(Arena Bobotoh) Gomez, Tolong Latih Kami Juga!!
Tuesday, 25 September 2018 | 12:49
Sore itu, matahari sore bersinar dengan khas nya tapi hati ini masih gusar karena jam 4 sore posisi masih di tempat kerja, fikiran sudah tertuju ke layar kaca karena tak ingin sedetikpun melewatkan moment maung menerkam Persija, tapi apa mau dikata wasit sudah tiup peluitnya tanda pertandingan sudah dibuka. Dengan gurung gusuh langsung tancap si kuda besi dan untungnya saat itu bandung seperti kota mati jadi semakin cepat untuk segera jadi Bonjopi.
Hati senang bukan kepalang ketika datang si tampan Ezechiel bobol gawang alumnus diklat Persib, Adhritany si De Gea nya Indonesia tak mampu menahan tendangan gledek dari Ezechiel. Pertandingan berjalan seru dengan sedikit bumbu konfrontasi yang tak terhindarkan khas pertandingan Persib vs Persija, Singkat cerita saat masuk injury time skor masih 2-2 dan kepala sudah tertunduk sepertinya kita gagal revans kekalahan di putaran pertama. Dan saat itulah Coach Gomez menunjukan effect nya, pemain tanpa lelah terus berusaha cetak gol mental juara dan aura juara mereka tunjukan yang pada akhirnya Malisic jadi penentu lewat sundulannya. Riuh dengan teriakan dan badan tak kuasa menahan untuk berjingkrak ria menyambut kemenangan dramatis ini, Yaa.. Persib ku menang 3-2 dan kami masih di puncak menuju juara.
Awalnya saya ingin menulis dan mengupas tentang kehebatan Gomez memupuk mental baja di skuad Persib, meskipun secara taktik terkadang pragmatis tapi mental menang dan mental juara yang dipupuk Gomez telah membuahkan hasil. Dia sulap pemain macam Ghozali dan Ardi jadi asset penting untuk Persib, Gomez juga yang membuat pemain asing Grade 2 macam Oh Inkyun berubah jadi jelmaan Park Jisung di Persib, dan saya sangat yakin ini bukan sekedar taktik tapi Gomez melakukan pembenahan Mental yang massif di tubuh Persib. Tapi tulisan yang sudah saya sketsakan hancur seketika, ketika salah satu stasiun TV memberitakan supporter Persija Tewas di tangan para bobotoh , senyum sumringah itu berubah jadi haru ngahuleng tarik tak menyangka ini terjadi lagi.
Beberapa hari sebelumnya saya sempat menyimak twitter salah satu legenda Persija Bambang Pamungkas yang menghimbau agar The Jak tak bertandang ke Bandung, salah satu quote nya yang membuat saya merinding ketika beliau bilang tidak ada satu kemenangan pun yang lebih berharga dari nyawa tapi pemuda bernama Haringga Silira tunjukan nyalinya, entah dia membaca himbauan dari Bepe atau tidak, yang jelas dia ke Bandung sebagai fans Persija sialnya dia ke Bandung untuk mengantar nyawa. Salahkah dia? Tidak, itu bentuk fanatisme nya itu adalah cintanya kepada Persija, ngilu,marah, kecewa mendengar kabar ini seolah kabar ini memutar balikan euphoria kemenangan menjadi peluh kebingungan karena tentunya akan ada dampak kedepannya. Sang pembantai keji yang mengaku bobotoh menghajar Haringga membabi buta, terlihat terjangan, pukulan, bahkan balok kayu beterbangan menghantam badan dan wajah Haringga sampai meregang nyawa. Entah apa yang mereka fikirkan,seharam itukah tanah Pasundan untuk para Jakmania sampai harus diperlakukan layaknya binatang, tidak berfikirkah mereka bahwa Persib juga akan kena imbasnya, bukan rahasia lagi jika kadang federasi kita selalu memberi hukuman kepada kita dan kejadian ini akan menjadi celah untuk mereka hukum kita seberat-beratnya.
Bayangkan jika hukumannya kita tidak boleh ke stadion di sisa laga? Bersama siapa Persib berjuang jika bukan bersama kita? Bayangkan juga jika misalnya kemenangan kita dibatalkan dan point kita dikurangi? Kita sudah di jalur juara dan sedang berjalan menuju juara, tegakah kalian bahwa kalian sendiri yang menghambat perjalanan ini? Dan yang paling pahit jika sampai liga dihentikan, akan banyak pemain yang jadi pengangguran, kalian mau membiayai keluarganya? Bahkan nampaknya kalian akan dipenjara, mana bisa kalian menghidupi keluarga semua pemain di liga. Dan kalaupun semua baik-baik saja dan kita jadi juara, linimasa akan menggema, “Sudikah kalian berpesta diatas nyawa Haringga?” Semua sudah terjadi dan ini jadi elegi nama bobotoh lah yang kembali tercemari.
Berlebihan memang jika saya meminta Gomez melatih kami juga, tapi buatlah mental kami baja bukan mental penghilang nyawa tapi mental militan mendukung Persib dengan hati, buatlah mental kami sebagai supporter teladan yang jadi contoh bukan supporter pecundang yang pantas dicemooh. Mental kami bobrok,fanatisme kami tak seiring dengan cita sepakbola sebagai pemersatu. Tidak inginkah seperti di Inggris kita menonton di stadion tanpa sekat dan sangat dekat dengan pemain? Tidak terhalang pagar tinggi dan dijarak oleh lintasan Atletik, tidak bisakah adu chant dan adu koreo berdampingan di dalam stadion? Kenapa harus nyawa yang jadi taruhan? Kita harus berklibat pada pembenahan mental supporter di Inggris setelah Hillsborough dan Heysel sepertinya tidak ada lagi tragedi mengenaskan yang terjadi, sedangkan di kita sepertinya baru kemarin kita tabur bunga di makam almarhum Ricko, tapi sekarang sudah terjadi lagi. Gomez tolong kami jadikan mental kami seperti pemain di lapangan, jadikan kami pemain ke 12 mu dan tularkan mental posotif mu kepada kami. Dan jika bisa “Latih kami juga, Gomez”
Ditulis oleh Apep Permana biasa berkicau di @peppermanaa

Sore itu, matahari sore bersinar dengan khas nya tapi hati ini masih gusar karena jam 4 sore posisi masih di tempat kerja, fikiran sudah tertuju ke layar kaca karena tak ingin sedetikpun melewatkan moment maung menerkam Persija, tapi apa mau dikata wasit sudah tiup peluitnya tanda pertandingan sudah dibuka. Dengan gurung gusuh langsung tancap si kuda besi dan untungnya saat itu bandung seperti kota mati jadi semakin cepat untuk segera jadi Bonjopi.
Hati senang bukan kepalang ketika datang si tampan Ezechiel bobol gawang alumnus diklat Persib, Adhritany si De Gea nya Indonesia tak mampu menahan tendangan gledek dari Ezechiel. Pertandingan berjalan seru dengan sedikit bumbu konfrontasi yang tak terhindarkan khas pertandingan Persib vs Persija, Singkat cerita saat masuk injury time skor masih 2-2 dan kepala sudah tertunduk sepertinya kita gagal revans kekalahan di putaran pertama. Dan saat itulah Coach Gomez menunjukan effect nya, pemain tanpa lelah terus berusaha cetak gol mental juara dan aura juara mereka tunjukan yang pada akhirnya Malisic jadi penentu lewat sundulannya. Riuh dengan teriakan dan badan tak kuasa menahan untuk berjingkrak ria menyambut kemenangan dramatis ini, Yaa.. Persib ku menang 3-2 dan kami masih di puncak menuju juara.
Awalnya saya ingin menulis dan mengupas tentang kehebatan Gomez memupuk mental baja di skuad Persib, meskipun secara taktik terkadang pragmatis tapi mental menang dan mental juara yang dipupuk Gomez telah membuahkan hasil. Dia sulap pemain macam Ghozali dan Ardi jadi asset penting untuk Persib, Gomez juga yang membuat pemain asing Grade 2 macam Oh Inkyun berubah jadi jelmaan Park Jisung di Persib, dan saya sangat yakin ini bukan sekedar taktik tapi Gomez melakukan pembenahan Mental yang massif di tubuh Persib. Tapi tulisan yang sudah saya sketsakan hancur seketika, ketika salah satu stasiun TV memberitakan supporter Persija Tewas di tangan para bobotoh , senyum sumringah itu berubah jadi haru ngahuleng tarik tak menyangka ini terjadi lagi.
Beberapa hari sebelumnya saya sempat menyimak twitter salah satu legenda Persija Bambang Pamungkas yang menghimbau agar The Jak tak bertandang ke Bandung, salah satu quote nya yang membuat saya merinding ketika beliau bilang tidak ada satu kemenangan pun yang lebih berharga dari nyawa tapi pemuda bernama Haringga Silira tunjukan nyalinya, entah dia membaca himbauan dari Bepe atau tidak, yang jelas dia ke Bandung sebagai fans Persija sialnya dia ke Bandung untuk mengantar nyawa. Salahkah dia? Tidak, itu bentuk fanatisme nya itu adalah cintanya kepada Persija, ngilu,marah, kecewa mendengar kabar ini seolah kabar ini memutar balikan euphoria kemenangan menjadi peluh kebingungan karena tentunya akan ada dampak kedepannya. Sang pembantai keji yang mengaku bobotoh menghajar Haringga membabi buta, terlihat terjangan, pukulan, bahkan balok kayu beterbangan menghantam badan dan wajah Haringga sampai meregang nyawa. Entah apa yang mereka fikirkan,seharam itukah tanah Pasundan untuk para Jakmania sampai harus diperlakukan layaknya binatang, tidak berfikirkah mereka bahwa Persib juga akan kena imbasnya, bukan rahasia lagi jika kadang federasi kita selalu memberi hukuman kepada kita dan kejadian ini akan menjadi celah untuk mereka hukum kita seberat-beratnya.
Bayangkan jika hukumannya kita tidak boleh ke stadion di sisa laga? Bersama siapa Persib berjuang jika bukan bersama kita? Bayangkan juga jika misalnya kemenangan kita dibatalkan dan point kita dikurangi? Kita sudah di jalur juara dan sedang berjalan menuju juara, tegakah kalian bahwa kalian sendiri yang menghambat perjalanan ini? Dan yang paling pahit jika sampai liga dihentikan, akan banyak pemain yang jadi pengangguran, kalian mau membiayai keluarganya? Bahkan nampaknya kalian akan dipenjara, mana bisa kalian menghidupi keluarga semua pemain di liga. Dan kalaupun semua baik-baik saja dan kita jadi juara, linimasa akan menggema, “Sudikah kalian berpesta diatas nyawa Haringga?” Semua sudah terjadi dan ini jadi elegi nama bobotoh lah yang kembali tercemari.
Berlebihan memang jika saya meminta Gomez melatih kami juga, tapi buatlah mental kami baja bukan mental penghilang nyawa tapi mental militan mendukung Persib dengan hati, buatlah mental kami sebagai supporter teladan yang jadi contoh bukan supporter pecundang yang pantas dicemooh. Mental kami bobrok,fanatisme kami tak seiring dengan cita sepakbola sebagai pemersatu. Tidak inginkah seperti di Inggris kita menonton di stadion tanpa sekat dan sangat dekat dengan pemain? Tidak terhalang pagar tinggi dan dijarak oleh lintasan Atletik, tidak bisakah adu chant dan adu koreo berdampingan di dalam stadion? Kenapa harus nyawa yang jadi taruhan? Kita harus berklibat pada pembenahan mental supporter di Inggris setelah Hillsborough dan Heysel sepertinya tidak ada lagi tragedi mengenaskan yang terjadi, sedangkan di kita sepertinya baru kemarin kita tabur bunga di makam almarhum Ricko, tapi sekarang sudah terjadi lagi. Gomez tolong kami jadikan mental kami seperti pemain di lapangan, jadikan kami pemain ke 12 mu dan tularkan mental posotif mu kepada kami. Dan jika bisa “Latih kami juga, Gomez”
Ditulis oleh Apep Permana biasa berkicau di @peppermanaa

leres pisan kang,, kita harus belajar banyak. bukan hanya pemain yg dituntut bermental baja,, tapi ternyata bobotoh juga harus begitu
Wayahna pake hati nurani tanpa memakai kekerasan sing soleh sing panjang umur sing ayang milikna muga muga sukses
Kumaha kongkrit ngalatihna, kang?
Sedih ninggalna persib ayeuna, nuju sae sae na dirusak ku faktor internal gara gara oknum bobotoh, jd ngarembet kamana2, saolah olah persib nu paling salah, nu jelas nu paling dirugikeun mah persib we jeung bobotoh sajati nu ngadukung doa sareng hati.