(Arena Bobotoh) Kebesaran Hati Belencoso dan Pentingnya Media Handling
Wednesday, 17 August 2016 | 15:24
Pernyataan ofensif dari Wak Haji Umuh dan Djajang Nurdjaman terkait Belencoso menjadi pembicaraan hangat para Bobotoh dalam sebulan terakhir. Bagi anda yang belum mengetahuinya, anda dapat menemukannya melalui kolom pencarian Twitter dengan kata kunci #savebelencoso, hasilnya anda akan menemukan pernyataan-pernyataan dari dwi-tunggal Persib yang sungguh tak sedap dilahap Bobotoh.
Cerita pada tagar #savebelencoso tak hanya tentang dua sosok itu saja, tentu sang pemain berada pada porsi yang sama dalam pembicaraan. Berkebalikan dengan WHU dan Djanur yang dihujat, Belencoso justru meraih simpati publik karena sikap yang ia tunjukan meski diperlakukan tak pantas. Kasus yang menimpa Belencoso setidaknya membukakan mata terhadap dua hal: (1) Pentingnya kesadaran manajemen dan pelatih terhadap pernyataan kepada media dan (2) pelajaran bagi pemain ketika mendapat perlakuan yang buruk.
Media Handling yang buruk dari Manajer dan Pelatih
Media handling secara singkat dapat diartikan sebagai bagaimana seorang manajer atau pelatih menangani pertanyaan yang diajukan para wartawan saat konferensi pers maupun wawancara bebas. Penanganan tersebut diwujudkan dalam bentuk jawaban dan pernyataan terkait kondisi tim dan pemain. Efek pernyataan yang dilontarkan manajer/pelatih di media sangatlah besar. Jika anda penggemar permainan simulasi Football Manager, anda pasti tahu jika media handling yang buruk dari seorang manajer akan berakibat kepada menurunnya psikologis pemain dan buruknya pandangan media/masyarakat terhadap si manajer. Sebagaimana halnya simulasi, dua hal tersebut memang berkesesuaian di dunia nyata.
Dalam hal psikologis, apa yang dikatakan Wak Haji dan Djanur tak hanya menurunkan moral si pemain, tapi juga menghancurkannya. Alangkah lebih baik jika pelatih membela habis-habisan Belencoso di depan media dan menyimbah segala kritik dan saran kepada Belencoso secara langsung tanpa perantaraan media. Dengan begitu pemain akan merasa dilindungi dan diperhatikan oleh pelatih dan beban psikologis sedikit-banyak akan terangkat.
Cara yang sama digunakan oleh Jose Mourinho guna melindungi pemainnya yang sedang off-form dari kecaman media. Bahkan cara yang digunakan Mourinho lebih ekstrim, ia cenderung melontarkan pernyataan kontroversial agar lampu sorot bergeser dari si pemain kepada dirinya. Alih-alih mengecam pemain, orang-orang akan beralih mengecam dirinya. Pemain pun terhindar dari sorotan utama agar beban untuk (kembali) bermain baik tak terlampau besar. Saya tidak menyarankan Djanur untuk melakukan hal yang sama. Setiap pelatih punya gaya dan caranya sendiri dalam menangani pemain yang sedang berada dalam sorotan. Tetapi kita semua tahu jika pada akhirnya Djanur menyerah dengan keadaan Belencoso dan mengatakan kata-kata-itu kepada media alih-alih berusaha membuka keran gol dan membelanya.
Sedangkan dalam hal pandangan masyarakat terhadap manajemen dan pelatih lebih dahsyat lagi. Bobotoh menilai apa yang dilakukan oleh manajemen dan pelatih kepada Belencoso sungguh keterlaluan. Pakailah meme scene Cinta-Rangga yang jahat itu. Polah Rangga dalam wujud WHU/Djanur kepada Cinta dalam jubah Belencoso sungguh banyak kesamaan. Apalagi nasib Belencoso memang sempat digantung sebelum akhirnya resmi diberhentikan. Bedanya, Belencoso tidak mengatakan perlakuan WHU/Djanur itu ‘jahat’ kepada media.
Kebesaran Hati Belencoso
Seseorang yang diperlakukan buruk cenderung ingin membela harga dirinya dengan melakukan hal yang sama. Tetapi seorang Belencoso berbesar hati untuk tidak mengkonversi umpan lambung WHU/Djanur menjadi kata-kata yang sama pedas. Reaksi Belencoso terhadap pernyataan WHU/Djanur cenderung defensif tanpa ancang-ancang untuk membalas.
Malah, ketika ia ditanya mengenai kemungkinan dicoret, sejauh penelusuran saya, tanggapan yang meluncur dari eks striker Cadiz CF ini adalah ingin yang terbaik bagi ‘Persib’, bukan yang terbaik bagi ‘saya’. Dalam situasi mengenai kepentingan masa depannya pun, ia masih berpikir kepentingan komunal dalam bentuk Persib.
Ketika ditanya tentang kemungkinan pindah ke tim ISC lain, ia menjawab bahwa ada tawaran untuknya, namun ia ingin menenangkan diri terlebih dahulu sebelum mencari klub baru. Kalimat tersebut ditutup dengan pernyataan bahwa ia terlanjur mencintai Bobotoh dan Persib.
Sikap yang ditunjukan Belencoso setelah diperlakukan sedemikian-rupa membuat banyak Bobotoh menaruh simpati padanya. Terbukti dari banyaknya tagar #savebelencoso yang muncul sebagai tanda perlawanan Bobotoh kepada perlakuan manajemen yang tak simpatik. Hal tersebut saya kira akan berbeda jika Belencoso bersikap ofensif dan menyerang balik WHU/Djanur dengan kata-kata atau perangai yang buruk. Tapi nyatanya, Belencoso tidak mengambil opsi tersebut.
Pelajaran Agar Kasus yang Sama Tak Terulang
Pada akhirnya, manajemen Persib per tanggal 13 Agustus 2016 resmi memberhentikan Belencoso dengan alasan tidak memberikan kontribusi sesuai ekspektasi. Sang pemain telah mengucapkan salam perpisahan dan telah pulang ke Spanyol pada Senin (15/8).
Kasus yang menimpa Belencoso semoga dapat menjadi pelajaran bagi manajemen dan pelatih Persib agar lebih memperhatikan segala hal yang akan disampaikan kepada publik serta memperlakukan pemain dengan lebih baik di masa mendatang. Juga peringatan kepada semua orang bahwa perlakuan buruk akan berakibat baik jika disikapi dengan kelapangan hati yang besar.
Akhirul kalam, semoga segala hal yang terbaik tercurah bagi Belencoso di masa depan.
——-
Erditya Prayudha. Bobotoh Persib dan Arsenal berakun Twitter @erdityantono

Pernyataan ofensif dari Wak Haji Umuh dan Djajang Nurdjaman terkait Belencoso menjadi pembicaraan hangat para Bobotoh dalam sebulan terakhir. Bagi anda yang belum mengetahuinya, anda dapat menemukannya melalui kolom pencarian Twitter dengan kata kunci #savebelencoso, hasilnya anda akan menemukan pernyataan-pernyataan dari dwi-tunggal Persib yang sungguh tak sedap dilahap Bobotoh.
Cerita pada tagar #savebelencoso tak hanya tentang dua sosok itu saja, tentu sang pemain berada pada porsi yang sama dalam pembicaraan. Berkebalikan dengan WHU dan Djanur yang dihujat, Belencoso justru meraih simpati publik karena sikap yang ia tunjukan meski diperlakukan tak pantas. Kasus yang menimpa Belencoso setidaknya membukakan mata terhadap dua hal: (1) Pentingnya kesadaran manajemen dan pelatih terhadap pernyataan kepada media dan (2) pelajaran bagi pemain ketika mendapat perlakuan yang buruk.
Media Handling yang buruk dari Manajer dan Pelatih
Media handling secara singkat dapat diartikan sebagai bagaimana seorang manajer atau pelatih menangani pertanyaan yang diajukan para wartawan saat konferensi pers maupun wawancara bebas. Penanganan tersebut diwujudkan dalam bentuk jawaban dan pernyataan terkait kondisi tim dan pemain. Efek pernyataan yang dilontarkan manajer/pelatih di media sangatlah besar. Jika anda penggemar permainan simulasi Football Manager, anda pasti tahu jika media handling yang buruk dari seorang manajer akan berakibat kepada menurunnya psikologis pemain dan buruknya pandangan media/masyarakat terhadap si manajer. Sebagaimana halnya simulasi, dua hal tersebut memang berkesesuaian di dunia nyata.
Dalam hal psikologis, apa yang dikatakan Wak Haji dan Djanur tak hanya menurunkan moral si pemain, tapi juga menghancurkannya. Alangkah lebih baik jika pelatih membela habis-habisan Belencoso di depan media dan menyimbah segala kritik dan saran kepada Belencoso secara langsung tanpa perantaraan media. Dengan begitu pemain akan merasa dilindungi dan diperhatikan oleh pelatih dan beban psikologis sedikit-banyak akan terangkat.
Cara yang sama digunakan oleh Jose Mourinho guna melindungi pemainnya yang sedang off-form dari kecaman media. Bahkan cara yang digunakan Mourinho lebih ekstrim, ia cenderung melontarkan pernyataan kontroversial agar lampu sorot bergeser dari si pemain kepada dirinya. Alih-alih mengecam pemain, orang-orang akan beralih mengecam dirinya. Pemain pun terhindar dari sorotan utama agar beban untuk (kembali) bermain baik tak terlampau besar. Saya tidak menyarankan Djanur untuk melakukan hal yang sama. Setiap pelatih punya gaya dan caranya sendiri dalam menangani pemain yang sedang berada dalam sorotan. Tetapi kita semua tahu jika pada akhirnya Djanur menyerah dengan keadaan Belencoso dan mengatakan kata-kata-itu kepada media alih-alih berusaha membuka keran gol dan membelanya.
Sedangkan dalam hal pandangan masyarakat terhadap manajemen dan pelatih lebih dahsyat lagi. Bobotoh menilai apa yang dilakukan oleh manajemen dan pelatih kepada Belencoso sungguh keterlaluan. Pakailah meme scene Cinta-Rangga yang jahat itu. Polah Rangga dalam wujud WHU/Djanur kepada Cinta dalam jubah Belencoso sungguh banyak kesamaan. Apalagi nasib Belencoso memang sempat digantung sebelum akhirnya resmi diberhentikan. Bedanya, Belencoso tidak mengatakan perlakuan WHU/Djanur itu ‘jahat’ kepada media.
Kebesaran Hati Belencoso
Seseorang yang diperlakukan buruk cenderung ingin membela harga dirinya dengan melakukan hal yang sama. Tetapi seorang Belencoso berbesar hati untuk tidak mengkonversi umpan lambung WHU/Djanur menjadi kata-kata yang sama pedas. Reaksi Belencoso terhadap pernyataan WHU/Djanur cenderung defensif tanpa ancang-ancang untuk membalas.
Malah, ketika ia ditanya mengenai kemungkinan dicoret, sejauh penelusuran saya, tanggapan yang meluncur dari eks striker Cadiz CF ini adalah ingin yang terbaik bagi ‘Persib’, bukan yang terbaik bagi ‘saya’. Dalam situasi mengenai kepentingan masa depannya pun, ia masih berpikir kepentingan komunal dalam bentuk Persib.
Ketika ditanya tentang kemungkinan pindah ke tim ISC lain, ia menjawab bahwa ada tawaran untuknya, namun ia ingin menenangkan diri terlebih dahulu sebelum mencari klub baru. Kalimat tersebut ditutup dengan pernyataan bahwa ia terlanjur mencintai Bobotoh dan Persib.
Sikap yang ditunjukan Belencoso setelah diperlakukan sedemikian-rupa membuat banyak Bobotoh menaruh simpati padanya. Terbukti dari banyaknya tagar #savebelencoso yang muncul sebagai tanda perlawanan Bobotoh kepada perlakuan manajemen yang tak simpatik. Hal tersebut saya kira akan berbeda jika Belencoso bersikap ofensif dan menyerang balik WHU/Djanur dengan kata-kata atau perangai yang buruk. Tapi nyatanya, Belencoso tidak mengambil opsi tersebut.
Pelajaran Agar Kasus yang Sama Tak Terulang
Pada akhirnya, manajemen Persib per tanggal 13 Agustus 2016 resmi memberhentikan Belencoso dengan alasan tidak memberikan kontribusi sesuai ekspektasi. Sang pemain telah mengucapkan salam perpisahan dan telah pulang ke Spanyol pada Senin (15/8).
Kasus yang menimpa Belencoso semoga dapat menjadi pelajaran bagi manajemen dan pelatih Persib agar lebih memperhatikan segala hal yang akan disampaikan kepada publik serta memperlakukan pemain dengan lebih baik di masa mendatang. Juga peringatan kepada semua orang bahwa perlakuan buruk akan berakibat baik jika disikapi dengan kelapangan hati yang besar.
Akhirul kalam, semoga segala hal yang terbaik tercurah bagi Belencoso di masa depan.
——-
Erditya Prayudha. Bobotoh Persib dan Arsenal berakun Twitter @erdityantono

boiot jamur ehhh salah wkwkwkkw
dek striker na ronaldo/messi ari pemain di sekeliling na goreng mah nya jadi kabawakeun goreng atuh euyyyyyy
smoga k depanny persib makin baik dan bsa leluasa mncetak gol