(Arena Bobotoh) Merenungi Nasib Bersama Cole
Monday, 19 June 2017 | 09:02
Sungguh malang nasib Carlton Cole, datang sebagai Legenda West Ham apa daya dirinya tidak memberikan kontribusi yang pantas untuk tim Persib. Perjalanan karir Cole di Indonesia yang jauh dari kata berkesan pun segera berakhir. Tuntutan Bobotoh dan manajemen yang tidak puas dengan penampilan Cole menjadi alasan kuat untuk segera menendang Cole dari Bandung.
Melintasi benua melewati lautan dilakukan Cole untuk bermain bersama Atep, Tantan dan Jajang Sukmara. Akan tetapi tak segalanya berjalan sesuai harapan. Ekspektasi bobotoh terhadap Cole memang kelewat tinggi. Euforia memiliki dua pemain alumnus EPL membutakan bobotoh dan manajemen bahwa faktanya Cole sudah tidak merumput selama delapan bulan terakhir sebelum dikontrak Persib. Catatan menit bermain dan golnya pun jauh dari kata meyakinkan. Kesimpulannya adalah Cole telah melewati masa emasnya, jauh sebelum direkrut tim Persib. Carlton Cole pun bukan tanpa pembelaan. Dirinya berkilah, bahwa Djajang Nurjaman tidak memberikan kesempatan yang adil untuk dirinya menunjukkan kapasitasnya sebagai striker jempolan.
Faktanya terlalu sulit untuk seorang Carlton Cole melawan umur yang semakin uzur. Pergerakannya begitu lambat, tubuh pun sudah tak menunjang untuk berduel dengan bek – bek lawan. Jika beberapa tahun lalu saat masih menjadi idola publik Boleyn Ground, Cole mampu melewati Vincent Kompany dan menjebol gawang Manchester City, musim ini melawan Ricardo Salampessy sulitnya bukan main.
Untuk semua orang, merantau memang tidak pernah mudah. Terutama untuk Cole yang harus berkelana dari London menuju Bandung, dari Upton Park menuju Stadion Arcamanik. Situasi Cole ini identik dengan “Lagu Rantau” milik band Silampukau. Kondisi Cole saat ini dapat dideskripsikan langsung oleh tiga kalimat pertama lagu ini.
Kalimat yang mengawali lagu ini adalah “Waktu memang jahanam…” Ini memang yang mungkin dirasakan Cole selama berada di Persib, karena satu – satunya yang diinginkan oleh Cole saat ini adalah waktu. Waktu yang lebih banyak untuk beradaptasi, waktu yang lebih banyak untuk meningkatkan fisiknya.Tetapi memang hal itu memang tak lagi tersedia untuk dirinya karena waktu memang jahanam.
Lanjutan dari lirik lagu ini adalah “Kota kelewat kejam.” Bandung sudah lama dikenal dengan fanatisme terhadap sepak bola dan tentunya Persib. Bermain untuk Persib tidak akan pernah nyaman bagi siapapun yang minim kontribusi bagi tim. Jika Cole sudah menjadi idola sekaligus legenda di London, sayangnya ini Bandung bukan London.
“Dan pekerjaan menyita harapan.” Penurunan kualitas Cole sudah terindikasi sejak dirinya bermain di Celtic maupun Sacramento FC. Itu bisa dilihat dari tak pernahnya Cole bermain lebih dari sepuluh pertadingan di kedua klub tersebut. Bergabung dengan Persib mungkin menjadi salah satu cara Cole untuk dapat bermain jauh lebih sering, mencetak gol lebih banyak, dan meraih lagi kebahagiaan dari pekerjaannya sebagai pesepakbola. Tetapi Persib bukan juga tempat yang tepat bagi Cole, untuk mewujudkan harapan mempunyai menit bermain yang lebih banyak dibanding di dua klub sebelumnya.
Buruknya kontribusi Cole menjadi bukti sulitnya Persib berjodoh dengan striker asing. Cole memperpanjang nama – nama striker asing yang gagal menunjukkan kualitasnya saat berbaju Pangeran Biru. Di saat Cole hampir pasti didepak dari Persib, SvD yang baru sembuh dari cedera belum juga menemukan performa terbaiknya.
Nihilnya seorang penyerang handal di tim Persib musim ini membuat ambisi untuk menjuarai liga semakin sulit untuk direalisasikan. Saat tenggat transfer tengah musim Persib seharunya dapat merekrut pemain yang benar – benar dibutuhkan oleh tim. Pemain yang direkrut karena kualitasnya hari ini bukan karena nama besar di masa lalu.
Ditulis oleh Daniel Fernandez, Bobotoh dengan akun twitter @L1_segitiga.

Sungguh malang nasib Carlton Cole, datang sebagai Legenda West Ham apa daya dirinya tidak memberikan kontribusi yang pantas untuk tim Persib. Perjalanan karir Cole di Indonesia yang jauh dari kata berkesan pun segera berakhir. Tuntutan Bobotoh dan manajemen yang tidak puas dengan penampilan Cole menjadi alasan kuat untuk segera menendang Cole dari Bandung.
Melintasi benua melewati lautan dilakukan Cole untuk bermain bersama Atep, Tantan dan Jajang Sukmara. Akan tetapi tak segalanya berjalan sesuai harapan. Ekspektasi bobotoh terhadap Cole memang kelewat tinggi. Euforia memiliki dua pemain alumnus EPL membutakan bobotoh dan manajemen bahwa faktanya Cole sudah tidak merumput selama delapan bulan terakhir sebelum dikontrak Persib. Catatan menit bermain dan golnya pun jauh dari kata meyakinkan. Kesimpulannya adalah Cole telah melewati masa emasnya, jauh sebelum direkrut tim Persib. Carlton Cole pun bukan tanpa pembelaan. Dirinya berkilah, bahwa Djajang Nurjaman tidak memberikan kesempatan yang adil untuk dirinya menunjukkan kapasitasnya sebagai striker jempolan.
Faktanya terlalu sulit untuk seorang Carlton Cole melawan umur yang semakin uzur. Pergerakannya begitu lambat, tubuh pun sudah tak menunjang untuk berduel dengan bek – bek lawan. Jika beberapa tahun lalu saat masih menjadi idola publik Boleyn Ground, Cole mampu melewati Vincent Kompany dan menjebol gawang Manchester City, musim ini melawan Ricardo Salampessy sulitnya bukan main.
Untuk semua orang, merantau memang tidak pernah mudah. Terutama untuk Cole yang harus berkelana dari London menuju Bandung, dari Upton Park menuju Stadion Arcamanik. Situasi Cole ini identik dengan “Lagu Rantau” milik band Silampukau. Kondisi Cole saat ini dapat dideskripsikan langsung oleh tiga kalimat pertama lagu ini.
Kalimat yang mengawali lagu ini adalah “Waktu memang jahanam…” Ini memang yang mungkin dirasakan Cole selama berada di Persib, karena satu – satunya yang diinginkan oleh Cole saat ini adalah waktu. Waktu yang lebih banyak untuk beradaptasi, waktu yang lebih banyak untuk meningkatkan fisiknya.Tetapi memang hal itu memang tak lagi tersedia untuk dirinya karena waktu memang jahanam.
Lanjutan dari lirik lagu ini adalah “Kota kelewat kejam.” Bandung sudah lama dikenal dengan fanatisme terhadap sepak bola dan tentunya Persib. Bermain untuk Persib tidak akan pernah nyaman bagi siapapun yang minim kontribusi bagi tim. Jika Cole sudah menjadi idola sekaligus legenda di London, sayangnya ini Bandung bukan London.
“Dan pekerjaan menyita harapan.” Penurunan kualitas Cole sudah terindikasi sejak dirinya bermain di Celtic maupun Sacramento FC. Itu bisa dilihat dari tak pernahnya Cole bermain lebih dari sepuluh pertadingan di kedua klub tersebut. Bergabung dengan Persib mungkin menjadi salah satu cara Cole untuk dapat bermain jauh lebih sering, mencetak gol lebih banyak, dan meraih lagi kebahagiaan dari pekerjaannya sebagai pesepakbola. Tetapi Persib bukan juga tempat yang tepat bagi Cole, untuk mewujudkan harapan mempunyai menit bermain yang lebih banyak dibanding di dua klub sebelumnya.
Buruknya kontribusi Cole menjadi bukti sulitnya Persib berjodoh dengan striker asing. Cole memperpanjang nama – nama striker asing yang gagal menunjukkan kualitasnya saat berbaju Pangeran Biru. Di saat Cole hampir pasti didepak dari Persib, SvD yang baru sembuh dari cedera belum juga menemukan performa terbaiknya.
Nihilnya seorang penyerang handal di tim Persib musim ini membuat ambisi untuk menjuarai liga semakin sulit untuk direalisasikan. Saat tenggat transfer tengah musim Persib seharunya dapat merekrut pemain yang benar – benar dibutuhkan oleh tim. Pemain yang direkrut karena kualitasnya hari ini bukan karena nama besar di masa lalu.
Ditulis oleh Daniel Fernandez, Bobotoh dengan akun twitter @L1_segitiga.

Waktu memang jahanam.. Kota memang kejam.. Janur memang lejen
etamah keberuntungan …
sulit bagi cole untuk bermain di posisi striker tunggal(bek pasti riab ngajagaan na) dengan mengandalkan bola2 tanggung yg di terima anjena ,dari tinggi nya saja kita bisa lihat type na bukan gesit dan tukang sprin,
mun penyerang sering di operan manja masih tara bikin gol baru itu penyerang yg patut di keresekan tras di buang,
dengan taktik posisi penyerang persib yg pak janur lakukan .. emang da tara aya nu alus striker persib mah belancoso,spaso,cole dll..
kudu nu bisa sprin di persib mah bari jeng naha nyandakan nujarangkung ageng gesidik nu jarangkung raribed ker sprin mah ..
NAHA NYA ?
sok teu kaharti djanur mah…striker pasti neanganna teh nu tipe target man..nu jangkung, bisa duel bola atas..tp boyot…
pdhl pas juara striker utama teh ferdinand nu bisa lumpat..
lalu hariono jadi pengatur serangan kemarin ? wow
tah eta kang .. kan pusing .. striker jangkung tras boyot di operan umpan trobosan kadang2 umpan silang ka tiang jauh ,kapan matak aral ka pemain nage !! untung teu ngaleguk baigon ge eta pemain
introspeksi diri..evaluasi diri wayahna mundur kang istirahat heula anggur cari insfirasi. .ken persib mah pasihken ka coach nu nu punya misi optimis..
mun putaran ka dua masih kneh wa janur teuing kumaha persib teh amit2 kudu degradasi mah
Satu kata untuk Cole butut
#SAVE DJANUR NEPI KA KIAMAT, rek meunang, rek eleh komo nepi ka degradasi paduli teuing, nupenting tetep DJANUR ceuk Management Persib oge …
satuju..
cole piceun…..!!! sergio harus dibawa ke abah abu caheum pasti cenghar
nama besar bukan jaminan…..
Pingback: Persib Bandung Berita Online | simamaung.com » (Arena Bobotoh) Merenungi Nasib Bersama Cole – My CMS
ah pelatihna weh etamah teu bisaeun manfaatkeun pamaen. sa goreng”na si cole da moal mungkin ciga kitu ai dilatihna bener mah, dibere maen ge jarang, sugan kitu neang lawan ujicoba jeung ngabugarkeun eta pamaen” ciga si kole / sergio
Tiga huruf untuk COLE ( ? TUT ).!!!