Perlu dicatat, artikel ini sama sekali tidak ditunjukkan untuk membenarkan sikap ‘anarkis’ Bobotoh di malam kelabu 25 April 2021 lalu. Mereka, para pelaku pelemparan flare ke Graha Persib di Jalan Sulanjana, tetaplah kelompok kriminal. Terlebih mereka yang secara sadar melakukan tindak aksi sweeping terhadap kendaraan berplat B, adalah segerombolan pecundang!
Kata ‘membenarkan’ dan ‘mewajarkan’ jelas punya artikulasi makna yang berbeda, meskipun sekilas bias untuk beberapa kasus tertentu. Tapi sekali lagi, mewajarkan tetap bukanlah pernyataan sikap untuk membenarkan perilaku orang perorang.
Minggu malam kemarin, seluruh Bobotoh, -tak terkecuali- pasti merasakan hal yang sama, kecewa, malu, geram, marah, hancur-lebur dan entah kata apalagi yang setara dengan itu, lantaran Persib Bandung dipecundangi di laga Final Piala Menpora 2021. Saya mencatat, setidaknya ada 3 hal dasar yang memantik serentetan emosi itu hingga membucah parah.
(Pertama), Persib keok di tangan seteru ‘abadi’ mereka, yakni Persija Jakarta. Dan sialnya lagi, laga itu adalah final. (Kedua), Victor Igbonevo dan kolega menjadi pesakitan di dua laga yang digelar di waktu yang tak berjauhan. (Ketiga), Persib secara tim di pertandingan itu, bermain tak ubahnya seperti pecundang yang sama sekali tak punya keinginan untuk menang.
Jika saja, lawan yang dihadapi Victor cs di laga final kemarin bukanlah Persija, tentu tensi emosi Bobotoh tak akan setinggi itu. Jauh hari sebelum partai puncak itu dihelat, Bobotoh sudah tegas mewanti-wanti tim, bahwa Persib bukan hanya akan bertarung untuk memperebutkan tropi, tapi lebih dari itu, ini menyangkut harga diri!
Ok, di leg pertama partai final bedebah itu kita kalah karena dua gol cepat para pemain Persija. Tapi apa pantas, di leg kedua kita harus kembali tersungkur tanpa perlawanan di hadapan sang rival? Bukankah hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya? Memalukan!
Dan ini menurut saya yang paling urgent, tim kalah secara bodoh, secara hina, mereka bermain memalukan, tanpa perlawanan dan tanpa militansi. Seolah lupa bahwa mereka sedang bermain untuk tim sebesar Persib Bandung, tim yang sudah mendarah-daging bagi seluruh suporternya yang kerap ‘mengharamkan’ kekalahan. Di partai klasik itu, para pemain secara sukarela membiarkan harga diri mereka diinjak-injak secara hina oleh 11 orang penyamun dari Ibukota.
Dan imbasnya, seperti yang kita ketahui bersama, seusai pertandingan, secara reaktif segerombolan Bobotoh di Kota Bandung kemudian turun ke jalan untuk meluapkan emosi mereka yang tak tersalurkan. Mereka berteriak kesal, mereka mengumpat sebal, memaki apapun yang bisa mereka maki serta mencerca pihak yang menurut mereka hina.
Sampai di titik ini, saya pikir, sikap sebagian kecil Bobotoh di Jalan Sulanjana, di malam kelabu itu masih dalam koridor kewajaran. Rasa cinta berlebih terhadap sesuatu, kadang bisa saja membutakan logika. Berkerumun di masa pandemi bukanlah sesuatu yang dibenarkan, tapi mengungkap kekecewaan atas dasar cinta, tentu tak juga bisa disalahkan.
Kemudian, entah karena emosi yang terlalu berlebih, atau mungkin juga karena adanya aksi provokasi yang entah dari mana, flare yang menjadi alat luapan emosi mereka tetiba bersarang di Graha Persib. Di batas ini tentu kewajaran sudah mulai mulai bias, tindakan reaktif segerembolan Bobotoh mulai berubah arah ke tindak anarkis. Dan yang lebih memilukan lagi, aksi sweeping kendaraan berplat B kembali terjadi, dan nahas, salah satu korban tindak barbar tersebut menimpa keluarga salahsatu punggawa Persib itu sendiri, Aqil Saviq.
Terakhir, meminjam kutipan Eko Maung yang tak pernah mau memakai kata ‘Oknum’ sebagai upaya pembiasan atas kesalahan suatu kelompok massa. Sudahlah, Akui saja, yang ‘menyerang’ Sulanjana itu Bobotoh, yang melakukan aksi sweeping juga Bobotoh. Mereka bukan oknum!
Mereka tetaplah bagian dari para pecinta Persib Bandung yang mengekspresikan rasa cintanya dengan cara yang salah!
Ditulis oleh Bobotoh dengan nama Twitter @lordrijal69
Boeitenzorg 14_bgr
28/04/2021 at 20:21
Salah kaprah di jaman ayeuna sweeping plat B,can tangtu atuh anu make kendaraan plat B org jkt.ayeuna mah geus umum pan Ibukota mah milik sarerea.
Bonjovi Galuh
28/04/2021 at 22:18
Si robert pra musim di pake alesan eleh ge pra musim ieuh tapi manehna te apal nu harepan teh rival persib yg najis untuk kalah harusnya rek pra musim rek liga resmi nu ngarana maen jeng si eta eweh aya acara itu ieu nu puguh harga diri pamajikan ka 2 urang (persib) di hina ku si eta anjiir lah