(Arena Bobotoh) Menelisik Tagar #RadovicOut dan Karakter Bobotoh
Friday, 08 March 2019 | 18:51
Kamis, 7 Maret 2019 mungkin akan menjadi salah satu hari yang akan diingat seorang bernama Miljan Radovic. Selain kekalahan klub yang dinakhodainya (Persib Bandung) yang berbuntut tersingkirnya Persib dari Piala Presiden, dia juga mendapat kesinisan dari supporter yang hadir di stadion berupa teriakan “Radovic Out”. Bahkan pasca pertandingan dia mendapat kekerasan fisik dari oknum supporter (mangga diklarifikasi lebih lanjut). Berikut ini adalah pendapat pribadi saya terkait kondisi yang sedang menerpa tim kebanggaan kita, Persib Bandung:
Tentang #RadovicOut
Sebelum kita bobotoh memberikan “final judgement” terkait Radovic, ada baiknya kita kilas balik kondisi persib diakhir 2018. Secara mengejutkan tim manajemen persib mengumumkan Miljan Radovic sebagai Direktur Teknik, suatu keputusan yang menurut saya blunder dan memiliki bau pengkudetaan Mario Gomez. Hal ini terkait pengalaman Radovic yang masih hijau di dunia kepelatihan, sementara jabatan Direktur Teknik memiliki wewenang merencanakan program jangka panjang suatu tim sepakbola menyeluruh dari tim senior sampai junior. Pertanyaannya adalah, bagaimana Radovic bisa menjalani tugasnya sebagai Dirtek sementara pengalamannya di dunia kepelatihan saja masih kalah jauh dari pelatih kepala Mario Gomez ?
Setelah itu spekulasi pun terbukti dengan tak diperpanjangnya kontrak Gomez dengan segala intriknya dan ditunjuknya Radovic menjadi pelatih kepala. Keantikan manajemen Persib berlanjut dengan menghubungi beberapa pemain sebelum tim pelatih memilih sendiri (bukti bisa dilihat di wawancara awal pengenalan Vizcara maupun Saepulloh). Analisis keantikan manajemen bisa teman-teman lihat dalam sebuah diagram di twit dari akun Persib History.
ieu ampir jadi pola baku tiap musim, nu nyieun bahasan bola di lingkungan bobotoh selalu haneuteun 👍 pic.twitter.com/1nLMqSAjXf
— PersibHistory ⚠️ (@historyofpersib) March 7, 2019
Jadi, kesimpulannya kalaupun kita semua bersepakat meng-outkan radovic, maka kita juga harus menuntut pembenahan dari sisi manajemen Persib sendiri baik dari segi kehati-hatian dalam memilih pelatih maupun pemberian kebebasan pelatih untuk menentukan pemain yang diinginkannya selain tentunya juga harus membenahi permasalahan tiket. Kalau manajemen masih bersikeras mempertahankan Radovic, saya harap Radovic bisa mengevaluasi diri terutama masalah komunikasi. Baik dari gaya komunikasinya yang selama ini cenderung terlihat “over confidence” maupun penguasaan Bahasa Indonesia, karena dari beberapa wawancara yang saya tonton dan dengar, Bahasa Indonesia yang Radovic ucapkan kurang bisa dimengerti yang bisa menciptakan interpretasi yang berbeda dari media yang meliput maupun bobotoh yang mendengarkan.
Tentang Karakter Bobotoh
“Persib besar karena cacian, pujian adalah racun” itu adalah sebuah kutipan legendaris dari salah satu legenda Persib Abah Adjat Sudrajat. Apa yang disampaikan bah adjat tersebut, merupakan penggambaran karakter suporter Persib yang kuat dan kritis. Jangankan kalah, menang dengan main “butut” saja Persib akan kena cacian dari bobotohnya. Implementasi dari kutipan tersebut terlihat jelas di medio 2006 saat Almarhum Risnandar di demo oleh Almarhum Mang Ayi dan kawan-kawan efek dari hasil minor yang dialami Persib. Secara gamblang Mang Ayi berorasi di depan manajemen dan Risnandar langsung menuntut agar Risnandar mundur dari jabatannya sebagai pelatih kepala, keras namun tak kasar. Setelah kejadian itu pun Mang Ayi maupun Risnandar tak pernah memendam dendam.
Namun, apa yang terjadi kemarin menurut saya adalah versi kebablasan dari implementasi kutipan bah Ajat. Kalau rumah pelatih “di baledog” sih saya pernah mendengar dari bah Tohir, tapi sampai saat ini saya belum pernah mendengar ada pelatih persib yang mendapatkan kontak fisik langsung dari bobotoh. Apalagi setelah kejadian, sang pelaku dengan bangga memposting perilakunya di sosial media (info ini saya dapatkan di grup WA Jersey Persib). Saat tahun lalu kita begitu menghujat saat Gomez terluka di Malang, eh sekarang masa dengan mudahnya kita melakukan kekerasan ke pelatih sendiri hanya karena kita kecewa dengan kondisi yang dialami persib. Apapun itu, kekerasan fisik bisa saja dilaporkan kepada pihak berwenang.
Sebagai seorang yang juga berkecimpung di dunia pendidikan, saya sangat berharap pemimpin organisasi bobotoh bisa memberikan edukasi dan kaderisasi yang lebih baik lagi terkait karakter bobotoh yang kritis, kuat, keras, cerdas namun tetep someah. Kita boleh kecewa, kita boleh marah dengan bututnya persib tapi kritik harus dilakukan dengan cerdas, tepat, dan elegan seperti yang dulu pernah kita lakukan saat menuntut Risnandar, Dejan, Janur bahkan Wa Umuh mundur.
Di lain hal, saya juga kecewa dengan respon yang dilakukan Radovic saat press conference pasca pertandingan yang menyatakan bahwa bobotoh mendukung hanya saat menang. Ada baiknya anda banyak membaca literatur terkait sejarah karakter bobotoh. Tak lupa seperti yang saya katakan sebelumnya di atas, perbaiki kualitas komunikasi anda Radovic…!!!
Penulis merupakan bobotoh yang berprofesi sebagai guru di SMK Lentera Bangsa Rengasdengklok Karawang dan SMKN 1 Pebayuran Kabupaten Bekasi, berakun twitter @guruganteng33

Kamis, 7 Maret 2019 mungkin akan menjadi salah satu hari yang akan diingat seorang bernama Miljan Radovic. Selain kekalahan klub yang dinakhodainya (Persib Bandung) yang berbuntut tersingkirnya Persib dari Piala Presiden, dia juga mendapat kesinisan dari supporter yang hadir di stadion berupa teriakan “Radovic Out”. Bahkan pasca pertandingan dia mendapat kekerasan fisik dari oknum supporter (mangga diklarifikasi lebih lanjut). Berikut ini adalah pendapat pribadi saya terkait kondisi yang sedang menerpa tim kebanggaan kita, Persib Bandung:
Tentang #RadovicOut
Sebelum kita bobotoh memberikan “final judgement” terkait Radovic, ada baiknya kita kilas balik kondisi persib diakhir 2018. Secara mengejutkan tim manajemen persib mengumumkan Miljan Radovic sebagai Direktur Teknik, suatu keputusan yang menurut saya blunder dan memiliki bau pengkudetaan Mario Gomez. Hal ini terkait pengalaman Radovic yang masih hijau di dunia kepelatihan, sementara jabatan Direktur Teknik memiliki wewenang merencanakan program jangka panjang suatu tim sepakbola menyeluruh dari tim senior sampai junior. Pertanyaannya adalah, bagaimana Radovic bisa menjalani tugasnya sebagai Dirtek sementara pengalamannya di dunia kepelatihan saja masih kalah jauh dari pelatih kepala Mario Gomez ?
Setelah itu spekulasi pun terbukti dengan tak diperpanjangnya kontrak Gomez dengan segala intriknya dan ditunjuknya Radovic menjadi pelatih kepala. Keantikan manajemen Persib berlanjut dengan menghubungi beberapa pemain sebelum tim pelatih memilih sendiri (bukti bisa dilihat di wawancara awal pengenalan Vizcara maupun Saepulloh). Analisis keantikan manajemen bisa teman-teman lihat dalam sebuah diagram di twit dari akun Persib History.
ieu ampir jadi pola baku tiap musim, nu nyieun bahasan bola di lingkungan bobotoh selalu haneuteun 👍 pic.twitter.com/1nLMqSAjXf
— PersibHistory ⚠️ (@historyofpersib) March 7, 2019
Jadi, kesimpulannya kalaupun kita semua bersepakat meng-outkan radovic, maka kita juga harus menuntut pembenahan dari sisi manajemen Persib sendiri baik dari segi kehati-hatian dalam memilih pelatih maupun pemberian kebebasan pelatih untuk menentukan pemain yang diinginkannya selain tentunya juga harus membenahi permasalahan tiket. Kalau manajemen masih bersikeras mempertahankan Radovic, saya harap Radovic bisa mengevaluasi diri terutama masalah komunikasi. Baik dari gaya komunikasinya yang selama ini cenderung terlihat “over confidence” maupun penguasaan Bahasa Indonesia, karena dari beberapa wawancara yang saya tonton dan dengar, Bahasa Indonesia yang Radovic ucapkan kurang bisa dimengerti yang bisa menciptakan interpretasi yang berbeda dari media yang meliput maupun bobotoh yang mendengarkan.
Tentang Karakter Bobotoh
“Persib besar karena cacian, pujian adalah racun” itu adalah sebuah kutipan legendaris dari salah satu legenda Persib Abah Adjat Sudrajat. Apa yang disampaikan bah adjat tersebut, merupakan penggambaran karakter suporter Persib yang kuat dan kritis. Jangankan kalah, menang dengan main “butut” saja Persib akan kena cacian dari bobotohnya. Implementasi dari kutipan tersebut terlihat jelas di medio 2006 saat Almarhum Risnandar di demo oleh Almarhum Mang Ayi dan kawan-kawan efek dari hasil minor yang dialami Persib. Secara gamblang Mang Ayi berorasi di depan manajemen dan Risnandar langsung menuntut agar Risnandar mundur dari jabatannya sebagai pelatih kepala, keras namun tak kasar. Setelah kejadian itu pun Mang Ayi maupun Risnandar tak pernah memendam dendam.
Namun, apa yang terjadi kemarin menurut saya adalah versi kebablasan dari implementasi kutipan bah Ajat. Kalau rumah pelatih “di baledog” sih saya pernah mendengar dari bah Tohir, tapi sampai saat ini saya belum pernah mendengar ada pelatih persib yang mendapatkan kontak fisik langsung dari bobotoh. Apalagi setelah kejadian, sang pelaku dengan bangga memposting perilakunya di sosial media (info ini saya dapatkan di grup WA Jersey Persib). Saat tahun lalu kita begitu menghujat saat Gomez terluka di Malang, eh sekarang masa dengan mudahnya kita melakukan kekerasan ke pelatih sendiri hanya karena kita kecewa dengan kondisi yang dialami persib. Apapun itu, kekerasan fisik bisa saja dilaporkan kepada pihak berwenang.
Sebagai seorang yang juga berkecimpung di dunia pendidikan, saya sangat berharap pemimpin organisasi bobotoh bisa memberikan edukasi dan kaderisasi yang lebih baik lagi terkait karakter bobotoh yang kritis, kuat, keras, cerdas namun tetep someah. Kita boleh kecewa, kita boleh marah dengan bututnya persib tapi kritik harus dilakukan dengan cerdas, tepat, dan elegan seperti yang dulu pernah kita lakukan saat menuntut Risnandar, Dejan, Janur bahkan Wa Umuh mundur.
Di lain hal, saya juga kecewa dengan respon yang dilakukan Radovic saat press conference pasca pertandingan yang menyatakan bahwa bobotoh mendukung hanya saat menang. Ada baiknya anda banyak membaca literatur terkait sejarah karakter bobotoh. Tak lupa seperti yang saya katakan sebelumnya di atas, perbaiki kualitas komunikasi anda Radovic…!!!
Penulis merupakan bobotoh yang berprofesi sebagai guru di SMK Lentera Bangsa Rengasdengklok Karawang dan SMKN 1 Pebayuran Kabupaten Bekasi, berakun twitter @guruganteng33

#Radovic_Out
#Lopicic_Out
#Persib_Bangkit
#Persib_Salawasna
Solusinya beri kesempatan radovic sampai setengah musim plus target yg harus di capai di setengah musim itu, Kalau target tidak tercapai ya TENDANG!!! Kalau ikut filsafat orang bahwa melatih itu butuh waktu yg panjang bahkan ada yg bilang 3 – 5 tahun saya khawatir kalau target setengah musim tak tercapai terus dia tetap lanjut ujung2nya degradasi, apa itu yg di inginkan??? Tentu tidak kan!!!!!
Kalau saya rasa sudah pasti jelek, karena dari segi pembelian pemain pun, dari tim degradasi dan pemilihan asing pun salah kaprah dan blunder, bauman jd lopicic, sudah kelihatan apakah kualitas atau kah harga yang mahal. Tapi saya rasa bati yg di cari ketimbang prestasi.
setengah musim mah terlalu lama….
mending dari sekarang we lah….
5 pertandingan sudah cukup menilai kualitas Pelatih, merekrut LOPICIC merupakan blunder, sudah kelihatan lah….RADOVIC OUT Sekarang juga
urang mah yakin ka radovic pasti boga ramuan nu alus,sanajan butut di pra can tangtu di liga …urang mah asa inget keur abah gomez mimitian nga latih persib.,loba pisan nu ngahinaan ka abah gomes,aya nu nyebut persib mending ge ka liga gacong …(mun teu salah) hahahaha,sampe nga rekrut pemaen di liga 2 buktina kami rindu abah gomez walaupun rada seuri koneng oge heheheeh PERSIB slalu di hati
Kalau coach rado masih ingin melatih persib, langkah pertama yg harus anda lakukan adalah bongkar pasang pemain lg dr skr..
Klo pemaen tdk berkelas, strategi jitu pun hanya akan jd sampah..
Buang semua pemain pilihan manajemen yg tdk ada kontribusinya, contoh : henhen, puja, agung, wildan, muchlis, dan bawaan anda si lopi. Anda pun tdk pernah memakainya, jd dibuang saja..
Ganti dan rekrut ulang pemaen yang berkualitas..
satuju den….
Klo menurut saya, walaupun pemain baru kebanyakan dr Tim degradasi,pemain sekarang jauh lebih baik dr musim lalu yg notabenya dr liga 2 dan orang pun tidak kenal, ardi idrus, sabil, gozo, indra mustafa, tp dg kualitas pelatih yg brpengalaman, mereka memjadi pemain yg hebat
Sok lah lur…rame keun ku pendapat, usulan, ieu menunjukan urang sarerea nyaah ka persib..ngan omat…usul atawa pendapat sampei keun ku cara anu terhormat…elegan…anu menunjukan bahwa bobotoh teh santun tur boga harga diri…bukankan pelangi itu indah karena beda warna nya..?
Ah ceuk sy asa tekudu aya oknum smpe aya kekerasan ke pelatih.. asa tekudu asa tekudu..naha persib kudu menang wae ya..ngarana oge permainan lur.. sy berharap jlema anu bikin ulah kitu kena sangsi..geuleuh nempona smpe maen kekerasan ka pelatih
Lain kudu pelatih anu kudu meunang perlakuan kitu..menegement komplenmah lur..th kamari maen geus alus tapi menegemen persib embung mmpertahankeun pemain jeung pelatih..hayang pelatih murah jeung anu te loba kritik jeung anu te loba pamenta…ayeuna persib seperti kitu karna ulah menegement sendiri..pertanyakeun naon alasan nana gomes di kaluarkeun”karna bah gomes apal bokbrok menegement persib.!! Cm duit jeung duit di otak maranehna,bukti tiket di setiap pertandingan..coba lamun tiket jualna ulah kacalo..ulah aya bagean itu iyeulah..menegement lain ngutamakeun bobotoh setia.. tapi anu penting tiket beak apapun carana..anu penting ka untungan..
Hmm….. Persib… I love u… Do you love me…. Love me back with your nice turn…
Duh tos nuang cengek jadi kieu basa th… Meh kahartieun sgan ku dovic
bukan saatnya tim sebesar persib coba2 pelatih/pemain..management harus punya staf ahli dibidangnya…ulah nepika salah tempo pemain geus aki2 dipilih…bouman dilepaskeun…..lieeeeeeeeeeeeeuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuur