Secangkir kopi hitam pagi ini terasa lebih sedikit pahit sebab perkara opini anak emas yang dilontarkan untuk Persib Bandung. Pahit namun menggelitik lebih tepatnya. Beberapa orang beropini bahwa PT GTS selaku operator TSC 2016 memberikan keistimewaan bagi Persib terkait permohonan perubahan jadwal, bolehnya Djajang Nurdjaman melatih kendati belum memiliki lisensi A AFC, dan konon monopoli hak siar televisi.
Opini seperti ini sudah pasti menjadi tameng dan alibi beberapa supporter tim rival untuk mendebat sepak terjang Persib nantinya. Namun, karena ini masih berbentuk opini, bolehlah saya juga beropini mengenai Persib si anak emas ini.
Mengenai dikabulkannya perubahan jadwal Persib terkait pelaksanaan PON 2016, saya sedikit banyak setuju dengan sebutan ‘anak emas’ untuk Persib. Untuk alasan mengapa dikabulkan, saya tidak tahu. Tapi menurut saya, persetujuan ini berbau bisnis dan fulus bagi operator, mengingat Persib selalu menjadi daya tarik rating televisi, yang kemudian secara tidak langsung terlibat dalam alat untuk mendapatkan rupiah bagi operator TSC.
Lalu perkara Djajang Nurdjaman yang belum memiliki lisensi A AFC namun masih diperbolehkan melatih Persib, saya rasa pihak pengelola TSC sudah memberikan alasan tentang bagaimana Coach Djajang mendapat jaminan dari PSSI. Tapi, okelah mereka anggap Persib ‘Anak Emas’ terkait Djajang Nurdjaman, setidaknya sampai muncul bahasan dan berita terbaru siang tadi tentang ’80 pemain dan pelatih asing di Indonesia berstatus ilegal’. Nah loh, pelatih dan pemain asing yang mana ya? Bila Coach Djajang disindir menyoal peraturan dari PT GTS yang hanya bersifat Rules of Tournament, apa kabar tim kalian yang memiliki pelatih dan pemain ilegal yang melanggar Hukum Negara. Duh berat loh melanggar undang undang negara kita tercinta, salah salah bisa kena tindak pidana loh.
Dan untuk opini monopoli hak siar televisi di jam utama, hmmmmm. Helaaawwwwwww, hak siar itu diipegang oleh stasiun televisi pemilik hak siar TSC 2016. Bagaimana soal jadwal Persib yang nyaris selalu berada pada jam ‘utama’ televisi? Oke kita coba analogikan dengan logika. TSC merupakan tournament panjang kelas amatir, tidak diakui oleh FIFA, tidak ada promosi dan degradasi, diikuti oleh tim jadi jadian hasil jual beli lisensi, dan tentu saja tidak ada jenjang menjanjikan karena tidak resmi dibawah naungan PSSI yang kala itu masih beku.
Jadi, TSC merupakan tournament yang diselenggarakan dan dibiayai oleh PT GTS melalui kerjasamanya dengan Beberapa sponsor. Bukankah tujuan didirikannya PT salah satunya meraih profit yang sebesar besarnya? Darimana PT GTS mendapat suntikan dana, sudah pasti dari sponsor bukan. Dan tentu saja perusahaan yang mensponsori TSC 2016 ingin program promosi brand/produknya dilihat secara maksimal. Kapan waktu maksimal menurut sponsor? Tentu saja pada peak hour jadwal televisi.
Masih beropini Persib memonopoli jadwal dan hak siar? Sudah cek komparasi rating televisi Persib dibanding tim lain? Kalau masih, silahkan buat analisa bisnis terkait hal tersebut. Setelah data tersediadan terbukti, silahkan sebut Persib memonopoli. Bila berandai andai TSC adalah Liga Spanyol, maka ini kira kira seperti klub Las Palmas yang berfikir mereka sudah setara dengan Real Madrid atau Barcelona dari rating televisi. Plis deh ah.
Well, opini Persib menjadi ‘anak emas’ PT GTS dalam hal yang dirumorkan sebenarnya bukan hal yang mesti dianggap serius. Dalam pandangan saya, toh PT GTS mengelola turnamen yang hanya bertujuan mendapatkan profit. Menjadi juara TSC pun tak akan terlalu istimewa, dan hanya bertaruh gengsi. Silahkan nyinyir tentang persib si ‘anak emas’ di turnamen amatir yang tak beda jauh dengan turnamen tarkam ini. Apalagi keterlibatan pemilik saham PT PBB (pemilik Persib) dalam kepengurusan di PT GTS sudah pasti akan memperkuat alasan Persib si ‘anak emas’.
Nikmatilah sebutan ‘anak emas’ ini selagi masih di turnamen amatir, lagipula hanya soal jadwal, bukan soal wasit dan match fixing. Selagi Persib tidak pernah menggunakan Ormas untuk mengintimidasi lawan, belum pernah memberikan jamuan entertain pada wasit yang akan memimpin, maka its ok. Lagipula kelak di turnamen resmi, si ‘anak emas’ ini hanya rempahan rengginang dibanding si ‘anak bapak’ yang, ah sudahlah.
Persib ‘anak emas’? enjoy!!
Ditulis oleh Gery H Saputra, berakun Twitter @storyofgery
FIRMANSYAH
31/08/2016 at 22:56
Contoh: sirik tanda ta mampu……. #PERSIB??? SEMUA TAU RIVAL/HATER KALO PERSIB ADA MASALAH PASTI MENGHUJAT…
sikatel
01/09/2016 at 02:04
nu jelas mah;;hal ieu terjadi imbas tina pembekuan PSSI,,jadi efekna kamanamana,,turnamen teu diakui FIFA,,,,sagala rupatiap klub pada laluasa soalna teu di bawah naungan FIFA nu janten acuanna ,,,tapi geuslah lieur mikiran nukararitu mah,,matak rudet,,,mendingan ayeuna mah sebagai bobotoh sajati,,,PERSIB tim kabanggaan satatar Sunda berjaya di putaran kadua,,,sanes qtu nyi Entin neng manis siga bajigur mang Hamid
dinar
01/09/2016 at 08:01
sudah terbaca kelihatannya. tetap si “anak bapak” yang jadi juaranya kan? anak emas hanya diuntungkan di jadwal saja. masalah juara tetap anak bapak.
Ambar
01/09/2016 at 08:44
Persib lebih sering ditayangkan televisi, sponsor juga lebih memperhitungkan profit, Persib yg di dukung masyarakat Jabar 1/4 dari jumlah penduduk Indonesia, dan loyalitas bobotohnya yg tidak perlu diragukan, di liga negara manapun liga Inggris, liga Spanyol, liga Jerman, pasti yg sering ditayangkan televisi klub yg banyak suporternya.
entog ngojay
01/09/2016 at 09:28
Ya iya atuh Persibmah anak emas,, teu jiga kalian anak bangkong budug