Arena Bobotoh: Kemanakah Arah Permainan Persib (Bagian Pertama)
Monday, 23 April 2012 | 07:20Penulis: Gunawan
(Sebuah Analisa) – Bagian Pertama
Sebelumnya penulis mempersembahkan artikel ini bukan untuk mendiskreditkan pihak manapun, tapi murni sebuah masukan yang datang dari sebagian besar bobotoh Persib. Dan berharap Persib menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Memasuki musim kompetisi 2011/2012, Persib berbenah diri dengan melakukan pembentukan badan usaha yang menaungi Persib sebagai ketentuan yang diberlakukan oleh badan persepakbolaan di Indonesia (PSSI). Maka berdirilah PT. Persib Bandung Bermartabat (PT. PBB). Dengan dana yang melimpah, baik yang datang dari kantong pribadi pengurus, maupun dari sponsor. Dan dukungan suporter fanatiknya, manajemen mencanangkan target menjuarai musim ini dengan melakukan pembelian pemain yang berlabel Pemain Tim Nasional. Pemain Timnas seperti: Tony Sucipto, Zulkifli Syukur, M. Ilham di tambah dengan masuknya Aliyudin, Hendra Ridwan Jendry Pitoy, dll, pun merapat ke tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat.
Di lain pihak, Persib pun harus rela kehilangan sejumlah pilar penting yang selama ini, mungkin jadi icon bagi Persib. Namun manajemen lupa akan satu hal, yaitu lambatnya dalam merekrut pelatih. Dalam hal ini Pelatih Kepala. Ini hal yang aneh yang pernah terjadi dalam persepakbolaan bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Dimana sebuah tim melakukan perekrutan pemain tanpa campur tangan atau masukkan dari pelatih kepala. Bahkan pelatih kepala belum direkrut. Kenapa? Seorang Pelatih Kepala sepakbola tentunya punya karakter yang ingin dia bangun atau kembangkan pada tim yang akan diasuhnya demi tercapainya sebuah tujuan, yaitu menjadi tim yang terbaik di negeri ini (JUARA). Pelatih Kepala jugalah yang memberikan masukan kepada manajemen dalam hal pembelian pemain sesuai kebutuhan klub dan sesuai dengan formasi yang akan dia terapkan.
Tidak lama berselang, masuklah Pelatih Kepala yang selama ini ditunggu-tunggu, yaitu Drago Mamic. DM pun menerapkan pola permainan dengan formasi 4-2-3-1. Formasi yang mungkin belum lazim di Persib yang sudah bisa menerima dengan pola 4-4-2 (bawaan Jaya Hartono), pola 3-5-2 (formasi berpuluh-puluh tahun Persib dan dikenalkan pertama kali oleh sang Profesor, Indra Thohir), dan pola 4-3-3 (sebelum Indra Thohir memegang kursi Pelatih Kepala Persib). Perlu dicatat, Persib membutuhkan 2 tahun dibawah kepelatihan Indra Thohir untuk merubah formasi pakem Persib kala itu dari 4-3-3 menjadi 3-5-2. Penulis menyematkan kata-kata “Sang Profesor” pada Indra Thohir karena Beliau sukses merubah paradigma (mindset) yang ada di tubuh Persib kala itu, baik Pengurus maupun para pemain. Begitu pula dengan Jaya Hartono membutuhkan 2 tahun merubah pakem formasi yang ada kala itu formasi 3-5-2 menjadi 4-4-2.
Ketika Jaya Hartono pertama datang untuk menukangi Persib dengan patron 4-4-2, lagi-lagi Persib melakukan adaptasi perubahan dari 3-5-2 menjadi 4-4-2. Apakah itu diikuti pula dengan upgrading para asistennya Jaya Hartono tempo hari atau tidak? Jawabannya mungkin iya, mungkin juga tidak. Bukti yang nyata suksesnya Jaya mengimplementasikan formasi 4-4-2 ditubuh Persib adalah permainan Persib yang aktraktif. Dan Eka memegang Free Role Player, Cabanaz sebagai penyeimbang, dibantu dengan winger-winger Persib yang bergentayangan di pertahanan lawan. Tidak ada ruang kosong antara pemain depan dan pemain tengah dan sangat atraktif. Bahkan masuknya Suchao yang menggantikan peran Cabanaz pun sangat memberikan warna tersendiri dalam setiap penampilan Persib.
Dan Persib pun lagi-lagi sukses merubah pakemnya menjadi 4-4-2. Dari 2 contoh diatas tersebut penulis mengambil kesimpulan, Persib tidak terbiasa dengan pergantian pola atau formasi sepakbola secara dramatis. Sehingga membutuhkan waktu sampai dengan 2 tahun. Hal ini terjadi – mungkin – lambatnya upgrading pengetahuan para asisten pelatih kepala atau mungkin juga ada faktor lain yang penulis tidak ketahui.
Kembali ke topik DM dengan patron 4-2-3-1 nya. Setelah jajaran asisten pelatih yang sudah terbiasa dengan pakem 4-4-2, muncul pakem baru yang dibawa DM. Disinilah seharusnya pihak manajemen Persib bertindak cepat dengan melakukan atau minimal meng-upgrade pengetahuan para asisten DM dengan pengetahuan tentang formasi baru tesebut. Contohnya: Seperti apa filosofinya formasi 4-2-3-1 itu? Bagaimana pengembangannya atau implementasinya baik dalam bertahan maupun menyerang? Sehingga ketika diterapkan pada skuad Persib tidak terjadi ketimpangan seperti yang terjadi pada putaran pertama kemarin dimana sangat minim supply bola ke penyerang serta miskinnya kreasi permainan. Akibatnya adalah Persib minim dalam mencetak gol. Perlu diketahui, formasi 4-2-3-1 tersebut adalah formasi yang bisa disebut formasi bunglon. Kenapa? Formasi yang bisa kuat dalam bertahan karena di bantu oleh double pivot. Sehingga para penyerang lawan akan berhadapan double pivot terlebih dahulu sebelum berhadapan dengan empat pemain belakang. Artinya proses panjang yang harus ditempuh oleh penyerang lawan sebelum membobol gawang. Dalam menyerang formasi 4-2-3-1 pun sangat kuat, karena bisa berubah menjadi pola 4-1-2-3 (pengembangan pola 4-3-3) atau 4-1-1-4/4-2-4 ketika menyerang. Semua itu bisa dilihat dari karakter-karakter pemain yang diturunkan sang pelatih dalam setiap pertandingannya.
Mungkin seperti itulah karakter yang ingin dibangun oleh DM ketika masuk untuk membesut tim Persib kemarin. Tapi sialnya pemain tidak terbiasa dengan pola baru itu. Ketika mengarungi kompetisi sering terjadi ruang kosong antara pemain tengah dan pemain depan. Pemain tengah menumpuk tanpa ada supply ke target man. Kunci sukses formasi 4-2-3-1 adalah harus ada pemain yang berperan sebagai “Free Role Player”. Dan Persib tidak mempunyai pemain yang berperan sebagai “Free Role Player” paska hengkangnya Eka Ramdani.
Contoh nyata tim-tim yang sukses menerapkan formasi 4-2-3-1 adalah FC Barcelona, Real Madrid CF dan timnas U23 Sea Games kemarin dibawah pelatih Rahmad Darmawan. Di Barca double pivot selalu dipegang oleh Basquets dan Xavi, Basquets bernaluri defesive midfielder dan Xavi sebagai creator permainan. Dan Messi sebagai Free Role Player dan berdiri dibelakang striker. Sedangkan di Madrid ada Xabi Alonso dan Khedira (keduanya mempunyai naluri bertahan dan menyerang sama baiknya), dan Ozil sebagai Free Role Playernya juga berdiri dibelakang Benzema/Higuain. Timnas U23 besutan RD, selalu menempatkan Egi dan Dirga Lasut sebagai double pivot dan Patrich Wanggai yang berdiri sedikit dibelakang Titus Bonai. Dan Egi sebagai Free Role Playernya. Bisa dilihat ketika timnas dibawah tekanan penyerang lawan, formasi 4-2-3-1 berjalan. Ketika menyerang, berubah menjadi 4-4-2. Sebuah karakter permainan yang sukses dibangun RD.
Diputaran kedua ISL, penulis bingung dengan arah permainan Persib dibawah arahan pelatih kepala yang baru. Tiga pertandingan yang sudah dijalani oleh Persib, belum ada tanda-tanda yang jelas dari karakter permainan Persib baik dalam bertahan apalagi dalam menyerang. Penulis menyarankan bagi pelatih Persib yang sekarang, jangan malu untuk mengungkapkan kembali kepakem yang benar-benar pelatih kuasai. Sehingga karakter permainan Persib bisa terlihat dalam setiap pertandingannya.
(bersambung)
Penulis adalah bobotoh Persib tinggal di Merseyside Liverpool Inggris.

Penulis: Gunawan
(Sebuah Analisa) – Bagian Pertama
Sebelumnya penulis mempersembahkan artikel ini bukan untuk mendiskreditkan pihak manapun, tapi murni sebuah masukan yang datang dari sebagian besar bobotoh Persib. Dan berharap Persib menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Memasuki musim kompetisi 2011/2012, Persib berbenah diri dengan melakukan pembentukan badan usaha yang menaungi Persib sebagai ketentuan yang diberlakukan oleh badan persepakbolaan di Indonesia (PSSI). Maka berdirilah PT. Persib Bandung Bermartabat (PT. PBB). Dengan dana yang melimpah, baik yang datang dari kantong pribadi pengurus, maupun dari sponsor. Dan dukungan suporter fanatiknya, manajemen mencanangkan target menjuarai musim ini dengan melakukan pembelian pemain yang berlabel Pemain Tim Nasional. Pemain Timnas seperti: Tony Sucipto, Zulkifli Syukur, M. Ilham di tambah dengan masuknya Aliyudin, Hendra Ridwan Jendry Pitoy, dll, pun merapat ke tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat.
Di lain pihak, Persib pun harus rela kehilangan sejumlah pilar penting yang selama ini, mungkin jadi icon bagi Persib. Namun manajemen lupa akan satu hal, yaitu lambatnya dalam merekrut pelatih. Dalam hal ini Pelatih Kepala. Ini hal yang aneh yang pernah terjadi dalam persepakbolaan bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Dimana sebuah tim melakukan perekrutan pemain tanpa campur tangan atau masukkan dari pelatih kepala. Bahkan pelatih kepala belum direkrut. Kenapa? Seorang Pelatih Kepala sepakbola tentunya punya karakter yang ingin dia bangun atau kembangkan pada tim yang akan diasuhnya demi tercapainya sebuah tujuan, yaitu menjadi tim yang terbaik di negeri ini (JUARA). Pelatih Kepala jugalah yang memberikan masukan kepada manajemen dalam hal pembelian pemain sesuai kebutuhan klub dan sesuai dengan formasi yang akan dia terapkan.
Tidak lama berselang, masuklah Pelatih Kepala yang selama ini ditunggu-tunggu, yaitu Drago Mamic. DM pun menerapkan pola permainan dengan formasi 4-2-3-1. Formasi yang mungkin belum lazim di Persib yang sudah bisa menerima dengan pola 4-4-2 (bawaan Jaya Hartono), pola 3-5-2 (formasi berpuluh-puluh tahun Persib dan dikenalkan pertama kali oleh sang Profesor, Indra Thohir), dan pola 4-3-3 (sebelum Indra Thohir memegang kursi Pelatih Kepala Persib). Perlu dicatat, Persib membutuhkan 2 tahun dibawah kepelatihan Indra Thohir untuk merubah formasi pakem Persib kala itu dari 4-3-3 menjadi 3-5-2. Penulis menyematkan kata-kata “Sang Profesor” pada Indra Thohir karena Beliau sukses merubah paradigma (mindset) yang ada di tubuh Persib kala itu, baik Pengurus maupun para pemain. Begitu pula dengan Jaya Hartono membutuhkan 2 tahun merubah pakem formasi yang ada kala itu formasi 3-5-2 menjadi 4-4-2.
Ketika Jaya Hartono pertama datang untuk menukangi Persib dengan patron 4-4-2, lagi-lagi Persib melakukan adaptasi perubahan dari 3-5-2 menjadi 4-4-2. Apakah itu diikuti pula dengan upgrading para asistennya Jaya Hartono tempo hari atau tidak? Jawabannya mungkin iya, mungkin juga tidak. Bukti yang nyata suksesnya Jaya mengimplementasikan formasi 4-4-2 ditubuh Persib adalah permainan Persib yang aktraktif. Dan Eka memegang Free Role Player, Cabanaz sebagai penyeimbang, dibantu dengan winger-winger Persib yang bergentayangan di pertahanan lawan. Tidak ada ruang kosong antara pemain depan dan pemain tengah dan sangat atraktif. Bahkan masuknya Suchao yang menggantikan peran Cabanaz pun sangat memberikan warna tersendiri dalam setiap penampilan Persib.
Dan Persib pun lagi-lagi sukses merubah pakemnya menjadi 4-4-2. Dari 2 contoh diatas tersebut penulis mengambil kesimpulan, Persib tidak terbiasa dengan pergantian pola atau formasi sepakbola secara dramatis. Sehingga membutuhkan waktu sampai dengan 2 tahun. Hal ini terjadi – mungkin – lambatnya upgrading pengetahuan para asisten pelatih kepala atau mungkin juga ada faktor lain yang penulis tidak ketahui.
Kembali ke topik DM dengan patron 4-2-3-1 nya. Setelah jajaran asisten pelatih yang sudah terbiasa dengan pakem 4-4-2, muncul pakem baru yang dibawa DM. Disinilah seharusnya pihak manajemen Persib bertindak cepat dengan melakukan atau minimal meng-upgrade pengetahuan para asisten DM dengan pengetahuan tentang formasi baru tesebut. Contohnya: Seperti apa filosofinya formasi 4-2-3-1 itu? Bagaimana pengembangannya atau implementasinya baik dalam bertahan maupun menyerang? Sehingga ketika diterapkan pada skuad Persib tidak terjadi ketimpangan seperti yang terjadi pada putaran pertama kemarin dimana sangat minim supply bola ke penyerang serta miskinnya kreasi permainan. Akibatnya adalah Persib minim dalam mencetak gol. Perlu diketahui, formasi 4-2-3-1 tersebut adalah formasi yang bisa disebut formasi bunglon. Kenapa? Formasi yang bisa kuat dalam bertahan karena di bantu oleh double pivot. Sehingga para penyerang lawan akan berhadapan double pivot terlebih dahulu sebelum berhadapan dengan empat pemain belakang. Artinya proses panjang yang harus ditempuh oleh penyerang lawan sebelum membobol gawang. Dalam menyerang formasi 4-2-3-1 pun sangat kuat, karena bisa berubah menjadi pola 4-1-2-3 (pengembangan pola 4-3-3) atau 4-1-1-4/4-2-4 ketika menyerang. Semua itu bisa dilihat dari karakter-karakter pemain yang diturunkan sang pelatih dalam setiap pertandingannya.
Mungkin seperti itulah karakter yang ingin dibangun oleh DM ketika masuk untuk membesut tim Persib kemarin. Tapi sialnya pemain tidak terbiasa dengan pola baru itu. Ketika mengarungi kompetisi sering terjadi ruang kosong antara pemain tengah dan pemain depan. Pemain tengah menumpuk tanpa ada supply ke target man. Kunci sukses formasi 4-2-3-1 adalah harus ada pemain yang berperan sebagai “Free Role Player”. Dan Persib tidak mempunyai pemain yang berperan sebagai “Free Role Player” paska hengkangnya Eka Ramdani.
Contoh nyata tim-tim yang sukses menerapkan formasi 4-2-3-1 adalah FC Barcelona, Real Madrid CF dan timnas U23 Sea Games kemarin dibawah pelatih Rahmad Darmawan. Di Barca double pivot selalu dipegang oleh Basquets dan Xavi, Basquets bernaluri defesive midfielder dan Xavi sebagai creator permainan. Dan Messi sebagai Free Role Player dan berdiri dibelakang striker. Sedangkan di Madrid ada Xabi Alonso dan Khedira (keduanya mempunyai naluri bertahan dan menyerang sama baiknya), dan Ozil sebagai Free Role Playernya juga berdiri dibelakang Benzema/Higuain. Timnas U23 besutan RD, selalu menempatkan Egi dan Dirga Lasut sebagai double pivot dan Patrich Wanggai yang berdiri sedikit dibelakang Titus Bonai. Dan Egi sebagai Free Role Playernya. Bisa dilihat ketika timnas dibawah tekanan penyerang lawan, formasi 4-2-3-1 berjalan. Ketika menyerang, berubah menjadi 4-4-2. Sebuah karakter permainan yang sukses dibangun RD.
Diputaran kedua ISL, penulis bingung dengan arah permainan Persib dibawah arahan pelatih kepala yang baru. Tiga pertandingan yang sudah dijalani oleh Persib, belum ada tanda-tanda yang jelas dari karakter permainan Persib baik dalam bertahan apalagi dalam menyerang. Penulis menyarankan bagi pelatih Persib yang sekarang, jangan malu untuk mengungkapkan kembali kepakem yang benar-benar pelatih kuasai. Sehingga karakter permainan Persib bisa terlihat dalam setiap pertandingannya.
(bersambung)
Penulis adalah bobotoh Persib tinggal di Merseyside Liverpool Inggris.

Orang jabar semua belm tentu bisa juara. Percuma kalo ga ada tekad. pak haji umuh hanya bisa menganak emaskan orng orng tertentu, hingga timbul rasa yng jelek antar pemain. Wildansyah mnrt saya sngt tidk profesional. Jika ingin terus bermain, main saja di klub divisi utama, mungkin akan jadi starting eleven terus. Harusnya berfikir, persib di huni oleh pemain yng punya skill dan kehebtan masing masing. Harusnya sebgai pemain sadar diri akan kemampuanya, jika sprti wildan yng ingn hengkang, ya silahkan saja. Ini persaingan, berarti mental wildansyah lemah tak mau berkompetisi di dalam tim.
Hai Persib, saya berkomentar begini itu sebagai bentuk rasa sayang sama PERSIB, saya mohon jangan pemain saja yang harus dituntut untuk kerjasama tapi management pun alangkah lebih baiknya kerjasama, hilangkan rasa ego satu sama lain dan jangan sampai hal ini menjadi beban para pemain yang sedang bermain dilapangan. Lihat, Hilton Moreira mungkin kini dia menjadi momok bagi tim tim besar karena dia merasa dia bermain lepas tanpa beban. Selain itu, betul kata penulis kalo PERSIB itu butuh pemain yg free role player seperti Eka Ramdani atau mungkin Bustomi, Zah Rahan dsb, Ayo Bangkit PERSIB saya yang mewakili Viking Jakarta rindu akan permainan indahmu dan ambil langkah cepat untuk menangani masalah ini !
“ga ad smangat”,,
q ingin 85 pmain lokal,seperti jaman yaris pemain muda dan pembinaan brkesnambungan,,
tim persela,maupun arema,bnyak pmain lokal binaan,bhkan persija skarang bnyak pmain lokal.
Kmanakah “pmain lokal”
kesalaha terbesar persib adalah terlalu memberikan tekanan kepada pelatih Drago Mamic, kita lihat saja real madrid pun butuh adaptasi 1 tahun dengan skema jose mourinho. dan kesalahan terbesara adalah manajer persib yang terlalu ikut campur masalah tim.
terapkan lagi aja pola yg dlu yg membuat PERSIB sukses!
jalan terbaik Menurut saya..
jangan sampai Tim Kesayangan Kita Harus Kalah Terus dari Lawan2nya,..!
Go PERSIB BANDUNG!
BOBOTOH PERSIB salawasna!
“Viking Bogor”
Terima kasih pada teman2 yang sudah ikut dalam forum diskusi ini. Hampir semua yang diskusi di forum ini memiliki pola pikir yang kritis. Mudah2an Management PT. PBB membacanya. 😀
Sudah saatnya sekarang Persib merubah paradigma yang ada. Pola pembinaan di tubuh Persib HARUS dikembangkan jauh kedepan. Persib juga harus mulai memikirkan “Youth Development Plan”. Pembinaan usia dini (grassroot) sebagai wadah untuk calon2 pemain Persib dimasa mendatang sehingga Persib tidak kehabisan stok pemain. Banyak cara untuk mengembangkannya, sebut saja: Adakan kompetisi internal Persib sendiri terhadap kelompok umur tertentu, seperti Kelompok U12, U15, U18, U20, dan U23 dengan menggandeng pihak sponsor. Dan harus dilaksanakan berkesinambungan. Beri beasiswa terhadap talenta2 yang lahir dari kompetisi itu. Contohnya menyekolahkan mereka dengan durasi 3 tahun dengan terus dititipkan di klub internal Persib. Dengan ikatan beasiswa, secara tidak langsung Persib sudah mengikat talenta2 tersebut sebagai calon “raising stars”-nya Persib dimasa mendatang sambil terus dipantau perkembangannya. Dan ketika ada kompetisi U23 milik PSSI, Pelatih Persib, Mustika Hadi, tidak pusing lagi mencari pemain. Karena pemain sudah tersedia.
Terima kasih pada manajemen Persib yang sudah menawarkan saya untuk posisi pelatih di tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat. Tapi dengan berat hati saya menolak dengan pertimbangan2 sebagai berikut:
1. Saya terikat kontrak dan tidak bisa begitu saja untuk diputus ditengah jalan, apalagi mereka (klub yang mengontrak saya) sudah memberikan pendidikan kepelatihan untuk upgrade keilmuan saya.
2. Faktor keluarga. Anak2 saya medapatkan beasiswa dari salah satu klub di spanyol dan inggris, dan saya pun harus mengawasinya. Karena pertimbangan jarak.
kolektifitasna anu kurang, jeung teu tenang, hayang pa aing – aing ngasupkeun meureun, di iming -iming ku bonus nu gede jadi kebersamaanna mah euweuh punteun ka manajemen anu dipasihan bonus tong anu ngasupkeun hungkul kabeh we ratakeun
bonusna meh maena kompak tong ieumah gawang jauh keneh maen eksekusi mun can liwat garis pinaltimah tong maen talapung
ubek hela didinya bola acan penjolmah anu pentingmah semangat
ka daerahan no 1 keun kan aya paribasa “DIMANA LANGIT DIPIJAK
DISANA LANGIT DIJUNGJUNG ” kitu mun teu salahmah wassalam ah