(Arena Bobotoh) Generasi yang Merugi
Monday, 24 September 2018 | 15:31
Minggu kemarin (23 september 2018) Persib kembali melakoni laga panas melawan Persija. Pertandingan yang berkesudahan dengan kemmenangan Persib ini harus tercoreng dengan terengutnya nyawa seorang pendukung Persija. Insiden ini memperburuk daftar kelam korban meninggal dunia akibat sepakbola.
Tak perlu saling menyalahkan atau mencari pembenaran korban sudah meninggal dan pelaku penganiayaan sudah ditangkap polisi.
Rivalitas tidak sehat The Jak dan Bobotoh (Viking) yang telah berlangsung sejak lama dan turun temurun dan tidak tahu akan berhenti sampai generasi mana. Bila diurut dari berbagi artikel yang beredar ada yang menyatakan permusuhan ini dimulai era 90an, ada yang billang akibat acara kuis salah-satu stasiun tv dll. Namun saya pribadi generasi suporter yang pertama merasakan kehidupan tribun datang ke stadion sekitar 2006an merasa sebagai generasi yang merugi tanpa tahu detailnya seperti apa tanpa tahu awal mulanya seperti apa namun harus menanggung permusuhan ini dan parahnya mewariskanya juga ke generasi setelahnya tanpa sadar dengan menyanyian chant yang provokatif, membuat baju dan tulisan provokatif, dll.
Pertikain ini diperparah dengan masuknya periode media sosial, kita dihandapkan langsung dengan rival kita dengan debat-debat, ejekan dan provokasi tanpa ada batasan waktu dan tempat, dan generasi suporter yang baru ke Stadion sekitar tahun 2014-2018 menerima dampaknya. Generasi ini sering terpancing berdebat provokatif dan menebar kebencian. Padahal jika dilihat kebanyakan dari mereka tidak punya pengalaman secara langsung bergesekan dengan suporter rival. Ada tiga peristiwa gesekan secara langsung yang penulis ketahui antara Bobotoh (Viking) dan The Jak yaitu pada tahun 2008 partai usiran di Malang, tahun 2013 di Maguharjo, dan 2014 di tol Jakarta saat Persib menjalani partai final/semiinal ISL, dan saya sebagai pribadi menyakiini generasi ini tidak mengalaminya secara otentik atau secara langsung, lantas dari mana mereka mewarisi permusuhan ini?.
Entah sampai kapan permusuhan ini akan berlangsung namun setidaknya bila tidak bisa duduk bersama cukup jangan wariskan lagi pertikaian ini ke generasi penerusnya.
Ditulis oleh Reza, Bobotoh dengan akun Twitter @mocrza

Minggu kemarin (23 september 2018) Persib kembali melakoni laga panas melawan Persija. Pertandingan yang berkesudahan dengan kemmenangan Persib ini harus tercoreng dengan terengutnya nyawa seorang pendukung Persija. Insiden ini memperburuk daftar kelam korban meninggal dunia akibat sepakbola.
Tak perlu saling menyalahkan atau mencari pembenaran korban sudah meninggal dan pelaku penganiayaan sudah ditangkap polisi.
Rivalitas tidak sehat The Jak dan Bobotoh (Viking) yang telah berlangsung sejak lama dan turun temurun dan tidak tahu akan berhenti sampai generasi mana. Bila diurut dari berbagi artikel yang beredar ada yang menyatakan permusuhan ini dimulai era 90an, ada yang billang akibat acara kuis salah-satu stasiun tv dll. Namun saya pribadi generasi suporter yang pertama merasakan kehidupan tribun datang ke stadion sekitar 2006an merasa sebagai generasi yang merugi tanpa tahu detailnya seperti apa tanpa tahu awal mulanya seperti apa namun harus menanggung permusuhan ini dan parahnya mewariskanya juga ke generasi setelahnya tanpa sadar dengan menyanyian chant yang provokatif, membuat baju dan tulisan provokatif, dll.
Pertikain ini diperparah dengan masuknya periode media sosial, kita dihandapkan langsung dengan rival kita dengan debat-debat, ejekan dan provokasi tanpa ada batasan waktu dan tempat, dan generasi suporter yang baru ke Stadion sekitar tahun 2014-2018 menerima dampaknya. Generasi ini sering terpancing berdebat provokatif dan menebar kebencian. Padahal jika dilihat kebanyakan dari mereka tidak punya pengalaman secara langsung bergesekan dengan suporter rival. Ada tiga peristiwa gesekan secara langsung yang penulis ketahui antara Bobotoh (Viking) dan The Jak yaitu pada tahun 2008 partai usiran di Malang, tahun 2013 di Maguharjo, dan 2014 di tol Jakarta saat Persib menjalani partai final/semiinal ISL, dan saya sebagai pribadi menyakiini generasi ini tidak mengalaminya secara otentik atau secara langsung, lantas dari mana mereka mewarisi permusuhan ini?.
Entah sampai kapan permusuhan ini akan berlangsung namun setidaknya bila tidak bisa duduk bersama cukup jangan wariskan lagi pertikaian ini ke generasi penerusnya.
Ditulis oleh Reza, Bobotoh dengan akun Twitter @mocrza

setuju
stop! sudah sampai disini,, jangan tambah korban lagi lur. mari bersepakbola dengan sportif, demikian juga kita pendukungnya
lamun kos kieumah pembinaan terhadap pemain lebih mudah dibanding pembinaan terhadap suporter,