(Arena Bobotoh) Gol Emas Di Balik Timbunan Masalah
Thursday, 04 May 2017 | 19:08
Saya mungkin satu dari ribuan bobotoh yang paling berdosa malam kemarin, bagaimana tidak? Dzikir tidak henti-hentinya saya ucapkan di setiap detik permainan Persib vs Gresik kemarin. Dzikir kok dosa? ya dosa karena sambil diiringi umpatan kata-kata kasar setelahnya. Entah berapa kali saya menggeleng-gelengkan kepala melihat gaya permainan Persib kemarin, bagaimana bisa Tim sebesar Persib bermain seperti kesebelasan medioker melawan Gresik yang jujur tidak ada satupun pemain yang saya kenal disitu kecuali Agus Indra itu pun tidak dimainkan. Kekesalan semakin memuncak, tidak habis pikir pada satu momen bagaimana penjaga gawang sekelas Deden Nathsir melakukan kesalahan yang sangat fundamental bagi seorang penjaga gawang, berniat melakukan passing lemparan ke Supardi, bola justru dilempar berbalik arah.
Di situ terlihat bagaimana ketidakfokusan para pemain Persib, beruntung bola masih bisa diamankan. Kan lain cerita jika bola berhasil direbut pemain Gresik atau lemparan langsung masuk ke gawang sendiri. Deden sepanjang masa akan menjadi bahan olok-olokan seluruh Dunia di youtube. Memasuki menit 70’an saya berhenti mengumpat, tapi lebih kasar lagi sampai tidak sadar membanting remote tv ke lantai saking gregetnya dengan permainan Persib kemarin. Sebenarnya gampang sih matikan saja TV-nya, ujar sang istri. Berbeda, Persib tidak seperti kekasih yang bisa dengan mudah ditinggalkan karena satu kesalahan. Tidak ada alasan meninggalkan Persib dan selalu ada toleransi dan pemakluman atas kesalahan yang dilakukan berulang-ulang bahkan jauh lebih menyakitkan dari segalanya.
Mulai menit 85’ sayalah sang medioker itu, doa saya downgrade, bukan lagi kemenangan yang diharapkan, hasil imbang sudah syukur. Namun semuanya berubah pada menit 91’ ketika seorang anak muda Billy Keraf mencetak gol yang sangat berharga untuk Persib. Proses gol yang indah, dibangun dari belakang dengan 3-4 sentuhan saja, dan jauh dari kontroversi sehingga tidak ada bahan bagi akun haters mencari bahan nyinyiran di sosial media. Class!
Terlepas dari kemenangan kemarin, kita harus jujur Persib bermain sangat buruk. Bagaimana Persib sering sekali kehilangan bola pada 2/3 lapang. Permasalahannya klasik hilangnya sosok Konate dan kondisi fisik yang kurang baik. Pemain banyak berjalan kaki ketika ada serangan balik dari lawan, belum lagi kesalahan passing yang kerap tidak akurat. Persib beruntung malam kemarin, akan berbeda ceritanya jika lawan yang dihadapi bermain macam Arema yang terlihat sudah “enak” bermain, mungkin tagar #DjanurOut lagi-lagi menjadi trending topic linimasa malam kemarin.
Salah satu hal positif dari Pak Djanur adalah, Persib yang berani memasang pemain U-23 bukan sebagai formalitas pemenuhan aturan PSSI saja untuk kemudian diganti pada babak kedua sebagaimana klub lain biasanya lakukan. Coach Djanur sudah berlaku profesional siapapun pemainnya berapapun usianya, jika bermain baik akan dipercaya masuk line up sebagai bagian dari strategi. Semoga ini dapat memacu Persib Junior untuk menunjukkan performa terbaiknya dan meraih gelar sehingga dapat naik kelas paling tidak mereka lebih beruntung bisa langsung mendapatkan tempat, tidak seperti Billy yang harus melamar kemana-mana sebelum bisa masuk menjadi bagian tim sebesar Persib, ada effort lebih baginya.
Selain itu tidak dapat dipungkiri, kita kehilangan sosok kapten seperti Bang Utina. Sosok kharismatik yang menjadi Bapaknya anak-anak di lapangan.
Sepakbola Indonesia keras ditambah aturan yang dirasa belum tegas dari Federasi menyebabkan para pemain terkadang bermain tidak kontrol dan sangat jauh dari kata fair play, lihat saja gerakan kuncian tangan Gusti Rustiawan kepada Dado pada menit 43 menurut saya sangat berbahaya. Kuncian tangan setengah mencekik dengan tenaga tarikan otomatis sebesar berat badan Gusti sementara Dado dalam posisi akan berlari sangat menghambat aliran nafas dari Dado belum lagi rahang adalah organ tubuh yang sensitif, banyak sekali petinju yang KO akibat pukulan uppercut pada rahang. Itu petinju.
Bagaimana dengan pemain bola yang memang tidak disiapkan untuk benturan pada rahang. Akibatnya bisa fatal. Apakah ada sosok Kapten yang protes atas tragedi itu? Apakah ada sosok yang tidak hanya memberi semangat saja tetapi berani menegur kawannya yang melakukan kesalahan dan bermain buruk? Saya tidak melihatnya. Kemana sosok itu? apa mungkin merasa canggung dengan hadirnya Marquee Player yang jauh lebih pengalaman?Itu bukan alasan, jika memang visi bermain dengan hati dan untuk kemenangan Tim.
Terlepas dari itu saya rasa bobotoh pun sebenarnya tidak perlu terlalu gembira akan kemenangan ini, adalah hal yang memang wajar Persib bisa mengalahkan Gresik dan memang suatu keharusan kemenangan tersebut diraih. Zero Tolerance untuk segala alasan bilamana kalah melawan Gresik kemarin. Justru kita harus mengingatkan lagi squad sekarang dan jangan sampai terlena apalagi euforia, bahwa Persib masih jauh dari juara jika bermain medioker seperti ini. Tentunya mengingatkan tim dengan cara yang exclusive khas bobotoh.
Namun demikian marilah kita syukuri kemenangan ini. Semoga kemenangan terus kita raih di setiap pertandingan Liga 1 yang masih panjang dan melelahkan hati ini.
Selamat Billy
Hayu ah bobotoh pakai jaketnya, di puncak dingin loh (
Penulis biasa berkicau di @razifapermana

Saya mungkin satu dari ribuan bobotoh yang paling berdosa malam kemarin, bagaimana tidak? Dzikir tidak henti-hentinya saya ucapkan di setiap detik permainan Persib vs Gresik kemarin. Dzikir kok dosa? ya dosa karena sambil diiringi umpatan kata-kata kasar setelahnya. Entah berapa kali saya menggeleng-gelengkan kepala melihat gaya permainan Persib kemarin, bagaimana bisa Tim sebesar Persib bermain seperti kesebelasan medioker melawan Gresik yang jujur tidak ada satupun pemain yang saya kenal disitu kecuali Agus Indra itu pun tidak dimainkan. Kekesalan semakin memuncak, tidak habis pikir pada satu momen bagaimana penjaga gawang sekelas Deden Nathsir melakukan kesalahan yang sangat fundamental bagi seorang penjaga gawang, berniat melakukan passing lemparan ke Supardi, bola justru dilempar berbalik arah.
Di situ terlihat bagaimana ketidakfokusan para pemain Persib, beruntung bola masih bisa diamankan. Kan lain cerita jika bola berhasil direbut pemain Gresik atau lemparan langsung masuk ke gawang sendiri. Deden sepanjang masa akan menjadi bahan olok-olokan seluruh Dunia di youtube. Memasuki menit 70’an saya berhenti mengumpat, tapi lebih kasar lagi sampai tidak sadar membanting remote tv ke lantai saking gregetnya dengan permainan Persib kemarin. Sebenarnya gampang sih matikan saja TV-nya, ujar sang istri. Berbeda, Persib tidak seperti kekasih yang bisa dengan mudah ditinggalkan karena satu kesalahan. Tidak ada alasan meninggalkan Persib dan selalu ada toleransi dan pemakluman atas kesalahan yang dilakukan berulang-ulang bahkan jauh lebih menyakitkan dari segalanya.
Mulai menit 85’ sayalah sang medioker itu, doa saya downgrade, bukan lagi kemenangan yang diharapkan, hasil imbang sudah syukur. Namun semuanya berubah pada menit 91’ ketika seorang anak muda Billy Keraf mencetak gol yang sangat berharga untuk Persib. Proses gol yang indah, dibangun dari belakang dengan 3-4 sentuhan saja, dan jauh dari kontroversi sehingga tidak ada bahan bagi akun haters mencari bahan nyinyiran di sosial media. Class!
Terlepas dari kemenangan kemarin, kita harus jujur Persib bermain sangat buruk. Bagaimana Persib sering sekali kehilangan bola pada 2/3 lapang. Permasalahannya klasik hilangnya sosok Konate dan kondisi fisik yang kurang baik. Pemain banyak berjalan kaki ketika ada serangan balik dari lawan, belum lagi kesalahan passing yang kerap tidak akurat. Persib beruntung malam kemarin, akan berbeda ceritanya jika lawan yang dihadapi bermain macam Arema yang terlihat sudah “enak” bermain, mungkin tagar #DjanurOut lagi-lagi menjadi trending topic linimasa malam kemarin.
Salah satu hal positif dari Pak Djanur adalah, Persib yang berani memasang pemain U-23 bukan sebagai formalitas pemenuhan aturan PSSI saja untuk kemudian diganti pada babak kedua sebagaimana klub lain biasanya lakukan. Coach Djanur sudah berlaku profesional siapapun pemainnya berapapun usianya, jika bermain baik akan dipercaya masuk line up sebagai bagian dari strategi. Semoga ini dapat memacu Persib Junior untuk menunjukkan performa terbaiknya dan meraih gelar sehingga dapat naik kelas paling tidak mereka lebih beruntung bisa langsung mendapatkan tempat, tidak seperti Billy yang harus melamar kemana-mana sebelum bisa masuk menjadi bagian tim sebesar Persib, ada effort lebih baginya.
Selain itu tidak dapat dipungkiri, kita kehilangan sosok kapten seperti Bang Utina. Sosok kharismatik yang menjadi Bapaknya anak-anak di lapangan.
Sepakbola Indonesia keras ditambah aturan yang dirasa belum tegas dari Federasi menyebabkan para pemain terkadang bermain tidak kontrol dan sangat jauh dari kata fair play, lihat saja gerakan kuncian tangan Gusti Rustiawan kepada Dado pada menit 43 menurut saya sangat berbahaya. Kuncian tangan setengah mencekik dengan tenaga tarikan otomatis sebesar berat badan Gusti sementara Dado dalam posisi akan berlari sangat menghambat aliran nafas dari Dado belum lagi rahang adalah organ tubuh yang sensitif, banyak sekali petinju yang KO akibat pukulan uppercut pada rahang. Itu petinju.
Bagaimana dengan pemain bola yang memang tidak disiapkan untuk benturan pada rahang. Akibatnya bisa fatal. Apakah ada sosok Kapten yang protes atas tragedi itu? Apakah ada sosok yang tidak hanya memberi semangat saja tetapi berani menegur kawannya yang melakukan kesalahan dan bermain buruk? Saya tidak melihatnya. Kemana sosok itu? apa mungkin merasa canggung dengan hadirnya Marquee Player yang jauh lebih pengalaman?Itu bukan alasan, jika memang visi bermain dengan hati dan untuk kemenangan Tim.
Terlepas dari itu saya rasa bobotoh pun sebenarnya tidak perlu terlalu gembira akan kemenangan ini, adalah hal yang memang wajar Persib bisa mengalahkan Gresik dan memang suatu keharusan kemenangan tersebut diraih. Zero Tolerance untuk segala alasan bilamana kalah melawan Gresik kemarin. Justru kita harus mengingatkan lagi squad sekarang dan jangan sampai terlena apalagi euforia, bahwa Persib masih jauh dari juara jika bermain medioker seperti ini. Tentunya mengingatkan tim dengan cara yang exclusive khas bobotoh.
Namun demikian marilah kita syukuri kemenangan ini. Semoga kemenangan terus kita raih di setiap pertandingan Liga 1 yang masih panjang dan melelahkan hati ini.
Selamat Billy
Hayu ah bobotoh pakai jaketnya, di puncak dingin loh (
Penulis biasa berkicau di @razifapermana

Banyak PR kanggo coach Djanur, kembali lagi ke Fisik pemain yang tdk prima menyebabkan permainan persib kocar – kacir. sya juga sama deg degan dan rawan sekali permainan persib 3/5/17, coach Djanur harus berani memainkan anak2 muda potensial diberi kepercayaan penuh jika mereka bermain baik. tdk dipungkiri essien juga ada pengaruhnya membawa stabilnya permainan persib, tapi kemaren itu waduh jauh dari permainan yang sesungguhnya, kayak kena santet pemain persib hanya jadi penonton dan didikte para pemain persigres yang nota bene anak2 muda yang dipasang dan punya kecepatan.maaf coach sya hanya saran saja krna cinta persib, barisan belakang persib sya akui bagus, tapi faktor usia agak mempengaruhi fisiknya. tolong bek / atau pemain belakang yang muda2 agar diberi kesempatan. memang perlu waktu. dan tolong coach tekankan ke henhen agar digenjot mentalnya suka kurang fokus dan over bola sering ngk tepat nyampai ke teman sendiri alias blunder. bobotoh sukabumi cinta persib, wassalam
berikan sentuhan strategi yang variatif coach Djanur, sya tdk pernah melihat serangan yang dibangun dari tengah, umpan terobosan dari tengah, dan instruksikan pemain tengah untuk menekan dengan mencoba tendangan di jarak 17 – 20 meter untuk memberikan tekanan penjaga gawang lawan, itu bisa diinstruksikan ke gian Zola, zola harus bisa mengambil keputusan itu jangan sungkan sama senior jika kesempatan ada eksekusi bola dari lini tengah, zola juga masih suka dalam keraguan. satu hal lagi keseringan bola umpan dari samping selalu lewat dan tdk ada pemain persib karena sering terlalu kedalamnya para pemain sehingga jika ada umpan lewat sering kosong dan tdk bisa dimanfaatkan, terutama tendangan penjuru. coba itu perhatikan, dan itu yang saya catat dan saya amati. kenapa banyak peluang yang tdk mrnjadi gool. perlua evaluasi menyeluruh, perlu ketenangan dan mental pemain, perlu fisik yng selalu prima, mainkan anak2 muda potensial.
Sekian dan terimakasih…bismillah hidup persib
Aslina djanur parah pisan strategina, tong sampai nungguan eleh karek di ganti lah, bisi tinggaleun jauh ku tim lain maen siga kieu mah
Mamatahan ngojay ka meri
keun att da pelatih oge apaleun saha nu siap jeung teu siap, soal permainan dalam sepak bola keberuntungan dan kejelian di tambah kedisiplinan di setiap lini.
Percuma maen apik terlihat seperti permaenan elit tapi hasilnya minim karena kesalahan tidak disiplin, kurang jeli pelatih merotasi pemain, atau bahkan di jauhi dewi portuna.
Keren sih keren tapi kurang beruntung atau kecolongan
Nu peunting. Menunjang tilu poin
Disiplin, fokus, jeli,loyalitas,kemauan yang keras, berdoa sebelum dan sedang berlaga, bersyukur atas pencapaian apapun itu hasilnya, pasti banyak hikmahnya.
Lain halnya jika di lapangan penuh emosi pasti tak karuan maennya karena yang menemani setan, bukan Tuhan.
Kumaha cuek nu ngarti we lah…lieur
euuuuh meni rame gening,..nyimak az ach bravo persib !!