(Arena Bobotoh) Persib Memang Klub Kaya Tapi ..
Thursday, 26 December 2019 | 10:22
By Kiki Esa Perdana*
Dibalik bagaimana jelimetnya internal PT. Bandung Bermartabat, atau gatelnya saya sama bagaimana kreatif mereka mempertahankan citra di media sosial, atau bursa pemain dari para talent scout, dan cenayang tranfer pemain di babakan instagram, atau kesedihan kita semua melepas mas gondrong #24, klub persib ini sebetulnya sudah memiliki keunggulan dalam branding. Mereka memiliki modal supporter yang hebat, hingga tak perlu lagi bekerja dari 0 untuk membangun sebuah klub profesional.
Persib, kalo warga netijen bilang, sudah memiliki “privilage” untuk berangkat maju menjadi perusahaan profesional. Contoh mudah saja, dalam data terakhir tahun 2012 yang dikeluarkan langsung oleh perusahaan yang saya dapat dari media, sudah tercatatat supporternya menyentuh angka 5,3 juta fans tersebar diseluruh Indonesia, sangat banyak kan?
Mari kita bicarakan cuan, belum lagi deretan brand merk-merk gahar sangat terkenal seperti Pria Punya Selera, Salvus, Halodoc, Indofood, ExxonMobil , Gojek, Permata Syariah, Kopi ABC, Azzuri, Elevania, Salvus, Panther, Didimax, Corsa, Achilles, Envi, Sportama, ISMC, 96.4 FM. Nama mereka menempel di jersey yang banyak dibilang seperti kaos sepeda balap. Bisa kalian pikir, betapa bergelimang harta nya klub yang kalian cintai ini. Atau mungkin saat saya menulis, sudah bertambah lagi untuk sponsor tahun kompetisi depan untuk ditempel pada jersey taun depan. Alhamdulillah pisan.
Mari sedikit baca berita klub lain. Masih ada beberapa klub yang pakai dana APBN atau dana kepentingan politik, atau coba kita lihat masih ada bus klub yang plat merah atau dipasang wajah elit politik segede gaban. Bahkan beberapa media menyebutkan tidak sedikit karena adanya kasus dugaan pengaturan skor yang melibatkan sejumlah petinggi PSSI, sponsor jadi sulit masuk karena khawatir citra mereka kebawa buruk sama persepakbolaan lokal. Karena banyak klub yang memang cari satu sponsor pun sulit dalam menghadapi liga ke depan, liga yang mengharuskan klub tandang dari sabang sampai merauke. Kita harus juga sadar diri, kebanyakan di kita bukan klub macam Barcelona yang sistem dan aturan nya sudah terbentuk dengan baik dan mapan. Dulu, mereka hanya memasang logo UNICEF, buat benefit children in the developing world. Cuan mereka dari fanshop dan hak siar televisi mereka sudah sangat besar, apalagi ditambah sponsor, belum lagi permainan di bursa saham, klub kaya bebas. Mereka bisa seenaknya ambil pemain dan bangun fasilitas seenak hati, gak ada rame dulu sama pemkot, Eh.
Saya melihat sistem kita sedang beranjak menuju ke sana, perbaikan sistem yang lebih baik dan mapan. Semoga mereka yang memegang kuasa akan hal ini diberi kelancaran dan tidak mengecewakan banyak pecinta sepakbola di indonesia.
Persib bukan yayasan sosial, atau klub yang dibiayai keuangan daerah, yang punya tanggung jawab karena menggunakan pajak rakyat. Kan sesuai Permendagri nomor 32 tahun 2011 dan 39 tahun 2012 aturan sejak tahun 2005, klub sepakbola di Indonesia diharuskan berlatar belakang perusahaan profesional, tidak boleh lagi didanai APBN atau keuangan daerah. Sebagai suatu perusahaan profesional mereka memang mencari profit berupa uang bukan cap nuhun tos maen, yang memang wajar. Jika mereka tidak mampu membereskan banyak hak konsumen kayak tiket yang sulit, atau stadion yang tidak aman sampai ada yang kehilangam spare part motor beberapa kali, itu hal berbeda lainnya. Dan bagaimana mereka menjadi klub profesional pertama di indonesia itu membuat saya bangga.
Menjadi suportar klub yang kaya ini membuat saya berbangga diri, pemain kita contoh saja Essien, yang kata salah satu media bisa 37 juta rupiah dalam satu hari, sama dengan kita bukan? cuma beda di angka nolnya saja. Kenapa? Da mampu atuh, atau gaji Sergio van Dijk yang katanya 4,2 milyar setahun kompetisi ga masalah, mampu. Sedangkan klub lain, ada yang sampe pemain nya pindah karena ga mampu bayar gaji pemainnya. Miris, Kita senyumin aja lah sebagai suporter klub mampu.
Yang perlu khawatirkan kedepan bukanlah lagi kesulitan keuangan untuk bayar pemain macam klub lain, tapi bagimana mereka mampu menjaga prestasi untuk selalu menjadi top klasemen, malu kan sama keuangan yang mapan, prestasi juga harus di atas.
Pada akhirnya kita bukan berbangga pada prestasi, bukan pada kemapanan keuangan.
*penulis seseorang dengan KTP Cimahi yang jadi dosen komunikasi korporat di Jakarta. Berinteraksi dengan akun Twitter @dumbq_

By Kiki Esa Perdana*
Dibalik bagaimana jelimetnya internal PT. Bandung Bermartabat, atau gatelnya saya sama bagaimana kreatif mereka mempertahankan citra di media sosial, atau bursa pemain dari para talent scout, dan cenayang tranfer pemain di babakan instagram, atau kesedihan kita semua melepas mas gondrong #24, klub persib ini sebetulnya sudah memiliki keunggulan dalam branding. Mereka memiliki modal supporter yang hebat, hingga tak perlu lagi bekerja dari 0 untuk membangun sebuah klub profesional.
Persib, kalo warga netijen bilang, sudah memiliki “privilage” untuk berangkat maju menjadi perusahaan profesional. Contoh mudah saja, dalam data terakhir tahun 2012 yang dikeluarkan langsung oleh perusahaan yang saya dapat dari media, sudah tercatatat supporternya menyentuh angka 5,3 juta fans tersebar diseluruh Indonesia, sangat banyak kan?
Mari kita bicarakan cuan, belum lagi deretan brand merk-merk gahar sangat terkenal seperti Pria Punya Selera, Salvus, Halodoc, Indofood, ExxonMobil , Gojek, Permata Syariah, Kopi ABC, Azzuri, Elevania, Salvus, Panther, Didimax, Corsa, Achilles, Envi, Sportama, ISMC, 96.4 FM. Nama mereka menempel di jersey yang banyak dibilang seperti kaos sepeda balap. Bisa kalian pikir, betapa bergelimang harta nya klub yang kalian cintai ini. Atau mungkin saat saya menulis, sudah bertambah lagi untuk sponsor tahun kompetisi depan untuk ditempel pada jersey taun depan. Alhamdulillah pisan.
Mari sedikit baca berita klub lain. Masih ada beberapa klub yang pakai dana APBN atau dana kepentingan politik, atau coba kita lihat masih ada bus klub yang plat merah atau dipasang wajah elit politik segede gaban. Bahkan beberapa media menyebutkan tidak sedikit karena adanya kasus dugaan pengaturan skor yang melibatkan sejumlah petinggi PSSI, sponsor jadi sulit masuk karena khawatir citra mereka kebawa buruk sama persepakbolaan lokal. Karena banyak klub yang memang cari satu sponsor pun sulit dalam menghadapi liga ke depan, liga yang mengharuskan klub tandang dari sabang sampai merauke. Kita harus juga sadar diri, kebanyakan di kita bukan klub macam Barcelona yang sistem dan aturan nya sudah terbentuk dengan baik dan mapan. Dulu, mereka hanya memasang logo UNICEF, buat benefit children in the developing world. Cuan mereka dari fanshop dan hak siar televisi mereka sudah sangat besar, apalagi ditambah sponsor, belum lagi permainan di bursa saham, klub kaya bebas. Mereka bisa seenaknya ambil pemain dan bangun fasilitas seenak hati, gak ada rame dulu sama pemkot, Eh.
Saya melihat sistem kita sedang beranjak menuju ke sana, perbaikan sistem yang lebih baik dan mapan. Semoga mereka yang memegang kuasa akan hal ini diberi kelancaran dan tidak mengecewakan banyak pecinta sepakbola di indonesia.
Persib bukan yayasan sosial, atau klub yang dibiayai keuangan daerah, yang punya tanggung jawab karena menggunakan pajak rakyat. Kan sesuai Permendagri nomor 32 tahun 2011 dan 39 tahun 2012 aturan sejak tahun 2005, klub sepakbola di Indonesia diharuskan berlatar belakang perusahaan profesional, tidak boleh lagi didanai APBN atau keuangan daerah. Sebagai suatu perusahaan profesional mereka memang mencari profit berupa uang bukan cap nuhun tos maen, yang memang wajar. Jika mereka tidak mampu membereskan banyak hak konsumen kayak tiket yang sulit, atau stadion yang tidak aman sampai ada yang kehilangam spare part motor beberapa kali, itu hal berbeda lainnya. Dan bagaimana mereka menjadi klub profesional pertama di indonesia itu membuat saya bangga.
Menjadi suportar klub yang kaya ini membuat saya berbangga diri, pemain kita contoh saja Essien, yang kata salah satu media bisa 37 juta rupiah dalam satu hari, sama dengan kita bukan? cuma beda di angka nolnya saja. Kenapa? Da mampu atuh, atau gaji Sergio van Dijk yang katanya 4,2 milyar setahun kompetisi ga masalah, mampu. Sedangkan klub lain, ada yang sampe pemain nya pindah karena ga mampu bayar gaji pemainnya. Miris, Kita senyumin aja lah sebagai suporter klub mampu.
Yang perlu khawatirkan kedepan bukanlah lagi kesulitan keuangan untuk bayar pemain macam klub lain, tapi bagimana mereka mampu menjaga prestasi untuk selalu menjadi top klasemen, malu kan sama keuangan yang mapan, prestasi juga harus di atas.
Pada akhirnya kita bukan berbangga pada prestasi, bukan pada kemapanan keuangan.
*penulis seseorang dengan KTP Cimahi yang jadi dosen komunikasi korporat di Jakarta. Berinteraksi dengan akun Twitter @dumbq_

Posisi manager di Persib Bandung ngagokan, selalu TDK sejalan dg pelatih yg pro, dan bikin blunder…
Segera dirangkap oleh pelatih menjadi Manager & pelatih spt halnya di klub2 besar dunia
Nya leres kang whu kudu out mah ngaragokan.. Tos seueur korban pelatih/pemain nu out gara2 whu, duli teuing pltih/pemain alus mun whu teu resep ka jelema eta pasti d out
Dibanding klub lain di Indonesia, keuangan Persib memang lebih sip.
Kuipers dapet fasilitas apartemen; mobil & bayaran yang lebih dari cukup buat kebutuhan hidup disini.
Van Kuippesuis juga bilang walaupun cuman main diputaran ke-2 tapi punya uang yang cukup buat hidup dinegaranya.
Kaya tapi sagalana telat…kaburu dibeli klub nu lain wae..
Beunghar ngan pamaen hayang nu murah,,meski pemain masuk skema pelatih tapi harga teu cocok moal d rekrut ku manajemen mah. Prestasi mah no2 bagi manajemen mah