(Arena Bobotoh) Isi Hati Seorang Maung
Tuesday, 28 February 2017 | 18:18
Karena pada hakekatnya, pergi itu untuk mebawa cerita, bukan membawa duka. – Penulis
Priiiiitttt…..
Semua orang bersorak kegirangan saat peluit panjang dibunyikan oleh wasit yang memimpin pertandingan antara persib dan mitra kukar di kota Solo dengan keunggulan persib 3-2, yang secara otomatis meloloskan persib ke babak perempat final piala presiden 2017. Namun tidak bagi seorang Tati, seorang ibu muda yang baru melahirkan 4 bulan yang lalu. Belum ada ekspresi bahagia saat melihat Persib berhasil mempercundangi Mitra Kukar, karena dia masih berharap harap cemas menunggu kabar dari suaminya.
Suami Tati, si Aceng bersikukuh pergi mendukung Persib langsung ke Solo di tengah himpitan ekonomi keluarga kecil mereka di Cilacap. Meski jauh-jauh hari Tati sudah marah, kesal, sagala dialungkeun, dan tidak memberikan nafkah Malam Jumat, namun si Aceng tetap keukeuh pergi sendiri . Katanya udah lama ga nonton Persib langsung ke stadion, setelah 4 tahun yang lalu pindah dari Rancakekek ke Cilacap. Aceng kangen Persib.
Dengan berat hati, Tati pun melepas Aceng pergi.
Bukan tanpa sebab Tati begitu enggan melepas Aceng pergi mengawal Persib. Bukan karena Aceng hanya meninggalkan uang 100 ribu untuk Tati, bukan karena Tati takut Aceng minum arak di stadion nanti. Bukan, bukan itu yang dikhawatirkannya. Dia hanya takut Aceng terkasihnya pergi dan tak kembali pulang.
Ya, meskipun awaynya menuju arah timur, Tati tau, pasti akan ada bahaya, hadangan, dan rintangan ketika ngabobotohan terutama di perjalanan. Raut wajahnya memperlihatkan kecemasan, matanya tak berhenti melihat ke arah jarum jam. Kopi ABG mocca yang diseduh Tati sebagai obat ampuh menahan kantuk pun mulai dingin dan hanya menyisakan ampasnya saja. Aa Aceng kemana? Sudah jam 12 malam belum ada kabar.
Dan, apa yang ditakutkan Tati pun benar, tangannya yang memegang ponsel mulai bergetar saat Tati membaca salah satu twitt dari sebuah akun bobotoh Persib yang mengatakan: “Usahakan yang lewat Klaten konvoi aja, udah banyak yang nyegat di sepanjang jalan Klaten pas stopan, kaca kami sudah pecah”
Seperti kesetanan, Tati terus mencoba menelpon no IM3 Aceng, berharap mendapatkan sebuah jawaban dan rasa tenang. Tapi, hasilnya nihil. Sudah lelah jempol Tati memencet layar ponsel, dan hanya uraian air mata yang tak terasa mulai bercucuran membasahi pipinya. A Aaceng sia dimana atuh…???
Tati terbangun mendengar sebuah ketukan di pintu, pukul 4 subuh. Ternyata Tati tertidur karena lelah menangis menunggu kabar si Aceng. Bergegas, Tati bangun dan melompat dari kasur sampai sampai hampir nincek budakna sorangan. Tati berharap, itu A Aceng.
Dan, iyaa…., itu Aa Aceng terkasih, tersayang, tercinta sa alam jagat raya. A Aceng yang selalu memberikan ciuman manis saat Tati akan bobo, A Aceng yang selalu tual toel kana bujur kalau Tati lagi ngepel. A Aceng is coming home, dia datang, dia pulang.
Ditelisiknya seluruh tubuh Aceng dari ujung sepatu hingga ujung rambut. Diputarnya tubuh Aceng agar memastikan dia sehat jasmani dan rohani. Alhamdulillah, A Aaceng gak kenapa napa. Tapi ada yang aneh, kenapa A Aaceng ga pake baju .., kenapa ?
Sambil tersenyum getir dan mata memandang sayu, Aceng berkata: “Di sepanjang jalan pulang terdengar desas desus ada sewiping pendukung Persib. Entah siapa mereka. Aa ga mau ambil resiko. Baju original Persib Aa anu merek lohgue dibuka, ditalikeun kana tangkal cau karena Aa sadar ga punya asuransi jiwa. Aa sieun kenapa-napa di jalan, terus aa ngompreng kana truk pasir biar disangka kuli. Sampai akhirnya bisa sampai rumah dengan selamat, meskipun truknya sempat di cegat beberapa kali dalam perjalanan.”
Aceng mulai menitikan air mata, dan jatuh dalam pelukan tati. Dalam keheningan subuh, Tati berkata sambil mendekap aceng semakin erat: “Apa yang aa lakukan bagiku adalah layaknya kesatria Aku yakin Aa bukan lari menghindari ancaman, tetapi Aa melindungi kebahagiaan. Aku yakin juga Aa bukan takut kepada musuh, tapi Aa menghargai kehidupan. Karena tanpa Aa, aku dan si Neng mungkin tak akan pernah tahu apa artinya kebahagiaan. Karena percayalah, atribut sejati Persib sudah tertanam dalam hati aa dan bercampur dalam darah Sunda Aa. Itu tak akan pernah bisa di tanggalkan apalagi di tinggalkan”
Pada akhirnya, Tati pun bisa tersenyum seraya bersorak dalam hati: “Yes, Persib meunang, A Aceng pulang dengan selamat!”
Ditulis oleh Bobotoh dengan akun twitter @ilmanynj

Karena pada hakekatnya, pergi itu untuk mebawa cerita, bukan membawa duka. – Penulis
Priiiiitttt…..
Semua orang bersorak kegirangan saat peluit panjang dibunyikan oleh wasit yang memimpin pertandingan antara persib dan mitra kukar di kota Solo dengan keunggulan persib 3-2, yang secara otomatis meloloskan persib ke babak perempat final piala presiden 2017. Namun tidak bagi seorang Tati, seorang ibu muda yang baru melahirkan 4 bulan yang lalu. Belum ada ekspresi bahagia saat melihat Persib berhasil mempercundangi Mitra Kukar, karena dia masih berharap harap cemas menunggu kabar dari suaminya.
Suami Tati, si Aceng bersikukuh pergi mendukung Persib langsung ke Solo di tengah himpitan ekonomi keluarga kecil mereka di Cilacap. Meski jauh-jauh hari Tati sudah marah, kesal, sagala dialungkeun, dan tidak memberikan nafkah Malam Jumat, namun si Aceng tetap keukeuh pergi sendiri . Katanya udah lama ga nonton Persib langsung ke stadion, setelah 4 tahun yang lalu pindah dari Rancakekek ke Cilacap. Aceng kangen Persib.
Dengan berat hati, Tati pun melepas Aceng pergi.
Bukan tanpa sebab Tati begitu enggan melepas Aceng pergi mengawal Persib. Bukan karena Aceng hanya meninggalkan uang 100 ribu untuk Tati, bukan karena Tati takut Aceng minum arak di stadion nanti. Bukan, bukan itu yang dikhawatirkannya. Dia hanya takut Aceng terkasihnya pergi dan tak kembali pulang.
Ya, meskipun awaynya menuju arah timur, Tati tau, pasti akan ada bahaya, hadangan, dan rintangan ketika ngabobotohan terutama di perjalanan. Raut wajahnya memperlihatkan kecemasan, matanya tak berhenti melihat ke arah jarum jam. Kopi ABG mocca yang diseduh Tati sebagai obat ampuh menahan kantuk pun mulai dingin dan hanya menyisakan ampasnya saja. Aa Aceng kemana? Sudah jam 12 malam belum ada kabar.
Dan, apa yang ditakutkan Tati pun benar, tangannya yang memegang ponsel mulai bergetar saat Tati membaca salah satu twitt dari sebuah akun bobotoh Persib yang mengatakan: “Usahakan yang lewat Klaten konvoi aja, udah banyak yang nyegat di sepanjang jalan Klaten pas stopan, kaca kami sudah pecah”
Seperti kesetanan, Tati terus mencoba menelpon no IM3 Aceng, berharap mendapatkan sebuah jawaban dan rasa tenang. Tapi, hasilnya nihil. Sudah lelah jempol Tati memencet layar ponsel, dan hanya uraian air mata yang tak terasa mulai bercucuran membasahi pipinya. A Aaceng sia dimana atuh…???
Tati terbangun mendengar sebuah ketukan di pintu, pukul 4 subuh. Ternyata Tati tertidur karena lelah menangis menunggu kabar si Aceng. Bergegas, Tati bangun dan melompat dari kasur sampai sampai hampir nincek budakna sorangan. Tati berharap, itu A Aceng.
Dan, iyaa…., itu Aa Aceng terkasih, tersayang, tercinta sa alam jagat raya. A Aceng yang selalu memberikan ciuman manis saat Tati akan bobo, A Aceng yang selalu tual toel kana bujur kalau Tati lagi ngepel. A Aceng is coming home, dia datang, dia pulang.
Ditelisiknya seluruh tubuh Aceng dari ujung sepatu hingga ujung rambut. Diputarnya tubuh Aceng agar memastikan dia sehat jasmani dan rohani. Alhamdulillah, A Aaceng gak kenapa napa. Tapi ada yang aneh, kenapa A Aaceng ga pake baju .., kenapa ?
Sambil tersenyum getir dan mata memandang sayu, Aceng berkata: “Di sepanjang jalan pulang terdengar desas desus ada sewiping pendukung Persib. Entah siapa mereka. Aa ga mau ambil resiko. Baju original Persib Aa anu merek lohgue dibuka, ditalikeun kana tangkal cau karena Aa sadar ga punya asuransi jiwa. Aa sieun kenapa-napa di jalan, terus aa ngompreng kana truk pasir biar disangka kuli. Sampai akhirnya bisa sampai rumah dengan selamat, meskipun truknya sempat di cegat beberapa kali dalam perjalanan.”
Aceng mulai menitikan air mata, dan jatuh dalam pelukan tati. Dalam keheningan subuh, Tati berkata sambil mendekap aceng semakin erat: “Apa yang aa lakukan bagiku adalah layaknya kesatria Aku yakin Aa bukan lari menghindari ancaman, tetapi Aa melindungi kebahagiaan. Aku yakin juga Aa bukan takut kepada musuh, tapi Aa menghargai kehidupan. Karena tanpa Aa, aku dan si Neng mungkin tak akan pernah tahu apa artinya kebahagiaan. Karena percayalah, atribut sejati Persib sudah tertanam dalam hati aa dan bercampur dalam darah Sunda Aa. Itu tak akan pernah bisa di tanggalkan apalagi di tinggalkan”
Pada akhirnya, Tati pun bisa tersenyum seraya bersorak dalam hati: “Yes, Persib meunang, A Aceng pulang dengan selamat!”
Ditulis oleh Bobotoh dengan akun twitter @ilmanynj

Persib nu aing!!!jiwa raga aing hanya jang PERSIB!!!
Nyurucud ci panon euy macana sakitu cintana eta neng Tati ka si aceng
Hade pisan ieu artikeul, teruskeun wa.. mewek aing macana..
eusi hatena asanateh… Hui..!
Mantap… PERSIB teh Jati Diri Urang Sunda “Karena percayalah, atribut sejati Persib sudah tertanam dalam hati aa dan bercampur dalam darah Sunda Aa. Itu tak akan pernah bisa di tanggalkan apalagi di tinggalkan”
Sangat berkelas untuk bobotoh sejati….
Ayang ceurik…macana oge…
Hebat c skng nulisna…
Meni kana mamarasna ieu mah..
#wancinaPERSIBjuaradeui