(Arena Bobotoh) In Djanur, We Will Trust..!!
Thursday, 30 June 2016 | 10:14
Saat pertama kali didaulat menjadi pelatih kepala Persib Bandung pada gelaran Indonesia Super League musim 2012 silam, tidak sedikit orang yang meragukan kemampuan seorang Djajang Nurjaman ketika itu, karena sudah menjadi rahasia umum, untuk menangani tim sebesar Persib, seorang pelatih tidak hanya dituntut mempunyai strategi yang matang, tapi juga harus mempunyai mental baja dalam menerima segala kritikan pedas dari Bobotoh serta tanggung jawab maha berat yang dibebankan manajemen kepadanya, yaitu juara..!!
Djanur (sapaan akrab Djajang Nurjaman) memang bukanlah nama asing bagi publik sepakbola Bandung, dia pernah mempersembahkan tiga mahkota juara perserikatan untuk skuad Maung Bandung saat masih aktif bermain, dan kembali membawa mahkota itu pulang ke kota kembang saat dia menjadi asisten pelatih pada musim 1994-1995. Namun, lantaskah kecemerlangan Djanur sebagai pemain dan asisten pelatih bisa jadi jaminan ia bakal sukses bersama Persib sebagai pelatih kepala?
Dan akhirnya, hanya dalam tempo tiga tahun saja, Djanur berhasil menjawab semua keraguan orang terhadapnya dengan mahkota juara, dan istimewanya, bukan cuma satu trofi, tapi empat trofi berhasil didaratkan Djanur ke bumi parahyangan hanya dalam tempo tiga tahun karier kepelatihannya.
Dahaga Bobotoh dan masyarakat Bandung akan gelar juara berhasil dituntaskan Djanur, Persib menjelma menjadi skuad yang disegani lawan, stadion sijalak harupat kembali menjadi rumah yang angker bagi setiap tim lawan yang bertamu kesana dan permainan cantik Persib kembali terlihat di bawah racikan strategi tangan dingin Djanur.
Maka tidak heran, jika nama Djanur kerap dielu-elukan Bobotoh bak pahlawan yang kadung melegenda dengan segala kecemerlangan kariernya bersama Persib. Karena bagaimanapun, setidaknya sampai detik ini, Djanur adalah sosok sempurna yang dimiliki Persib, ia sukses sebagai pemain, asisten pelatih dan sebagai pelatih kepala. Sebelumnya tak pernah ada catatan sejarah yang menulis, bahwa ada nama lain selain Djanur yang mampu menyamai pencapaiannya di skuad Maung Bandung.
Pada awal Januari lalu, Djanur sempat hengkang ke negeri pizza untuk menimba ilmu kepelatihannya bersama squad il Nerazzuri di Italia sana, kepergian Djanur saat itu memang semata-mata untuk masa depan Persib. Namun tetap saja, kepergian tetaplah sesuatu yang menyakitkan bagi dia yang ditinggalkan, apalagi untuk pasangan yang sedang menikmati romantisme kesuksesan yang diraih secara bersama. Sepeninggal Djanur, Persib bak maung yang kehilangan induknya, walaupun pada masa-masa itu Persib sempat merekrut Dejan Antonic, pelatih import asal Serbia yang sempat melambungkan nama Pelita Bandung Raya, namun nyatanya si induk baru tersebut gagal beradaptasi dengan anak asuhnya, dan tak mampu mengembalikan taring Maung ke bentuk aslinya.
Dengan gagal totalnya Dejan dalam meramu strategi yang ciamik untuk Maung Bandung, kehadiran Djanur pun kembali dirindukan Bobotoh dan seluruh pecinta Persib untuk mengembalikan taring Maung yang sempat hilang. Tagar #PleaseComeBackDjanur pun memenuhi tiap lini media sosial dan tiap sudut stadion ketika Persib bertanding. Bobotoh rindu tiki taka ala Djanur yang perlahan namun pasti dapat melesak menjadi gol ke gawang lawan, Bobotoh rindu sosok kharismatik Djanur di bench saat Persib bermain, Bobotoh rindu kemenangan, Bobotoh rindu Djanur.
Dan kini, setelah penantian selama 116 hari, akhirnya si induk maung telah kembali pulang ke kandang aslinya, kandang di mana ia dulu pernah menitikan keringat dan airmata bahagia bersama anak asuhnya yang sebagian telah hengkang, kandang di mana ia pernah mengukir sejarah manisnya dengan tinta emas, kandang di mana ia dulu pernah merasakan pahitnya kritikan Bobotoh saat Persib tumbang di tangan lawan, kandang di mana ia selalu dirindukan dan dielu-elukan puluhan ribu Bobotoh saat bermain di kandang Maung.
Welcome back Djanur, Saya dan jutaan Bobotoh lainnya merindukan kemenangan..!!
Ditulis oleh @idhay69

Saat pertama kali didaulat menjadi pelatih kepala Persib Bandung pada gelaran Indonesia Super League musim 2012 silam, tidak sedikit orang yang meragukan kemampuan seorang Djajang Nurjaman ketika itu, karena sudah menjadi rahasia umum, untuk menangani tim sebesar Persib, seorang pelatih tidak hanya dituntut mempunyai strategi yang matang, tapi juga harus mempunyai mental baja dalam menerima segala kritikan pedas dari Bobotoh serta tanggung jawab maha berat yang dibebankan manajemen kepadanya, yaitu juara..!!
Djanur (sapaan akrab Djajang Nurjaman) memang bukanlah nama asing bagi publik sepakbola Bandung, dia pernah mempersembahkan tiga mahkota juara perserikatan untuk skuad Maung Bandung saat masih aktif bermain, dan kembali membawa mahkota itu pulang ke kota kembang saat dia menjadi asisten pelatih pada musim 1994-1995. Namun, lantaskah kecemerlangan Djanur sebagai pemain dan asisten pelatih bisa jadi jaminan ia bakal sukses bersama Persib sebagai pelatih kepala?
Dan akhirnya, hanya dalam tempo tiga tahun saja, Djanur berhasil menjawab semua keraguan orang terhadapnya dengan mahkota juara, dan istimewanya, bukan cuma satu trofi, tapi empat trofi berhasil didaratkan Djanur ke bumi parahyangan hanya dalam tempo tiga tahun karier kepelatihannya.
Dahaga Bobotoh dan masyarakat Bandung akan gelar juara berhasil dituntaskan Djanur, Persib menjelma menjadi skuad yang disegani lawan, stadion sijalak harupat kembali menjadi rumah yang angker bagi setiap tim lawan yang bertamu kesana dan permainan cantik Persib kembali terlihat di bawah racikan strategi tangan dingin Djanur.
Maka tidak heran, jika nama Djanur kerap dielu-elukan Bobotoh bak pahlawan yang kadung melegenda dengan segala kecemerlangan kariernya bersama Persib. Karena bagaimanapun, setidaknya sampai detik ini, Djanur adalah sosok sempurna yang dimiliki Persib, ia sukses sebagai pemain, asisten pelatih dan sebagai pelatih kepala. Sebelumnya tak pernah ada catatan sejarah yang menulis, bahwa ada nama lain selain Djanur yang mampu menyamai pencapaiannya di skuad Maung Bandung.
Pada awal Januari lalu, Djanur sempat hengkang ke negeri pizza untuk menimba ilmu kepelatihannya bersama squad il Nerazzuri di Italia sana, kepergian Djanur saat itu memang semata-mata untuk masa depan Persib. Namun tetap saja, kepergian tetaplah sesuatu yang menyakitkan bagi dia yang ditinggalkan, apalagi untuk pasangan yang sedang menikmati romantisme kesuksesan yang diraih secara bersama. Sepeninggal Djanur, Persib bak maung yang kehilangan induknya, walaupun pada masa-masa itu Persib sempat merekrut Dejan Antonic, pelatih import asal Serbia yang sempat melambungkan nama Pelita Bandung Raya, namun nyatanya si induk baru tersebut gagal beradaptasi dengan anak asuhnya, dan tak mampu mengembalikan taring Maung ke bentuk aslinya.
Dengan gagal totalnya Dejan dalam meramu strategi yang ciamik untuk Maung Bandung, kehadiran Djanur pun kembali dirindukan Bobotoh dan seluruh pecinta Persib untuk mengembalikan taring Maung yang sempat hilang. Tagar #PleaseComeBackDjanur pun memenuhi tiap lini media sosial dan tiap sudut stadion ketika Persib bertanding. Bobotoh rindu tiki taka ala Djanur yang perlahan namun pasti dapat melesak menjadi gol ke gawang lawan, Bobotoh rindu sosok kharismatik Djanur di bench saat Persib bermain, Bobotoh rindu kemenangan, Bobotoh rindu Djanur.
Dan kini, setelah penantian selama 116 hari, akhirnya si induk maung telah kembali pulang ke kandang aslinya, kandang di mana ia dulu pernah menitikan keringat dan airmata bahagia bersama anak asuhnya yang sebagian telah hengkang, kandang di mana ia pernah mengukir sejarah manisnya dengan tinta emas, kandang di mana ia dulu pernah merasakan pahitnya kritikan Bobotoh saat Persib tumbang di tangan lawan, kandang di mana ia selalu dirindukan dan dielu-elukan puluhan ribu Bobotoh saat bermain di kandang Maung.
Welcome back Djanur, Saya dan jutaan Bobotoh lainnya merindukan kemenangan..!!
Ditulis oleh @idhay69

sumpah!!! ieu artikel meni nyecep pisan kana hate. haduhh tepi ka cirambai kieu.
ane harap kang djanur bener2 bisa mengembalikan kejayaan persib.
heu.euh sarua
Ngarey kana hate mang :’)
Geuning maca ieu artikel teh membuat air mata cirambai ciga air tenjun… leuwih nyeredet dari pada maca bm kabogoh anu ngajal putus ????????????????????
Euuhhhh… typo atuh anu ngetik teh :v
euh atuh tong nepi ka patah hati kitu atuh kan masih aya abdi #talijodoh
Duh nyurucud cipanon maca artikel ieu, katambah isukan rek aya nu nagih hutang, beuki peurih hate teh.
Ceurik ngagoak budak orok nu kara borojol dibacakeun artikel ieu..raheut pisan kana hate duh alaaah ieuuuung..matak nyocogan kanu manah, jangar kanu sirah, lapar kanu beuteung, petot kanu ceuli..
Nah, markotop kang Umu balikaken maning kang janur ning PERSIB, PERSIB Juara!!BOSTER Dermayu
slalu Dukung PERSIB
saya bangga sebagai warga bandung memiliki team persib, tetapi sedikit kecewa dengan penampilan laga semen padang vs persib kalah telak 4-0, yang dipertanyakan kenapa pemain persib setelah mengalahkan persipura bukan menjadi motifasi juga bisa mengalahkan semen padang? dan kenapa pemain persib penampilan bermain tidak konsisten bermain bagus? apa faktor kelelahan lamanya perjalanan dari jayapura ke padang…Memang dalam permainan ada kalah dan ada menang tapi janganlah kalah telak, Insya Alloh kang janur sebagai pelatih dengan kekalahan ini sebagai pembelajaran dan tetap optimis persib tetap team disegani…amin….Walau bagaimanapun saya tetap bangga dan tetap mendukung PERSIB BANDUNG SELALU…..