(Arena Bobotoh) Kim Kurniawan: Dari Cacian Hingga Pembelaan
Tuesday, 07 March 2017 | 09:21
Piala Presiden 2015 telah usai. Beberapa punggawa Persib memutuskan untuk pergi dari Bandung (tepatnya Indonesia), karena tidak ada kejelasan kompetisi. Ada juga yang memutuskan hengkang untuk kembali ke klub lamanya. Hal ini mengakibatkan kosongnya stok pemain di beberapa posisi, tak terkecuali di gelandang tengah. Sepeninggal Firman Utina yang memutuskan hijrah ke SFC, dan Dado yang berkelana di Malaysia, stok gelandang tengah Persib hanya menyisakan Hariono dan Taufiq. Perlu dicatat, selama ISL 2014 hingga Piala Presiden 2015, Taufiq lebih banyak menghabiskan banyak waktu di bangku cadangan.
Tak hanya pemain yang hengkang, pelatih kepala yang berhasil membawa Persib berjaya di ISL 2014 pun memutuskan belajar kepelatihan di Italia. Hal ini membuat manajemen Persib memutuskan untuk merekrut Dejan Antonic, pelatih yang berhasil membuat kejutan di tahun 2014, dimana ia berhasil membawa klub yang sama sekali tidak diperhitungkan (PBR) ke semifinal ISL, sebelum dikalahkan Persipura. Dejan melihat, terdapat banyak sektor yang perlu dibenahi. Ia pun membawa beberapa anak asuhnya di PBR untuk berkostum Persib. Salah satunya adalah Kim Kurniawan, yang diproyeksikan menjadi pengganti Dado dan Firman di kompetisi Torabika Soccer Championship 2016, yang diselenggarakan untuk mengisi kekosongan liga di Indonesia.
Awalnya, semua berjalan dengan baik. Kim Kurniawan tampil impresif di beberapa pertandingan uji coba pada saat pra musim. Hingga tiba saatnya kompetisi TSC dimulai. Seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, Kim menjadi starter di awal kompetisi TSC. Namun, entah mengapa, penampilan Kim di awal kompetisi sangatlah jauh dibawah ekspektasi. Ia gagal tampil apik seperti pada laga pramusim. Jangankan menjadi pengganti Firman, dalam mengoper bola saja, gelandang naturalisasi ini masih acap kali miss. Bobotoh pun mulai mencaci pemain berdarah Jerman ini. Mereka menilai, bahwa penampilan Kim sangat loyo, tidak berani berduel, terlalu stylish, dan jauh dari yang diharapkan. Tetapi, coach Dejan tetap memasang Kim sebagai starting XI, walau sudah banyak desakan dari bobotoh agar pelatih asal Serbia ini memainkan Taufiq. Hal ini mengakibatkan Kim dijuluki ‘The Golden Boy’ atau Si Anak Emas.
Sayangnya, kepercayaan Dejan kepada Kim tidak dibalas dengan penampilan impresif. Ia masih terus tampil di bawah standar, dimana hal ini mempengaruhi prestasi tim. Persib acap kali gagal meraih poin penuh melawan tim yang diatas kertas kualitasnya masih dibawah Maung Bandung. Desakan agar Dejan turun pun santer diteriakkan. Kesabaran bobotoh mulai habis. Bahkan, dalam satu kesempatan, Dejan sempat terlibat cek-cok dengan beberapa bobotoh karena penampilan Persib tak kunjung membaik. Puncaknya, kalau saya tidak salah, Persib dipermak habis-habisan ketika away ke tim yang bermarkas di Surabaya, entah apa nama tim tersebut. Skor 4-1 untuk tuan rumah menjadi skor akhir pada laga tersebut. Dejan akhirnya menyerah, ia memutuskan untuk mengundurkan diri di tengah-tengah kompetisi. Manajemen pun memutuskan untuk menarik kembali Djajang Nurjaman menjadi pelatih kepala, walau sebenarnya beliau belum selesai melalukan pelatihan di Italia.
Kembali ke Kim Kurniawan, pengunduran Dejan dan penunjukkan Djanur membuatnya dalam posisi genting. Bahkan, pada pertandingan pertama Persib dipimpin oleh Djanur, Kim hanya duduk manis di bangku cadangan, sedangkan posisinya di starting XI diambil alih oleh Taufiq. Tetapi, pada titik inilah pemain yang bernama lengkap Kim Jeffrey Kurniawan ini bangkit. Perlahan tapi pasti, ia mulai memikat hati Djanur pada sesi latihan. Ia bekerja keras agar bisa kembali ke posisi starter. Berkat kegigihannya, ia kembali dicoba menjadi starter oleh Djanur, dan hasilnya cukup memuaskan. Semenjak itulah, ia mulai meluluhkan hati bobotoh yang pada awalnya mencaci makinya. Ia pun sukses merebut salah satu posisi inti hingga akhir musim. Ia sukses membuat seorang pemain sekelas Robertino Pugliara harus masuk di babak kedua. Perannya sebagai box to box midfielder sangatlah krusial, dari yang awalnya sangat stylish menjadi sangat garang dan kerap berduel fisik di lapangan. Walaupun posturnya hanya 167 cm, ia tidak takut untuk berduel dengan pemain yang secara postur tentunya lebih ideal daripadanya. Ia pun acap kali membuat gol krusial untuk tim, salah satunya ketika ia sukses menjebol gawang Makassar ketika away, dan membuat Persib lolos dari kekalahan. Pujian pun mulai datang seiring dengan penampilan apiknya. Tak hanya dari pelatih, bahkan bobotoh yang dulu mengkritik habis-habisan penampilannya, sekarang mulai menjadikan Kim sebagai pemain idola. Kim sukses menutup TSC 2016 dengan penampilan apik dan ia menjadi salah satu dari sedikit pemain yang dipertahankan untuk kompetisi tahun 2017.
Musim baru pun tiba. Selepas liburannya dari Jerman, “Babang Kim” kembali ke Bandung, dan menjalani latihan serta uji coba pra musim. Piala Presiden 2017 menjadi ajang pra musim resmi yang dijalani Persib, tentu diikuti dengan ekspektasi besar: mempertahankan gelar yang sebelumnya telah diraih pada 2 tahun silam. Kedatangan kembali Dado, serta regulasi yang mewajibkan setiap klub menyertakan 3 pemain U-22 pada starting XI membuatnya harus bersaing pula dengan Gian Zola untuk mendapatkan posisi starter. Pada pertandingan pertama di Piala Presiden, ia hanya mendapatkan 10 menit hasil menjadi pengganti Erick Weeks. Namun, pada pertandingan kedua melawan Balikpapan, ia dipercaya menjadi starter dengan Ahmad Basith, dan bermain full 90 menit. Pertandingan ketiga melawan Lamongan, ia harus memulai kembali dari cadangan. Ia baru masuk menit ke 60 menggantikan Gian Zola. Saat ia masuk, kedudukan masih 0-0, dan Persib sangat kesulitan untuk memasuki wilayah pertahanan Persela. Kurang dari 15 menit semenjak ia masuk, Kim sukses membuat perubahan. Ia menjadi pencetak gol perdana, dan memecahkan kebuntuan. Ia pun semakin di elu-elukan bobotoh.
Singkat cerita, Persib sukses masuk ke semifinal, dan bermain melawan PBFC. Kalah 2-1 ketika away, Persib dituntut untuk membalasnya di Bandung. Semangat pun keluar dari mulut Kim. Ia sangat yakin bisa mengalahkan PBFC pada leg kedua di Si Jalak Harupat. Karena pada leg pertama ia bermain 90 menit, di leg kedua ia dirotasi dengan Dado, dan baru memulai laga pada menit 45 menggantikan Gian Zola. Penampilannya cukup apik, dan Persib sukses mengalahkan PBFC 2-1 pada waktu normal. Tetapi, skor 2-1 belum cukup untuk memastikan tiket final. Perlu diadakan extra time 2×15 menit. Karena skor tetap sama, maka diadakanlah adu tos tosan. Kim menjadi eksekutor ketiga, setelah Vlado dan Shohei. Sebelumnya, seluruh pemain (baik itu PBFC maupun Persib) sukses mengeksekusi penalti. Saat untuk Kim pun tiba. Dari layar kaca, terlihat wajah tegang Kim. Ancang-ancang ia ambil, tetapi pada detik-detik terakhir ia melambatkan larinya, seakan melambangkan keraguan dari dirinya. Benar saja, eksekusinya melambung dari gawang Wawan. Ia gagal mengeksekusi penalti. Ia menjadi satu-satunya pemain yang gagal mengeksekusi penalti, dan Persib pun gagal lolos ke final. Ekspresi kecewa pun sangat jelas terlihat dari pemain blasteran Indo-Jerman ini.
Hebatnya, pemain yang dulu dicaci ini justru hampir tidak mendapat kritikan dari bobotoh. Hampir mayoritas bobotoh mendukung Kim, dan memberikan semangat kepadanya. Ini bisa terlihat di instagram pribadinya, di kolom komentar terdapat banyak sekali kalimat motivasi yang berusaha untuk membangun seorang Kim dari kegagalannya mengeksekusi penalti. Bahkan, ketika ada segelintir orang yang mencacinya, bobotoh pasang badan untuknya. Banyak sekali bobotoh yang mengkritik orang yang menyalahkan Kim akibat kegagalannya mengeksekusi penalti. Ya, pemain yang dulu dicaci itu kini dibela. Mungkin bisa dikatakan: From Zero to Hero.
Pesan saya pribadi untuk Kim, tetaplah semangat, ini bukan akhir dari segalanya, bangkitlah pada kompetisi resmi nanti. #PersibNuAing!
Penulis hanyalah seorang bobotoh biasa, atau biasa disebut ‘bonjovi’, sekarang sedang bersekolah di salah satu sekolah menengah atas swasta di Bandung // ig, twitter @MichaelClement_

Piala Presiden 2015 telah usai. Beberapa punggawa Persib memutuskan untuk pergi dari Bandung (tepatnya Indonesia), karena tidak ada kejelasan kompetisi. Ada juga yang memutuskan hengkang untuk kembali ke klub lamanya. Hal ini mengakibatkan kosongnya stok pemain di beberapa posisi, tak terkecuali di gelandang tengah. Sepeninggal Firman Utina yang memutuskan hijrah ke SFC, dan Dado yang berkelana di Malaysia, stok gelandang tengah Persib hanya menyisakan Hariono dan Taufiq. Perlu dicatat, selama ISL 2014 hingga Piala Presiden 2015, Taufiq lebih banyak menghabiskan banyak waktu di bangku cadangan.
Tak hanya pemain yang hengkang, pelatih kepala yang berhasil membawa Persib berjaya di ISL 2014 pun memutuskan belajar kepelatihan di Italia. Hal ini membuat manajemen Persib memutuskan untuk merekrut Dejan Antonic, pelatih yang berhasil membuat kejutan di tahun 2014, dimana ia berhasil membawa klub yang sama sekali tidak diperhitungkan (PBR) ke semifinal ISL, sebelum dikalahkan Persipura. Dejan melihat, terdapat banyak sektor yang perlu dibenahi. Ia pun membawa beberapa anak asuhnya di PBR untuk berkostum Persib. Salah satunya adalah Kim Kurniawan, yang diproyeksikan menjadi pengganti Dado dan Firman di kompetisi Torabika Soccer Championship 2016, yang diselenggarakan untuk mengisi kekosongan liga di Indonesia.
Awalnya, semua berjalan dengan baik. Kim Kurniawan tampil impresif di beberapa pertandingan uji coba pada saat pra musim. Hingga tiba saatnya kompetisi TSC dimulai. Seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, Kim menjadi starter di awal kompetisi TSC. Namun, entah mengapa, penampilan Kim di awal kompetisi sangatlah jauh dibawah ekspektasi. Ia gagal tampil apik seperti pada laga pramusim. Jangankan menjadi pengganti Firman, dalam mengoper bola saja, gelandang naturalisasi ini masih acap kali miss. Bobotoh pun mulai mencaci pemain berdarah Jerman ini. Mereka menilai, bahwa penampilan Kim sangat loyo, tidak berani berduel, terlalu stylish, dan jauh dari yang diharapkan. Tetapi, coach Dejan tetap memasang Kim sebagai starting XI, walau sudah banyak desakan dari bobotoh agar pelatih asal Serbia ini memainkan Taufiq. Hal ini mengakibatkan Kim dijuluki ‘The Golden Boy’ atau Si Anak Emas.
Sayangnya, kepercayaan Dejan kepada Kim tidak dibalas dengan penampilan impresif. Ia masih terus tampil di bawah standar, dimana hal ini mempengaruhi prestasi tim. Persib acap kali gagal meraih poin penuh melawan tim yang diatas kertas kualitasnya masih dibawah Maung Bandung. Desakan agar Dejan turun pun santer diteriakkan. Kesabaran bobotoh mulai habis. Bahkan, dalam satu kesempatan, Dejan sempat terlibat cek-cok dengan beberapa bobotoh karena penampilan Persib tak kunjung membaik. Puncaknya, kalau saya tidak salah, Persib dipermak habis-habisan ketika away ke tim yang bermarkas di Surabaya, entah apa nama tim tersebut. Skor 4-1 untuk tuan rumah menjadi skor akhir pada laga tersebut. Dejan akhirnya menyerah, ia memutuskan untuk mengundurkan diri di tengah-tengah kompetisi. Manajemen pun memutuskan untuk menarik kembali Djajang Nurjaman menjadi pelatih kepala, walau sebenarnya beliau belum selesai melalukan pelatihan di Italia.
Kembali ke Kim Kurniawan, pengunduran Dejan dan penunjukkan Djanur membuatnya dalam posisi genting. Bahkan, pada pertandingan pertama Persib dipimpin oleh Djanur, Kim hanya duduk manis di bangku cadangan, sedangkan posisinya di starting XI diambil alih oleh Taufiq. Tetapi, pada titik inilah pemain yang bernama lengkap Kim Jeffrey Kurniawan ini bangkit. Perlahan tapi pasti, ia mulai memikat hati Djanur pada sesi latihan. Ia bekerja keras agar bisa kembali ke posisi starter. Berkat kegigihannya, ia kembali dicoba menjadi starter oleh Djanur, dan hasilnya cukup memuaskan. Semenjak itulah, ia mulai meluluhkan hati bobotoh yang pada awalnya mencaci makinya. Ia pun sukses merebut salah satu posisi inti hingga akhir musim. Ia sukses membuat seorang pemain sekelas Robertino Pugliara harus masuk di babak kedua. Perannya sebagai box to box midfielder sangatlah krusial, dari yang awalnya sangat stylish menjadi sangat garang dan kerap berduel fisik di lapangan. Walaupun posturnya hanya 167 cm, ia tidak takut untuk berduel dengan pemain yang secara postur tentunya lebih ideal daripadanya. Ia pun acap kali membuat gol krusial untuk tim, salah satunya ketika ia sukses menjebol gawang Makassar ketika away, dan membuat Persib lolos dari kekalahan. Pujian pun mulai datang seiring dengan penampilan apiknya. Tak hanya dari pelatih, bahkan bobotoh yang dulu mengkritik habis-habisan penampilannya, sekarang mulai menjadikan Kim sebagai pemain idola. Kim sukses menutup TSC 2016 dengan penampilan apik dan ia menjadi salah satu dari sedikit pemain yang dipertahankan untuk kompetisi tahun 2017.
Musim baru pun tiba. Selepas liburannya dari Jerman, “Babang Kim” kembali ke Bandung, dan menjalani latihan serta uji coba pra musim. Piala Presiden 2017 menjadi ajang pra musim resmi yang dijalani Persib, tentu diikuti dengan ekspektasi besar: mempertahankan gelar yang sebelumnya telah diraih pada 2 tahun silam. Kedatangan kembali Dado, serta regulasi yang mewajibkan setiap klub menyertakan 3 pemain U-22 pada starting XI membuatnya harus bersaing pula dengan Gian Zola untuk mendapatkan posisi starter. Pada pertandingan pertama di Piala Presiden, ia hanya mendapatkan 10 menit hasil menjadi pengganti Erick Weeks. Namun, pada pertandingan kedua melawan Balikpapan, ia dipercaya menjadi starter dengan Ahmad Basith, dan bermain full 90 menit. Pertandingan ketiga melawan Lamongan, ia harus memulai kembali dari cadangan. Ia baru masuk menit ke 60 menggantikan Gian Zola. Saat ia masuk, kedudukan masih 0-0, dan Persib sangat kesulitan untuk memasuki wilayah pertahanan Persela. Kurang dari 15 menit semenjak ia masuk, Kim sukses membuat perubahan. Ia menjadi pencetak gol perdana, dan memecahkan kebuntuan. Ia pun semakin di elu-elukan bobotoh.
Singkat cerita, Persib sukses masuk ke semifinal, dan bermain melawan PBFC. Kalah 2-1 ketika away, Persib dituntut untuk membalasnya di Bandung. Semangat pun keluar dari mulut Kim. Ia sangat yakin bisa mengalahkan PBFC pada leg kedua di Si Jalak Harupat. Karena pada leg pertama ia bermain 90 menit, di leg kedua ia dirotasi dengan Dado, dan baru memulai laga pada menit 45 menggantikan Gian Zola. Penampilannya cukup apik, dan Persib sukses mengalahkan PBFC 2-1 pada waktu normal. Tetapi, skor 2-1 belum cukup untuk memastikan tiket final. Perlu diadakan extra time 2×15 menit. Karena skor tetap sama, maka diadakanlah adu tos tosan. Kim menjadi eksekutor ketiga, setelah Vlado dan Shohei. Sebelumnya, seluruh pemain (baik itu PBFC maupun Persib) sukses mengeksekusi penalti. Saat untuk Kim pun tiba. Dari layar kaca, terlihat wajah tegang Kim. Ancang-ancang ia ambil, tetapi pada detik-detik terakhir ia melambatkan larinya, seakan melambangkan keraguan dari dirinya. Benar saja, eksekusinya melambung dari gawang Wawan. Ia gagal mengeksekusi penalti. Ia menjadi satu-satunya pemain yang gagal mengeksekusi penalti, dan Persib pun gagal lolos ke final. Ekspresi kecewa pun sangat jelas terlihat dari pemain blasteran Indo-Jerman ini.
Hebatnya, pemain yang dulu dicaci ini justru hampir tidak mendapat kritikan dari bobotoh. Hampir mayoritas bobotoh mendukung Kim, dan memberikan semangat kepadanya. Ini bisa terlihat di instagram pribadinya, di kolom komentar terdapat banyak sekali kalimat motivasi yang berusaha untuk membangun seorang Kim dari kegagalannya mengeksekusi penalti. Bahkan, ketika ada segelintir orang yang mencacinya, bobotoh pasang badan untuknya. Banyak sekali bobotoh yang mengkritik orang yang menyalahkan Kim akibat kegagalannya mengeksekusi penalti. Ya, pemain yang dulu dicaci itu kini dibela. Mungkin bisa dikatakan: From Zero to Hero.
Pesan saya pribadi untuk Kim, tetaplah semangat, ini bukan akhir dari segalanya, bangkitlah pada kompetisi resmi nanti. #PersibNuAing!
Penulis hanyalah seorang bobotoh biasa, atau biasa disebut ‘bonjovi’, sekarang sedang bersekolah di salah satu sekolah menengah atas swasta di Bandung // ig, twitter @MichaelClement_

Kim tetap dihati…!
Pemain duniapun seperti Roberto Baggio pernah gagal dlm tendangan penalti ..tetap semangat dan maju terus Kim dan Persib ..
Kim kurniawan sangat mengecewa kan…
ulah kitu, ngarana ge maen bola. tong geleuh ato kecewa gara gara kim jefry gagal finalty. kumaha lamun posisina si atep nu gagal finalty ? mun ente masih kecewa nya berarti ente mah lain bobotoh sejati…
Nu mengecewakan mah strategi pelatih na