PT. PBB sejak 28 November 2018 lalu, berhasil mengakuisisi klub basket asal Bandung bernama Garuda Bandung. Kini Garuda Bandung telah rebranding menjadi Prawira Bandung, dengan tambahan logo maungnya.

Kedua contoh pengakuisisian tersebut, adalah bukti bahwa kini PT. PBB tidak berfokus kepada Persib saja. Melainkan akan terus melebarkan sayap usahanya, kepada hal-hal tak berkesesuaian dengan nilai-nilai dari lahirnya Persib terdahulu.

Keajaiban-keajaiban lainnya tinggal menunggu jarum jam bergerak. Mengingat semakin banyak pendukung Persib yang hanya pasrah menerima keadaan, mudah terbawa isu picisan, tanpa pondasi berpikir kritis yang kuat.

Transparansi
Ciri sebuah perusahaan maju dan terbuka adalah transparansi. Bentuk transparansi di sini, salah satunya adalah annual reports yang bisa diakses oleh publik setiap tahunnya. Memang untuk poin ini PT. PBB tidak memiliki kewajiban untuk membagikan annual reports-nya ke publik. Mengingat status PT. PBB sendiri yang belum menjadi perusahaan terbuka.

Khusus berbicara tentang perusahaan terbuka, PT. PBB telah dilampaui gerakannya oleh saudara mereka asal Bali, bersama PT. Bali Bintang Sejahtera, Tbk. Bali United FC. Untuk hal ini, Persib harus mengakui tidak bisa menjadi yang terdepan. Saat ini Bali United FC adalah sebuah klub sepak bola satu-satunya di Indonesia, yang telah eksis di bursa saham; Indonesia Stock Exchange.

Keuntungan menjadi perusahaan terbuka adalah selain akan menjadi perusahaan yang terpercaya, kemudian berpotensi mendapatkan tambahan modal karena bisa menggandeng investor publik, juga akan terciptanya kinerja dari atasan dan staf yang lebih baik lagi. Hal ini dapat terjadi karena akses seluruhnya dapat terpantau oleh publik, di mana perusahaan akan takut kehilangan kepercayaan jika bekerja asal-asalan.

Tak ada tendensi untuk mengarahkan Persib bergerak ke IPO, dan menjadi perusahaan terbuka. Jika pun boleh memilih, rasanya untuk mengembalikan marwah dari Persib itu sendiri, satu-satunya cara yang bisa diterapkan adalah socios-nya [6] dua klub paling sukses di La Liga.

Sebuah perencanaan panjang yang layak dicoba di Bandung. Akan tetapi, dalam perjalanannya, sudah pasti akan tercipta benturan yang keras. Karena akan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan, di mana ternyata pengelolaan klubnya menjadi milik dari pendukungnya itu sendiri.

Karena konsep socios ini mengedepankan sistem voting dari anggota klub, bukan kepentingan beberapa orang saja.

***

Berterimakasihlah karena Persib hidup di lingkungan yang akan terus dikawal oleh orang-orang yang kritis. Karena tidak akan maju sebuah hubungan, jika memiliki sifat antikritik, tak mau bersifat kritis, juga diam dalam ketaksesuaian.

Padi tumbuh tak berisik. Namun di balik itu semua, banyak keringat dan perjuangan dari orang-orang yang mengupayakannya tumbuh. Hidup Persib! Teruslah tumbuh!

Rizki Sanjaya, seorang manusia yang mengagungkan Persib setelah Allah juga Muhammad. Bisa ditemui di semua akun bernama @rizkimasbox

Catatan Kaki
1. Suwarman, Anggalarang. 2020. Tjatatan Ketjil Persib Generasi Emas I. Bandung: History of Persib. Tersedia dalam History of Persib
2. Hanifan, Aqwam Fiazmi dan Novan Herfiyana. 2014. Persib Undercover Kisah-kisah yang Terlupakan. Bandung: Tiga Buku.
3. Tirto. (2018). PT Persib: Blunder Dada Rosada. Diakses pada 14 Maret 2021, dari http://tirto.id/pt-persib-blunder-dada-rosada-cF7j
4. Indosport. (2017). Termasuk Persib, Ini 5 Klub Terkaya Indonesia Versi Forbes. Diakses pada 14 Maret 2021, dari http://indosport.com/sepakbola/amp/20171111/termasuk-persib-ini-5-klub-terkaya-indonesia-versi-forbes
5. CNN Indonesia. (2015). Resep Persib Bandung Jadi Klub Berfinansial Sehat. Diakses pada 14 Maret 2021, dari https://m.cnnindonesia.com/olahraga/20150225150546-142-34778/resep-persib-bandung-jadi-klub-berfinansial-sehat
6. Kompas. (2013). Barca dan Madrid, Klub Milik Fans. Diakses pada 14 Maret 2021, dari https://bola.kompas.com/read/2013/02/14/19162438/barca.dan.madrid.klub.milik.fans.

Advertisement
Mangga Komentar di Dieu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Arena Bobotoh

Persib Tim Spesialis Kampanye?

Published

on

Saat membaca ini, bobotoh di lini masa X pasti sedang banyak melihat seliweran poto dan info mengenai tim Persib Legend dengan menggunakan kaos bertuliskan salah satu calon presiden, Ganjar Pranowo. Dan pernyataan resmi klub tidak berafiliasi dengan mereka dan satu sosok calon presiden tertentu (atau dengan yang lain? #eh).

Jika kita bicarakan sedikit sejarah, sejauh yang saya baca, Persib dan suporternya termasuk salah satu entitas yang cukup aktif di sepakbola indonesia saat ada momentum politik. Kita mungkin masih ingat saat manager dan pemain Persib ikut kampanye politik pilbup Sumedang, juga saat sebagian suporter ikut kampanye calon legislatif, gubernur Jawa Barat pernah dijadikan duta tim, dan terakhir bagaimana munculnya komunitas bobotoh Jokowi pada tahun 2019 dan sekarang muncul fenomena Persib Legend ini.

Peneliti Halim dan Lalongan pernah menjelaskan bahwa sebuah partisipasi poliitk bisa dilakukan secara individual ataupun kolektif atau bersama-sama. Yang dilakukan secara individu biasanya tidak menimbulkan friksi di maksyarakat, namun jika dilakukan secara kolektif biasanya menimbulkan friksi, apalagi menyangkut suatu budaya populer yang sudah sangat menempel sebagai satu identitas kedaerahan, misalnya Persib.

Tapi kenapa pesona Persib begitu menawan untuk para elit dan kelompok politik? Teddy Tjahjono (dilansir bola.net) pernah mengkliam jika Persib memiliki 22 juta suporter, angka ini tentu sangat signifikan jika kita kaitkan pada sisi politik. Daftar pemilih tetap KPU untuk tahun 2024 sebanyak 204 juta penduduk. Bisakah terbayang berapa persen jika satu elit atau satu kelompok politik memiliki 2-30 persen dari 22 juta orang pendukung Persib Bandung saja. Dari angka itu sekilas kita tahu, Persib merupakan medium yang menarik untuk “terlibat” dalam politik. Kita pun seakan sudah tidak aneh lagi melihat gimmick politik dimana elit atau kelompok politik, menggunakan pernak-pernik Persib saat pemilihan umum, misal poto sambil membawa syal Persib saat musim kampanye, atau tiba-tiba menggunakan jaket Persib saat foto untuk baligo demi kepentingan elektoral, tapi apakah harus biasa dan mengerti? Negara kita mengatur akan hak ini dalam Pasal 43 Ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dinyatakan, “setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”, jadi bebaskeun.

TAPI, dalam setiap kampanye politik, dalam format apapun itu, sistem penyaringan ada pada diri individu, diartikan setiap bobotoh punya kuasa atas dirinya sendiri, apa dia mau menerima informasi dan melaksanakan akan pesan politik yang disebarkan lewat klub atau kelompok suporternya tersebut atau tidak?
Kita tarik sedikit ke masa lalu, federasi sepakbola (PSSI) di Indonesia memang terbentuk atas dasar politik, sebagai sarana pemersatu bangsa Indonesia untuk melawan penerintahan Belanda saat itu. Jadi jika sekarang masih berpolitik, apakah Persib dan sepakbola Indonesia pada umumnya memang sudah ditakdirkan untuk selalu dekat dengan perpolitikan?

Saya jadi teringat salah satu adegan di The Simpsons, dimana Burney Gumble seorang pemabuk, melihat kampanye Mr. Burns, dia bilang “pemilihan umum? Bukankah itu saat para politikus menutup pintu mereka (untuk mendengarkan suara rakyat) bukan?”, every man for themselves, wahai bobotoh!

Ditulis oleh Kiki Esa Perdana. Penulis adalah bobotoh biasa saja yang kebetulan suka politik.

Lanjut Membaca

Arena Bobotoh

Mau Sampai Kapan?

Published

on


Pertandingan sudah memasuki pekan ke-8, Persib Bandung mencatatkan 1 kemenangan, 5 imbang, dan 2 kali kalah. Faktanya Persib berada di jurang degradasi, jurang degradasi! Melihat fakta seperti ini jelas sangat menyedihkan bagi Bobotoh Persib. Sampai pekan terakhir liga sehingga Persib degradasi? Siapa yang akan bertanggung jawab bila seperti ini? Tak terbayangkan bila Persib harus berjuang di liga 2, sungguh tak terbayangkan. Mau sampai kapan?

Keruwetan klub Persib sudah terlihat dari banyaknya persoalan yang sedang dihadapi, dari mulai persiapan yang tidak optimal, rombongan pelatih yang keluar secara mendadak pada pekan ke-3, pemain asing yang cedera pada debutnya, hubungan dengan suporter yang merenggang, hukuman untuk beberapa pemain yang terprovokasi sehingga mendapatkan sanksi dari komdis, serta stadion yang terlihat tidak full. Mau sampai kapan?

Akar masalah dari persoalan ini tampak jelas. Segera lakukan pendekatan dari semua elemen dari mulai manajemen, pelatih, pemain, serta suporter sehingga bisa mengembalikan Persib kembali kepada jalurnya. Perbaikan hubungan dengan Bobotoh menjadi hal yang krusial mengingat Persib sedang membutuhkan dukungan yang nyata dari suporternya. Sebesar apapun sebuah klub, bila tanpa dukungan yang nyata akan sangat berpengaruh terhadap performa pemain di atas lapangan. Pemain di locker room pun sepertinya selain faktor teknis ganti pelatih ganti strategi, tahu betul bahwa faktor persoalan dari luar lapangan mempengaruhi mental para pemain. Mau sampai kapan?

Saya meyakini bahwa semua elemen menginginkan yang terbaik untuk Persib. Persoalan yang berlarut akan sangat merugikan untuk klub Persib. Sebelum semuanya terlambat alangkah baiknya lakukan pendekatan dengan duduk bersama, saling menghargai pendapat, lupakan ego sejenak. Karakter budaya urang Sunda mah sangat besar dan mudah memaafkan. Saya hanya ingin Persib kembali ke jalur juara, sungguh ini sangat menyedihkan. Mau sampai kapan?

Penulis Tyas Agung Pratama (@tyspra), sehari-hari mencerdaskan anak bangsa. Bobotoh yang ingin kembali Persib juara.

Lanjut Membaca

Arena Bobotoh

Melupakan Persib Bandung Saat Ini Sebagai Warisan Budaya

Published

on

Pada Podcast Simamaung Episode 24 (ditayangkan 6 September 2020) terdapat pernyataan dari narasumber episode tersebut (Hevi Fauzan). Disebutkan bahwa setelah kemerdekaan Republik Indonesia, aset-aset KNIL sekitaran jalan yang saat ini nama pulau (Jalan Manado, Jalan Ambon, Jalan Bali, Jalan Lombok dan seterusnya) diakuisisi oleh Angkatan Darat saat itu dengan mendirikan Divisi Siliwangi. Termasuk diantaranya lapangan sepak bola yang kemudian akhirnya dibangun menjadi sebuah stadion pada 1954 sebagai bagian dari persiapan ulang tahun Divisi Siliwangi ke-10, yang diberi nama Stadion Siliwangi.

Penamaan Siliwangi erat dengan budaya Sunda karena salah satu nama yang dibanggakan oleh orang Sunda terkait dengan sejarah Prabu Siliwangi. Walaupun nantinya perbedaan cerita Prabu Siliwangi namun benang merah sejarah terkait penggunaan logo Maung yang sejatinya binatang asli Jawa Barat dengan nama ilmiah (subspecies) Panthera Tigris Sondaica yang pada akhirnya patut kita hormati sebagai bagian sejarah Persib Bandung yang mengakar dan menjadi cerita karena Stadion Siliwangi sendiri menjadi bagian dari estafet perkembangan Persib Bandung.

Diceritakan juga bagaimana pernah ada saksi sejarah pertandingan Persib Bandung melawan PSV Eindhoven seorang bapak tua dari Cianjur dan teman-temannya saat itu menggunakan angkutan umum untuk datang ke Stadion Siliwangi dan memiliki kebanggaan untuk menceritakan pertandingan tersebut kepada orang lain ataupun anak dan atau cucunya kelak. Persib Bandung menjadi sangat melekat dengan Stadion Siliwangi karena pada saat itu dianggap representatif dan termegah pada zamannya hingga akhirnya bertahap Persib Bandung pindah ke Stadion Si Jalak Harupat.

Kembali pada waktu lampau, saat Persib Bandung masih dikelola pemerintah kota Bandung dimana Persib Bandung sebagai karakter dan budaya yang mengakar karena dianggap mewakili identitas, semangat dan bagian hidup orang Sunda umumnya Jawa Barat. Level fanatisme yang terjadi sudah tidak terlihat dengan penggunaan identitas Persib Bandung namun terlihat dari antusiasme dan cara ekspresi Bobotoh yang menceritakan Persib Bandung dari masa ke masa sehingga jumlah Bobotoh berkembang dan membentuk kelompok-kelompok pendukung Persib Bandung.

Sehingga menimbulkan transisi sejarah cerita Persib Bandung dari Stadion Siliwangi ke Stadion Si Jalak Harupat hingga ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api, namun transisi sejarah ini juga tetap melekat dan meninggalkan banyak cerita dukungan Bobotoh mendukung Persib Bandung. Banyak juga kita temukan fakta bahwa tidak semua Bobotoh yang datang ke Stadion dapat masuk menonton langsung. Namun saat ini kita hanya dapat mengenang romantisme bagaimana mendengarkan siaran tandang Persib Bandung melalui Radio RRI, memanjat pohon atau tiang lampu di Stadion Siliwangi untuk melihat pertandingan langsung dan hal lain yang menjadi kenangan dalam cerita mendukung Persib Bandung.

Memasuki era industri saat ini, kita belum melihat langkah PT Persib Bandung Bermartabat menjadikan Persib Bandung sebagai Intengible Heritage (Warisan budaya tak benda dalam konteks Persib Bandung sebagai nilai hidup dan turun temurun). Entah itu didaftarkan pada UNESCO ataupun sebagai bagian dari konsep PT Persib Bandung Bermartabat dalam mengelola fanatisme Bobotoh di tengah perpaduan pengelolaan era industri dari era budaya yang menjadikan jarak yang terlalu jauh saat ini.

Pengelolaan tiket, pengelolaan hubungan dengan kelompok Bobotoh dan cara interaksi dalam media sosial menjadi hal yang saat ini disorot oleh kelompok Bobotoh. Belum lagi konflik internal pelatih dan pemain yang menjadi bulan-bulanan bagi Bobotoh. Tentu hal ini sangat mengganggu dan membuat kharisma Persib Bandung sebagai budaya menjadi sangat rumit karena tuntutan industri dan rasa memiliki dari kelompok Bobotoh.

Salah satu yang dibutuhkan saat ini bagi pemain dan bagi pelatih baru Persib Bandung adalah memahami dan menunjukkan di lapangan semangat Persib Bandung dengan karakter dalam bermain sehingga identitas Persib Bandung muncul kembali sehingga dapat mengangkat moral elemen Persib Bandung, sebagai contoh kita sebagai Bobotoh akan selalu yakin Persib Bandung dapat menunjukkan semangat berjuang dalam bermain walaupun tertinggal gol. Kita dapat melihat pertandingan Persib Bandung melawan Arema Malang di Stadion Si Jalak Harupat pada 2014 yang berkesudahan 3-2, dimana saat babak pertama tertinggal 0-2, semangat dan karakter Tantan saat itu menjadi titik balik kemenangan, apakah pada saat itu Tantan menerima strategi khusus dari Djadjang Nurjaman? Dalam cerita yang kita tahu tidak ada, semangat moral dan karakter yang akhirnya menjadi pembeda.

Semoga masalah karakter dan semangat moral ini dapat diperbaiki setelah kekalahan melawan PSM Makassar kemarin dan dijawab oleh pelatih baru, mengembalikan karakter ini penting sebelum aplikasi strategi dalam konteks Persib Bandung. Saat ini melupakan pertandingan Persib Bandung menjadi hal yang mudah karena akses mendapatkan tiket menjadi panjang, menyaksikan pada televisi juga menjadi hal yang mudah ditinggalkan cukup dengan mengetahui hasil akhir. Semua terjadi karena jauhnya pengelolaan Persib Bandung dari fase budaya, konflik dengan kelompok Bobotoh adalah hal yang seharusnya tidak terjadi.

Kita juga berharap PT Persib Bandung Bermartarbat dapat mengubah pola pengelolaan untuk dapat lebih merangkul kelompok Bobotoh sehingga tidak menghilangkan landasan budaya sebelum akhirnya berbicara pengelolaan yang jauh lebih teknis dan lebih industrial.

Ditulis Yosha Rory, dengan akun Twitter @roryosha

Lanjut Membaca
Bir kaç senedir çalıştığım iş yerinde patronla aram çok iyi porno izle Patron ara sıra beni evine gönderiyor ve oradaki işleri yapmamı istiyor porno gif Karısına yardım ediyorum türk porno evde bozulan şeyleri tamir ediyorum porno bahçe işlerini hallediyorum porno izle Yeri geliyor çamaşırları bile yıkıyorum bedava porno Tabi evlerine gittiğim zaman karısıyla yalnız oluyoruz sex patronum tüm gün şirkette oluyor porno izle Herifin karısı 44 yaşında olmasına rağmen çok çekici seksi birisi porno resimler İlgimi çekiyor fakat işimi kaybetmek istemediğim için kadına bakmamaya çalışıyorum porno İşim bittikten sonra salonda televizyon bakıyordum porno indir bu sırada patronun karısı iç çamaşırlarıyla yanıma gelip karşımda durdu porno sikimi açıp yalamaya başladı porno ve ağzına boşaldım.
Advertisement

Komentar Bobotoh

Arsip

Trending