(Arena Bobotoh) Kaka Basna, dan Penegasan Sebuah Posisi
Saturday, 02 July 2016 | 14:27
Sejak awal pekan ini, media sepakbola lokal ramai membicarakan seorang legenda yang kembali ke ranah sucinya. Siapa lagi kalau bukan Coach Djadjang Nurdjaman, alias Djanur. Satu-satunya Maestro yang berhasil membawa Persib juara sebagai Pemain, Asisten Pelatih, dan Pelatih Kepala itu, akhirnya kembali menjadi Gaffer kesebelasan kebanggan kita. Seperti biasanya, satu pernyataan terlontar, bakal dibalas oleh setumpuk pertanyaan. Mampukah Djanur membawa Persib kembali juara dengan materi pemain seperti ini? Mampukah Persib memulangkan amunisi lama andalannya seperti Makan Konate dan Dedi Kusnandar? Ah, pertanyaan-pertanyaan klise yang terlalu dini untuk dijawab. Untuk sementara, biarkan Djanur kembali menyatu dengan para asistennya dan menyusun kembali kebersamaan didalam skuad Persib. Tentu, itu tidak akan memakan waktu yang singkat…
Sebenarnya, pada artikel ini saya ingin membahas satu dari banyaknya hal yang harus dibenahi Persib. Ialah ketetapan posisi dan peran yang diberikan kepada pemain. Macam kerja profesional saja, seseorang harus ditempatkan sesuai dengan Minat, Bakat, dan Keahliannya. Umpamanya, seorang Staf IT di kantor pasti bertanggung jawab atas proses Informasi dan Teknologi di kantornya, tetapi diluar tanggung jawab utamanya itu, dia bisa saja menolong karyawan-karyawati lain yang berhubungan dengan keahliannya, tanpa mengganggu atau melupakan tanggung jawab & keahlian utama dari Staf IT tersebut. Apabila dipaksakan, itu hanya bisa membuat sang teknisi kebingungan dan merasa tidak nyaman di tempat tersebut. Kamu semua mengerti dengan perumpamaan saya kan?
Dalam kasus ini, saya ingin membahas satu pemain Persib dari ujung timur Indonesia. Rudolf Yanto Basna namanya, sempat menerima tempaan pelatihan di Uruguay, melejit bersama Timnas U-19 Garuda Jaya, lalu menyabet gelar MVP di suatu turnamen penawar vakumnya kompetisi sepakbola nasional resmi bersama Mitra Kutai Kartanegara (Mitra Kukar). Dengan postur tinggi, tegap, kekar, dan maskulin ala remaja Papua, dia sangat piawai memainkan posisi andalannya sebagai Bek Tengah. Ekspresi mukanya yang garang sangat cocok untuk mengintimidasi pemain lawan yang mendekati area pertahanan tim dia, salah-salah lawannya bisa sawan menghadapi kesigapan dia.
Lalu datanglah ia ke Priangan, bergabung dengan Maung Bandung yang saat itu sedang dibawah rezim Dejan. Pada awalnya, secara pribadi saya berharap lebih pada Coach Dejan untuk memaksimalkan sosok Benteng dari Timur Indonesia tersebut, setelah melihat apa yang Dejan lakukan dengan Pelita Bandung Raya pada musim 2014 yang bermaterikan youngster-youngster berkelas. Namun ternyata eh ternyata, Coach melakukan langkah yang sangat, sangat berani. Ia memainkan Kaka Basna diluar posisi aslinya, menjadi Right Fullback. Ini adalah langkah perjudian, bisa menguntungkan sekaligus merugikan.
Untungnya? ialah mencoba menemukan bakat dan posisi lain yang cocok untuk Kaka Basna, andaikata suatu hari nanti ia dibutuhkan oleh tim untuk berperan beda dari biasanya. Ruginya? Ini bisa memantik persaingan baru didalam tim! Walaupun waktu itu Dias Angga yang secara reguler mengisi pos tersebut sedang dalam masa underperform, seharusnya hal itu bisa memberi pelapis lain yang telah lama menunggu untuk mengisi kekosongan tersebut (pasti kalian tahu siapa yang saya maksud). Diluar dugaan, beliau justru mengisi nama “Yanto Basna” dalam DSP untuk mengisi posisi tersebut. Dan ternyata, eksperimen Coach Dejan itu belum menuai hasil yang memuaskan. Hingga pertandingan terakhir, performa Kaka Basna yang selalu beroperasi di kanan pertahanan tidak memuaskan. Memang, kalau pada akhirnya tidak jodoh, ya mau bagaimana lagi?
Untungnya, Coach Djanur memberi angin segar untuk pemain-pemain yang berperan di posisi yang bukan posisi aslinya. Djanur akan mencoba mengembalikan pemain-pemain tersebut untuk kembali kepada posisi awalnya, termasuk Yanto Basna. Tentu saja ini adalah kesempatan besar untuk membuktikan diri kepada khayalak ramai, kalau saya ini pantas mengenakan logo PERSIB di dada ini, kalau saya mampu untuk mengangkat PERSIB berjaya kembali. Pertanyaannya, mampukah mereka menaklukkan hati Djanur dan Bobotoh dengan menjaga daya juang maksimal mereka selama 90 Menit?
Saya yakin kebanyakan mereka akan berhasil membuktikan ucapan mereka dengan ketegasan dan membawa 3 poin untuk tim idola kita. Kalau tidak, mungkin di putaran kedua nanti, mereka perlu mengepak koper sendiri-sendiri, dan memesan pesawat pulang ataupun menuju klub lain yang lebih membutuhkan. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo Kaka Basna dan para pemain lainnya yang memiliki problematika sama dengan dia, buktikan diri anda sendiri! Tegaskan bahwa posisi itu hanya untuk saya semata!
Akhir kata, saya ucapkan HATUR NUHUN telah meluangkan 5 menit kalian yang begitu berharga untuk membaca esai ini. Mohon maaf apabila ada salah tulis maupun salah-salah yang lainnya dalam esai ini, Wassalam!
Penulis bernama Ridho Jaya M. Pemuda yang selalu berkeliling di 021 dan 0251, biasa ditemukan di Commuter Line. Berakun @ridolski di Twitter untuk menyuarakan pendapat pribadi.

Sejak awal pekan ini, media sepakbola lokal ramai membicarakan seorang legenda yang kembali ke ranah sucinya. Siapa lagi kalau bukan Coach Djadjang Nurdjaman, alias Djanur. Satu-satunya Maestro yang berhasil membawa Persib juara sebagai Pemain, Asisten Pelatih, dan Pelatih Kepala itu, akhirnya kembali menjadi Gaffer kesebelasan kebanggan kita. Seperti biasanya, satu pernyataan terlontar, bakal dibalas oleh setumpuk pertanyaan. Mampukah Djanur membawa Persib kembali juara dengan materi pemain seperti ini? Mampukah Persib memulangkan amunisi lama andalannya seperti Makan Konate dan Dedi Kusnandar? Ah, pertanyaan-pertanyaan klise yang terlalu dini untuk dijawab. Untuk sementara, biarkan Djanur kembali menyatu dengan para asistennya dan menyusun kembali kebersamaan didalam skuad Persib. Tentu, itu tidak akan memakan waktu yang singkat…
Sebenarnya, pada artikel ini saya ingin membahas satu dari banyaknya hal yang harus dibenahi Persib. Ialah ketetapan posisi dan peran yang diberikan kepada pemain. Macam kerja profesional saja, seseorang harus ditempatkan sesuai dengan Minat, Bakat, dan Keahliannya. Umpamanya, seorang Staf IT di kantor pasti bertanggung jawab atas proses Informasi dan Teknologi di kantornya, tetapi diluar tanggung jawab utamanya itu, dia bisa saja menolong karyawan-karyawati lain yang berhubungan dengan keahliannya, tanpa mengganggu atau melupakan tanggung jawab & keahlian utama dari Staf IT tersebut. Apabila dipaksakan, itu hanya bisa membuat sang teknisi kebingungan dan merasa tidak nyaman di tempat tersebut. Kamu semua mengerti dengan perumpamaan saya kan?
Dalam kasus ini, saya ingin membahas satu pemain Persib dari ujung timur Indonesia. Rudolf Yanto Basna namanya, sempat menerima tempaan pelatihan di Uruguay, melejit bersama Timnas U-19 Garuda Jaya, lalu menyabet gelar MVP di suatu turnamen penawar vakumnya kompetisi sepakbola nasional resmi bersama Mitra Kutai Kartanegara (Mitra Kukar). Dengan postur tinggi, tegap, kekar, dan maskulin ala remaja Papua, dia sangat piawai memainkan posisi andalannya sebagai Bek Tengah. Ekspresi mukanya yang garang sangat cocok untuk mengintimidasi pemain lawan yang mendekati area pertahanan tim dia, salah-salah lawannya bisa sawan menghadapi kesigapan dia.
Lalu datanglah ia ke Priangan, bergabung dengan Maung Bandung yang saat itu sedang dibawah rezim Dejan. Pada awalnya, secara pribadi saya berharap lebih pada Coach Dejan untuk memaksimalkan sosok Benteng dari Timur Indonesia tersebut, setelah melihat apa yang Dejan lakukan dengan Pelita Bandung Raya pada musim 2014 yang bermaterikan youngster-youngster berkelas. Namun ternyata eh ternyata, Coach melakukan langkah yang sangat, sangat berani. Ia memainkan Kaka Basna diluar posisi aslinya, menjadi Right Fullback. Ini adalah langkah perjudian, bisa menguntungkan sekaligus merugikan.
Untungnya? ialah mencoba menemukan bakat dan posisi lain yang cocok untuk Kaka Basna, andaikata suatu hari nanti ia dibutuhkan oleh tim untuk berperan beda dari biasanya. Ruginya? Ini bisa memantik persaingan baru didalam tim! Walaupun waktu itu Dias Angga yang secara reguler mengisi pos tersebut sedang dalam masa underperform, seharusnya hal itu bisa memberi pelapis lain yang telah lama menunggu untuk mengisi kekosongan tersebut (pasti kalian tahu siapa yang saya maksud). Diluar dugaan, beliau justru mengisi nama “Yanto Basna” dalam DSP untuk mengisi posisi tersebut. Dan ternyata, eksperimen Coach Dejan itu belum menuai hasil yang memuaskan. Hingga pertandingan terakhir, performa Kaka Basna yang selalu beroperasi di kanan pertahanan tidak memuaskan. Memang, kalau pada akhirnya tidak jodoh, ya mau bagaimana lagi?
Untungnya, Coach Djanur memberi angin segar untuk pemain-pemain yang berperan di posisi yang bukan posisi aslinya. Djanur akan mencoba mengembalikan pemain-pemain tersebut untuk kembali kepada posisi awalnya, termasuk Yanto Basna. Tentu saja ini adalah kesempatan besar untuk membuktikan diri kepada khayalak ramai, kalau saya ini pantas mengenakan logo PERSIB di dada ini, kalau saya mampu untuk mengangkat PERSIB berjaya kembali. Pertanyaannya, mampukah mereka menaklukkan hati Djanur dan Bobotoh dengan menjaga daya juang maksimal mereka selama 90 Menit?
Saya yakin kebanyakan mereka akan berhasil membuktikan ucapan mereka dengan ketegasan dan membawa 3 poin untuk tim idola kita. Kalau tidak, mungkin di putaran kedua nanti, mereka perlu mengepak koper sendiri-sendiri, dan memesan pesawat pulang ataupun menuju klub lain yang lebih membutuhkan. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo Kaka Basna dan para pemain lainnya yang memiliki problematika sama dengan dia, buktikan diri anda sendiri! Tegaskan bahwa posisi itu hanya untuk saya semata!
Akhir kata, saya ucapkan HATUR NUHUN telah meluangkan 5 menit kalian yang begitu berharga untuk membaca esai ini. Mohon maaf apabila ada salah tulis maupun salah-salah yang lainnya dalam esai ini, Wassalam!
Penulis bernama Ridho Jaya M. Pemuda yang selalu berkeliling di 021 dan 0251, biasa ditemukan di Commuter Line. Berakun @ridolski di Twitter untuk menyuarakan pendapat pribadi.

ane mah butuh waktu setengah jam untk baca artikel ini, bukan 5 menit.
knapa?
krna ane baca nya diulang ulang, jadinya lama, hehe
Kalo ane mah wa, belum baca dan ga akan sanggup baca, soalnyah suka terenyuh hate inih klo baca artikel disinih, suka nyurucud air panon ga berhenti2 nyah…duh.
Kuduna kaka basna dicobian jadi gelandang bertahan, jadi pas mas gondrong absen krn akumulasi kartu atau cidera janten aya gentosna nu sami garangna
Satuju basna di balikeun deui ka center back..n masukan hiji dei cobaan david laly jadi back kanan,postur jeung skillna ngadukung,daripada jadi cadangan mun jd pamaen sayap,saengges supardi hijrah can aya nu bisa ngagantikeun
Ah mama mah yg penting persib salawasna
ari ku kang djanur mah percanten persib pst bakalan jd juara ITSC