Arena Bobotoh: Kilas Balik Persib Menuju Tangga Juara
Tuesday, 27 March 2012 | 08:42Penulis: Asep Saepudin

Sebagai bobotoh dan warga Bandung khususnya tentu merasa bangga jika tim kesayangan warga Jawa Barat ini bisa meraih kemenangan di tiap pertandingan apalagi bisa mengangkat tropi juara. Terlebih lagi komposisi pemain persib yang mayoritas dihuni pemain berlabel TIMNAS, tentu harapan untuk jadi juara mengalir deras dari para bobotoh. Tak jarang kritikan pedas meluncur dari para bobotoh tak kala tim kesayangannya menderita kekalahan.
Bermacam macam kritikan masuk kesitus situs persib, ada yang mencaci tapi tak jarang ada juga kritikan membangun. Saya rasa wajar bobotoh menaruh harapan besar buat Persib, karena Persib adalah ikon Jawa Barat. Kemanapun anda pergi dan dengan siapapun ada bertemu, selama orang itu mengaku orang sunda atau daerah tersebut masih dilingkungan Jawa Barat pasti mengenal PERSIB bahkan diluar negri sekalipun.
Tahun ini terlepas dari kisruhnya dualisme kompetisi, bobotoh menaruh harapan besar Persib bisa juara. Apalagi dengan didatangkannya pelatih berlabel Internasional yang memiliki segudang pengalaman. Tapi kenyataan dilapangan seakan berbalik 180 derajat. Nama besar persib seakan tak berdaya melawan tim-tim yang diatas kertas jauh dibawah persib.
Tak habis pikir kenapa ini bisa terjadi. Setelah membaca beberapa artikel mengenai persib, saya menemukan beberapa perbedaan antara persib dulu dengan sekarang dan ada persamaan pola pikir antara Persib dulu dengan juara bertahan LI tahun lalu.
Mari kita lihat sejarah beberapa tahun kebelakang dimana persib menjadi juara LI. Sebelum dibentuk Liga Indonesia, persib tergabung di liga perserikatan. Dari hasil penelusuran saya ternyata komposisi tim saat persib melakoni Liga Indonesia pertama adalah sama dengan komposisi tim saat masih diperserikatan.
Sebagaimana kita tahu diperserikatan persib jarang bahkan hampir tidak pernah merombak komposisi pemain, kalaupun ada mungkin hanya satu atau dua orang saja ditiap musimnya. Dari situ saya berasumsi dengan komposisi yang tidak terlalu banyak berubah maka kekeluargaan, rasa memiliki dan tanggung jawab sebagai utusan putra daerah menjadi spirit para pemain yang sering dikenal dengan pemain ke 12. Didalam dan diluar lapangan mereka selalu dapat saling berhubungan karena sebagian dari mereka ada yang bekerja dikantor yang sama atau rumah yang berdekatan didaerah antapani sana. Sehingga secara psikologis keinginan dari masing masing pemain saat bertanding dilapangan sudah saling difahami.
Kondisi seperti itu yang selalu dipertahankan persib dalam setiap laganya dan membuat lawan lawannya takut. Kebebasan tim pelatih dan pemain untuk berkreasi dilapangan menjadi ciri khas permainan persib, tak ayal perkataan sang kapten Bima ‘’ Halik kuaing’’ menjadi momok bagi lawan-lawannya. Jika persib sudah menemukan kebuntuan dalam menyerang, sang kapten bilang ‘’ Halik Kuaing ‘’ dan sang kapten meluncur dari barisan pertahanan persib ke jantung pertahan lawan. Hal ini memberikan semangat baru bagi rekan rekannya, yang akhirnya persibpun bisa keluar sebagai pemenang.
Spirit seperti ini yang saya rasa hilang dari para punggawa persib saat ini. Persib sekarang dihuni oleh para pemain yang bukan dari utusan daerah Jawa Barat, meskipun itu berlabel TIMNAS. Rasa memiliki dan tanggung jawab moral kepada persib, bobotoh dan warga Jawa Barat sedikit diragukan, hanya beberapa saja yang bisa dilihat totalitasnya dalam setiap pertandingan. Diperparah lagi dengan seringnya bongkar pasang pemain atau pelatih ditiap musim membuat kekompakan dan rasa memiliki tim hilang lagi.
Untuk menjadi juara itu butuh proses dan tidak bisa instan. Berkaca dari tim tim kelas dunia seperti MU, Barca, Madrid, dst, mereka bisa mencapai puncak klasemen karena bermaterikan pemain dan pelatih yang sama disetiap musimnya dan satu yang harus diingat para pemain dari tim tersebut kebanyakan berasal dari tim binaan intern klub sehingga rasa memiliki dan tanggung jawab moralnya sudah tertanam sejak dini. Dari itu mereka akan menampilkan permainan dengan penuh totalitas sebagai rasa terima kasih dan penghormatan terhadap tim yang membesarkannya.
Tahun ini secara kwalitas persib berhak diunggulkan tapi kenyataan dilapangan berkata lain. Persib terpuruk diurutan ke 7 diputaran pertama dan masih bisa turun, ada apa ini? Jawabnya:
1. Para punggawa persib dipilih bukan oleh pelatih
2. Pelatih datang setelah para pemain dipilih
3. Pelatih yang didatangkan benar benar baru dan tidak punya pengalaman akan atmosfir pertandingan diliga Indonesia
4. Ketatnya jadwal pertandingan dan lokasi pertandingan yang jauh dan panjang membuat waktu untuk recovery para pemain berkurang
5. Sistem pertandingan dan perangkat pertandingan yang sering unfair
6. Kebebasan pelatih untuk berkreasi seperti dibatasi
Dari beberapa poin diatas maka wajar jika persib sementara terpuruk di sepuluh besar klasemen sementara.
Diatas kertas pelatih persib sekarang lebih baik dibanding sebelumnya. Dia punya fisi dan misi yang membangun. Terbukti diawal kedatangannya dibandung beberapa perubahan dan peraturan diberlakukannya dan pemainpun merasa enjoy menjalaninya. Salah satunya adalah kebebasan pers untuk meliput atau mewawancarai pemain dibatasi. Ini bertujuan agar para pemain bisa berkonsentrasi dalam latihan dan pembinaan pemain muda serta system recovery yang rasanya baru muncul ide tersebut dari pelatih ini.
Diawal kompetisi kondisi persib sangat kondusif tapi setelah persib menuai satu dua kekalahan, penyakit lama persib kambuh lagi. Tak jarang pemberitaan yang tidak membangun bahkan bisa mempengaruhi kondisi psikologis tim meluncur dari manajemen dan para mantan pemain atau pelatih. Padahal kalo dilihat dari isi beritanya terlintas seperti mengangunggkan diri sendiri atau berharap bisa menggantikan posisinya. Pemberitaan yang seperti ini yang menyebabkan kondisi tim menjadi tidak kondusif dan konsentrasi tim terganggu.
Lalu apa yang harus dilakukan tim dan jajaran manajemen untuk mengarungi putaran kedua?
Lakukan evaluasi yang membangun diseluruh jajaran manajemen dan tim. Bongkar pasang pemain bahkan memecat pelatih diparuh musim bukan solusi yang baik. Ingat pelatih datang saat pemain sudah dipilih. Jadi keputusan mengganti pelatih saat ini sangat tidak logis. Anggap saja putaran pertama ini sebagai pengalaman pertama bagi pelatih yang baru mengenal atmosfir pertandingan liga Indonesia.
Diputaran kedua berikan support yang membangun dari manajemen, jangan ada lagi intervensi yang bisa merusak konsentrasi tim dengan adanya berita berita yang menjelekkan tim. Berikan pelatih kebebasan untuk berkreasi karena pada putaran kedua ini pelatih sudah tahu komposisi tim dan lawan yang dihadapinya juga atmosfir Liga. Hasil akhir kompetisi baru bisa jadi masukan bagi manajemen untuk mengganti atau mempertahannkannya. Satu hal yang perlu di ingat pelatih datang saat pemain sudah dipilih. Jadi kalau menurut saya mempertahankan Drago Mamic untuk musim kompetisi selanjutnya lebih efektif daripada menggantinya. Untuk musim depan beri dia keleluasaan untuk memilih dan memoles punggawa persib. Berikan dia tantangan untuk memoles 50% punggawa dari putra daerah Jawa Barat. Ini untuk menubuhkan spirit juang para punggawa. Sebagai putra Jawa Barat merupakan suatu kebanggaan bisa membela persib dan tentunya mereka akan memberikan totalitasnya kepada persib.
LI tahun 2012/2013 tidak juara tidak masalah
LI tahun 2013/2014 sepuluh besar dengan mayoritas punggawa dari putra Jawa Barat.
LI tahun 2014/2015 dengan komposisi yang sama (pelatih dan pemain) wajib juara.
Wasalam
Penulis adalah bobotoh yang kini tinggal di Abu Dhabi UAE

Penulis: Asep Saepudin
Sebagai bobotoh dan warga Bandung khususnya tentu merasa bangga jika tim kesayangan warga Jawa Barat ini bisa meraih kemenangan di tiap pertandingan apalagi bisa mengangkat tropi juara. Terlebih lagi komposisi pemain persib yang mayoritas dihuni pemain berlabel TIMNAS, tentu harapan untuk jadi juara mengalir deras dari para bobotoh. Tak jarang kritikan pedas meluncur dari para bobotoh tak kala tim kesayangannya menderita kekalahan.
Bermacam macam kritikan masuk kesitus situs persib, ada yang mencaci tapi tak jarang ada juga kritikan membangun. Saya rasa wajar bobotoh menaruh harapan besar buat Persib, karena Persib adalah ikon Jawa Barat. Kemanapun anda pergi dan dengan siapapun ada bertemu, selama orang itu mengaku orang sunda atau daerah tersebut masih dilingkungan Jawa Barat pasti mengenal PERSIB bahkan diluar negri sekalipun.
Tahun ini terlepas dari kisruhnya dualisme kompetisi, bobotoh menaruh harapan besar Persib bisa juara. Apalagi dengan didatangkannya pelatih berlabel Internasional yang memiliki segudang pengalaman. Tapi kenyataan dilapangan seakan berbalik 180 derajat. Nama besar persib seakan tak berdaya melawan tim-tim yang diatas kertas jauh dibawah persib.
Tak habis pikir kenapa ini bisa terjadi. Setelah membaca beberapa artikel mengenai persib, saya menemukan beberapa perbedaan antara persib dulu dengan sekarang dan ada persamaan pola pikir antara Persib dulu dengan juara bertahan LI tahun lalu.
Mari kita lihat sejarah beberapa tahun kebelakang dimana persib menjadi juara LI. Sebelum dibentuk Liga Indonesia, persib tergabung di liga perserikatan. Dari hasil penelusuran saya ternyata komposisi tim saat persib melakoni Liga Indonesia pertama adalah sama dengan komposisi tim saat masih diperserikatan.
Sebagaimana kita tahu diperserikatan persib jarang bahkan hampir tidak pernah merombak komposisi pemain, kalaupun ada mungkin hanya satu atau dua orang saja ditiap musimnya. Dari situ saya berasumsi dengan komposisi yang tidak terlalu banyak berubah maka kekeluargaan, rasa memiliki dan tanggung jawab sebagai utusan putra daerah menjadi spirit para pemain yang sering dikenal dengan pemain ke 12. Didalam dan diluar lapangan mereka selalu dapat saling berhubungan karena sebagian dari mereka ada yang bekerja dikantor yang sama atau rumah yang berdekatan didaerah antapani sana. Sehingga secara psikologis keinginan dari masing masing pemain saat bertanding dilapangan sudah saling difahami.
Kondisi seperti itu yang selalu dipertahankan persib dalam setiap laganya dan membuat lawan lawannya takut. Kebebasan tim pelatih dan pemain untuk berkreasi dilapangan menjadi ciri khas permainan persib, tak ayal perkataan sang kapten Bima ‘’ Halik kuaing’’ menjadi momok bagi lawan-lawannya. Jika persib sudah menemukan kebuntuan dalam menyerang, sang kapten bilang ‘’ Halik Kuaing ‘’ dan sang kapten meluncur dari barisan pertahanan persib ke jantung pertahan lawan. Hal ini memberikan semangat baru bagi rekan rekannya, yang akhirnya persibpun bisa keluar sebagai pemenang.
Spirit seperti ini yang saya rasa hilang dari para punggawa persib saat ini. Persib sekarang dihuni oleh para pemain yang bukan dari utusan daerah Jawa Barat, meskipun itu berlabel TIMNAS. Rasa memiliki dan tanggung jawab moral kepada persib, bobotoh dan warga Jawa Barat sedikit diragukan, hanya beberapa saja yang bisa dilihat totalitasnya dalam setiap pertandingan. Diperparah lagi dengan seringnya bongkar pasang pemain atau pelatih ditiap musim membuat kekompakan dan rasa memiliki tim hilang lagi.
Untuk menjadi juara itu butuh proses dan tidak bisa instan. Berkaca dari tim tim kelas dunia seperti MU, Barca, Madrid, dst, mereka bisa mencapai puncak klasemen karena bermaterikan pemain dan pelatih yang sama disetiap musimnya dan satu yang harus diingat para pemain dari tim tersebut kebanyakan berasal dari tim binaan intern klub sehingga rasa memiliki dan tanggung jawab moralnya sudah tertanam sejak dini. Dari itu mereka akan menampilkan permainan dengan penuh totalitas sebagai rasa terima kasih dan penghormatan terhadap tim yang membesarkannya.
Tahun ini secara kwalitas persib berhak diunggulkan tapi kenyataan dilapangan berkata lain. Persib terpuruk diurutan ke 7 diputaran pertama dan masih bisa turun, ada apa ini? Jawabnya:
1. Para punggawa persib dipilih bukan oleh pelatih
2. Pelatih datang setelah para pemain dipilih
3. Pelatih yang didatangkan benar benar baru dan tidak punya pengalaman akan atmosfir pertandingan diliga Indonesia
4. Ketatnya jadwal pertandingan dan lokasi pertandingan yang jauh dan panjang membuat waktu untuk recovery para pemain berkurang
5. Sistem pertandingan dan perangkat pertandingan yang sering unfair
6. Kebebasan pelatih untuk berkreasi seperti dibatasi
Dari beberapa poin diatas maka wajar jika persib sementara terpuruk di sepuluh besar klasemen sementara.
Diatas kertas pelatih persib sekarang lebih baik dibanding sebelumnya. Dia punya fisi dan misi yang membangun. Terbukti diawal kedatangannya dibandung beberapa perubahan dan peraturan diberlakukannya dan pemainpun merasa enjoy menjalaninya. Salah satunya adalah kebebasan pers untuk meliput atau mewawancarai pemain dibatasi. Ini bertujuan agar para pemain bisa berkonsentrasi dalam latihan dan pembinaan pemain muda serta system recovery yang rasanya baru muncul ide tersebut dari pelatih ini.
Diawal kompetisi kondisi persib sangat kondusif tapi setelah persib menuai satu dua kekalahan, penyakit lama persib kambuh lagi. Tak jarang pemberitaan yang tidak membangun bahkan bisa mempengaruhi kondisi psikologis tim meluncur dari manajemen dan para mantan pemain atau pelatih. Padahal kalo dilihat dari isi beritanya terlintas seperti mengangunggkan diri sendiri atau berharap bisa menggantikan posisinya. Pemberitaan yang seperti ini yang menyebabkan kondisi tim menjadi tidak kondusif dan konsentrasi tim terganggu.
Lalu apa yang harus dilakukan tim dan jajaran manajemen untuk mengarungi putaran kedua?
Lakukan evaluasi yang membangun diseluruh jajaran manajemen dan tim. Bongkar pasang pemain bahkan memecat pelatih diparuh musim bukan solusi yang baik. Ingat pelatih datang saat pemain sudah dipilih. Jadi keputusan mengganti pelatih saat ini sangat tidak logis. Anggap saja putaran pertama ini sebagai pengalaman pertama bagi pelatih yang baru mengenal atmosfir pertandingan liga Indonesia.
Diputaran kedua berikan support yang membangun dari manajemen, jangan ada lagi intervensi yang bisa merusak konsentrasi tim dengan adanya berita berita yang menjelekkan tim. Berikan pelatih kebebasan untuk berkreasi karena pada putaran kedua ini pelatih sudah tahu komposisi tim dan lawan yang dihadapinya juga atmosfir Liga. Hasil akhir kompetisi baru bisa jadi masukan bagi manajemen untuk mengganti atau mempertahannkannya. Satu hal yang perlu di ingat pelatih datang saat pemain sudah dipilih. Jadi kalau menurut saya mempertahankan Drago Mamic untuk musim kompetisi selanjutnya lebih efektif daripada menggantinya. Untuk musim depan beri dia keleluasaan untuk memilih dan memoles punggawa persib. Berikan dia tantangan untuk memoles 50% punggawa dari putra daerah Jawa Barat. Ini untuk menubuhkan spirit juang para punggawa. Sebagai putra Jawa Barat merupakan suatu kebanggaan bisa membela persib dan tentunya mereka akan memberikan totalitasnya kepada persib.
LI tahun 2012/2013 tidak juara tidak masalah
LI tahun 2013/2014 sepuluh besar dengan mayoritas punggawa dari putra Jawa Barat.
LI tahun 2014/2015 dengan komposisi yang sama (pelatih dan pemain) wajib juara.
Wasalam
Penulis adalah bobotoh yang kini tinggal di Abu Dhabi UAE

dukung ATUHH PerSIbb sanajann eleh oggge
bomber dari lengkong / buah batuu /