
Skuad Persib Bandung bersiap untuk berangkat ke Sleman, Yogyakarta, Senin 22 Maret 2021. Foto: Dok. Persib Bandung.
Perjalanan dalam Piala Menteri 2021 ini sungguh roller coaster, naik turun performa dari mulai penyisihan grup, 8 besar, 4 besar sampai 2 besar tidak ada konsistensi. Menanjak tidak, menurun tidak, sakitu-kitu weh. Memang sedari awal tidak ada target tinggi, hanya untuk enjoy the game, rotasi pemain dan membentuk kerangka tim. Dalam 3 pertandingan di penyisihan grup, rotasi memang berjalan dengan baik, hampir 23 pemain yang diboyong ke Sleman merasakan menit bermain. Mulai dari 3 penjaga gawang sampai pemain muda Saiful, Jardel dan Bayu Fikri juga ikut merasakan jukut Stadion Maguwoharjo.
Memasuki 8 besar, mulai ada hariwang dan kehilangan enjoy the game, minim rotasi padahal pemain belum mencapai kondisi fisik 100%. Berdasarkan pengamatan BMKG, cuaca di lini tengah geus teu paruguh menjelang masuk ke semifinal, Farshad Noor yang di babak penyisihan bisa menutup kekosongan ruang yang ditinggalkan kini berbalik menjadi pembuka ruang kosong untuk ditembus lawan, membuat nepak tarang dan geleng-geleng sirah Bobotoh layar tancep. Farshad sepertinya di kontrak 1 tahun dengan Syarat dan Ketentuan Berlaku, anggap saja Piala Menteri ini adalah trial dan ternyata doi gagal dan akhirnya di deportasi. Karena menurut Coach, Farshad harusnya sudah banyak learn karena dia pernah di PSV Eindhoven dan menjadi Kapten Timnas Afghanistan. Karena tidak banyak learn, Farshad pulang dengan Elf Enk Ink Enk ke Negaranya. Jadi, untuk saat ini belum ada yang bisa menggantian peran Omid di lini tengah, miss you Mid..
Uniknya di Piala Menteri 2021 ini, semifinal dan final menggunakan sistem 2 leg, yang membuat FIFA dan UEFA ngahuleng tarik. Ini turnamen untuk masyarakat atau untuk sponsor? Tapi kami mecoba untuk peduli, nu penting mah lalajo Persib sesering mungkin, karena geus sono sataun vakum. Ternyata kerinduan akan Persib bertepuk sebelah tangan, walaupun lolos ke babak final tapi ningali Persib maen asa ruiiiingsing, teu paruguh, euweuh pola, euweuh ulin jeung getihna, euweuh kadaek, euweuhan kabeh! Sebetulnya karungsingan sampai di Semifinal itu bisa terbayar dengan menjadi Juara dan tentunya mengalahkan Tim Ibukota yang entah bagaimana bisa bertemu di Final. Padahal sedari penyisihan grup, Bandung dan Jakarta sudah disimpan di bagan grup terjauh untuk tidak saling bertemu demi meminimalisir faktor non teknis di luar lapangan. Namun apa daya, ‘final ideal’ pun akhirnya tersaji.
Sebuah kerungsingan maha dahsyat geus kajadian di 30 detik leg pertama, lalu berlanjut di menit ketujuh dan berlansung sampai sekarang. Dalam 10 menit Persib sudah tertinggal 0-2 dari Tim Ibu Kota. Kunaon bisa kitu Coach? Kamu tidak learn! Kamu harusnya banyak learn! Untuk menatap leg kedua pun kami tak berhak, karena melihat kerungsingan di leg pertama rasanya sulit tidak melihat kerungsingan lagi di leg kedua. Tapi bukan Bobotoh namanya kalau putus asa, we will stay behind you!
Kami semua menatap leg kedua dengan penuh rasa percaya diri, kami percaya bahwa Persib bisa melakukan Miracle of Manahan, karena selama wasit belum meniup peluit panjang apapun bisa terjadi di sepakbola. Learn adalah learn dan bedegong adalah bedegong, tiba-tiba bencana dan mimpi miracle itu harus terkubur ketika Bayu Fikri jol beunang kartu beureum, gelo! Harapan itu hilang seketika, lalu saya sempatkan nge-tweet untuk mengucapkan selamat kepada Tim Ibukota untuk gelar juaranya, ketika pertandingan baru berjalan 22 menit! Peurih, lada, meleg! Tapi itulah yang terjadi, Persib gagal mengejar agregat 0-2 di leg pertama dan kalakah eleh 2-1 di leg kedua dan membuat agregat menjadi 4-1, edan, ee bari dandan!
Hanya dalam tempo waktu 5 hari Persib dua kali kalah oleh tim Ibukota. Inget Coach, Persib boleh kalah oleh siapapun tapi tidak oleh Perjisa, apalagi dalam tempo 5 hari! Performa sudah turun dari masuk Semifinal dan kamu tidak learn, Persib inkonsisten Coach, lagi-lagi kamu tidak banyak learn padahal kamu berasal dari Ajax. Kalau Farshad yang dari PSV saja bisa pergi, begitupun dengan kamu yang dari Ajax. Jangan terlalu banyak learn Coach, kamu harus membuktikan, tidak selalu dengan kemenangan tapi dengan bermain cantik dengan hati.
Penulis adalah seorang Bobotoh di Ibukota yang klub kebanggaannya sudah dihancurkan oleh klub kota tempat ia mencari nafkah. Dapat ditemui di Twitter dan Instagram melalui akun @edwinardibrata
Bonjovi Galuh
28/04/2021 at 22:09
Ari memeh maen mah nyugurna rek memperlihatkan permainan yg ngotot dan membalikan keadaan..tapi bullshit..nu aya asa di lelewe ku si eta sigana leg 2 pohoeun dsangkana ker menang di leg 1 pdah maena malehoy lebay najiiiil di tempat kuring pas si eta ngagolkeun ku osvaldo hay layar lebar di baledogan sendal pdahal sim kuring jauh ti pakidulan tp rasa ngapersib teh asa aya di dada kuring geulueuh aslina neuleu persib maen kamari katurug ku si eta elehna
Ahmad Saripudin
29/04/2021 at 05:28
Dukung wajib, tapi tidak merugikan club. Seolah-olah jika kalah salah semuanya pemain dan official, kitanya menganggap lebih tahu harusnya jadi pelatih dan pemain. Narasi oke, tapi dilapangan beda karena banyak faktor. Brazil saja tidak selalu juara walau masuk final.