(Arena Bobotoh) Evaluasi!
Tuesday, 30 July 2019 | 23:28
Melakukan evaluasi terhadap sebuah kegagalan merupakan hal yang lumrah dalam berbagai kegiatan, tak terkecuali dalam sebuah tim sepakbola. Hal yang mendasar dalam melakukan evaluasi tentu saja melakukan analisa terhadap titik-titik yang dianggap atau tidak memenuhi ekspektasi dan menambalnya dengan elemen yang lebih baik.
Pada perhelatan Liga 1 2018, setelah melalui setengah musim yang fantastis, tiba-tiba Persib mendapatkan hal yang tak mengenakan di putaran 2. Selain faktor sanksi yang menguras mental dan kondisi internal tim, isu ketidakharmonisan internal tim berhembus cukup kencang terutama di dunia maya. Selain Mario Gomez yang cukup vokal menuntut beberapa hal seperti fasilitas latihan dan lain-lain kepada managemen PT PBB, pada fase suram tersebut, ketika harus menjalani pertandingan usiran dan tanpa penonton yang pastinya membuat mental seluruh pemain ambruk, persib harus diterpa isu tak sedap. Di dunia maya cukup kencang beberapa isu mulai dengan Gomez yang menuduh beberapa pemain terlibat pengaturan skor hingga isu yang mengatakan ada pengkotakan beberapa pemain yang puncaknya terjadi friksi antara Bauman dan Ezechiel dalam sebuah pertandingan.
Setengah musim yang indah dengan predikat juara paruh musim dan setengah musim yang suram dengan paceklik kemenangan plus pertandingan usiran akhirnya harus membuat Persib terdampar di posisi 4 klasemen akhir liga 1 2018. Gerak cepat dilakukan management dengan istilah melakukan evaluasi. Hasil pertama yang muncul adalah memutus kontrak pelatih kepala Mario Gomez dengan alasan bad attitude, disusul dengan tidak diperpanjangnya Joni Bauman dengan alasan yang sama. Mayoritas Bobotoh tentu terkejut dengan keputusan ini mengingat Gomez mampu memberikan sebuah permainan yang khas dan dapat membangkitkan beberapa pemain yang “dibuang” tim lain. Begitupun Bauman yang masuk dalam best 11 liga 1 2018 dengan kinerjanya yang mampu menjadi duet yang cocok bagi Ezechiel.
Hasil evaluasi yang kedua adalah menunjuk pelatih baru yaitu Miljan Radovic. Pelatih yang masih mentah, minim pengalaman dan hanya bermodal melatih sebuah akademi sepakbola di India. Merekrut pelatih yang minim pengalaman, kemampuan taktikal yang masih misterius hingga pelatih yang belum bisa membangun mental recovery merupakan satu dari beberapa hasil evaluasi yang patut dipertanyakan. Dalam kondisi mayoritas pemain yang memilki mental ambruk, Persib malah merekrut Pelatih yang benar-benar mentah.
Hasil evaluasi ketiga adalah melakukan rekrutmen pemain. 10 pemain baru direkrut yang mayoritas memiliki latar belakang tim yang dibela sebelumnya degdradasi atau memiliki persoalan keterlambatan gaji. Bak jatuh tertimpa tangga Persib yang memiliki skuad dengan kondisi mental ambruk akibat beberapa kejadian di musim sebelumnya harus memiliki tambahan pemain yang sama-sama memiliki masalah mental ambruk akibat tim sebelumnya yang mereka bela terdegradasi. Sampai pada tahap ini, entah apa sebenenarnya evaluasi yang dilakukan management Persib. Dengan hasil evaluasi yang menghasilkan pelatih baru yang sangat minim pengalaman dan rekrutan pemain baru yang mayoritas timnya terdegradasi merupakan hasil evaluasi yang harus dipertanyakan.
Selain evaluasi asal-asalan, Persib juga tak memiliki Perencanaan Startegis yang jelas sehingga tujuan klub tidak terarah. Ini dibuktikan dengan pergantian pelatih sebelum liga berlangsung dan rekrutmen yang tidak jelas arahnya. Bisa dilihat bagaimana pergantian pelatih yang downgrade. Gomez, pelatih yang memiliki tim building dan mental recovery yang baik harus diganti Miljan Radovic yang tidak berpengalaman sama sekali yang kemudian diganti Robert Rene Alberts sebelum Liga dimulai. Robert memiliki beban berat yaitu membangun kembali puing-puing mental tim yang ambruk dengan tekanan yang cukup kuat bukan hal yang mudah. Bisa dilihat hingga pekan ke 11 (tulisan ini dibuat) Persib sudah mengalami 2 kali kekalahan di kandang dan 2 kali kekalahan telak saat Tandang. Keterpurukan Persib hingga pekan ke 11 tentu tak sepenuhnya kesalahan Robert. Pihak yang seharusnya disorot tajam tentu managemen tim yang malakukan perencanaan terhadap pembentukan Tim untuk mengarungi kompetisi. Bagaimana bisa mengganti Pelatih yang sukses membawa tim dengan skuad alakadarnya menembus posisi 4 besar lalu mengganti salah satu pemain best 11 liga 1 2018 dengan hanya alasan bad attitude yang sebenarnya masih samar-samar.
Sudah saatnya persib berbenah mulai dari memiliki tim scout yang mana bisa mengakomodir perekrutan pemain sehingga tak asal-asalan seperti musim ini (2019). Lalu menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang sehingga arah tujuan tim lebih jelas dan terarah. Karena bagaimana pun sebuah tim akan kuat jika memiliki kondisi tim yang sehat. Kondisi tim yang sehat muncul dari elemen-elemen yang bekerja sesuai tupoksinya. Tidak merasa paling tahu dan tidak merasa paling benar. Terakhir, perbanyak pemain berskill sepakbola tinggi, buang pemain berskill tinggi didedapan kamera endorse. Sejatinya pemain sepakbola dikontrak untuk bermain bola bukan untuk bergaya didepan kamera demi konten media sosial. Lekas Sembuh PERSIB
Ditulis oleh Bobotoh berakun twitter @nurhadi06

Melakukan evaluasi terhadap sebuah kegagalan merupakan hal yang lumrah dalam berbagai kegiatan, tak terkecuali dalam sebuah tim sepakbola. Hal yang mendasar dalam melakukan evaluasi tentu saja melakukan analisa terhadap titik-titik yang dianggap atau tidak memenuhi ekspektasi dan menambalnya dengan elemen yang lebih baik.
Pada perhelatan Liga 1 2018, setelah melalui setengah musim yang fantastis, tiba-tiba Persib mendapatkan hal yang tak mengenakan di putaran 2. Selain faktor sanksi yang menguras mental dan kondisi internal tim, isu ketidakharmonisan internal tim berhembus cukup kencang terutama di dunia maya. Selain Mario Gomez yang cukup vokal menuntut beberapa hal seperti fasilitas latihan dan lain-lain kepada managemen PT PBB, pada fase suram tersebut, ketika harus menjalani pertandingan usiran dan tanpa penonton yang pastinya membuat mental seluruh pemain ambruk, persib harus diterpa isu tak sedap. Di dunia maya cukup kencang beberapa isu mulai dengan Gomez yang menuduh beberapa pemain terlibat pengaturan skor hingga isu yang mengatakan ada pengkotakan beberapa pemain yang puncaknya terjadi friksi antara Bauman dan Ezechiel dalam sebuah pertandingan.
Setengah musim yang indah dengan predikat juara paruh musim dan setengah musim yang suram dengan paceklik kemenangan plus pertandingan usiran akhirnya harus membuat Persib terdampar di posisi 4 klasemen akhir liga 1 2018. Gerak cepat dilakukan management dengan istilah melakukan evaluasi. Hasil pertama yang muncul adalah memutus kontrak pelatih kepala Mario Gomez dengan alasan bad attitude, disusul dengan tidak diperpanjangnya Joni Bauman dengan alasan yang sama. Mayoritas Bobotoh tentu terkejut dengan keputusan ini mengingat Gomez mampu memberikan sebuah permainan yang khas dan dapat membangkitkan beberapa pemain yang “dibuang” tim lain. Begitupun Bauman yang masuk dalam best 11 liga 1 2018 dengan kinerjanya yang mampu menjadi duet yang cocok bagi Ezechiel.
Hasil evaluasi yang kedua adalah menunjuk pelatih baru yaitu Miljan Radovic. Pelatih yang masih mentah, minim pengalaman dan hanya bermodal melatih sebuah akademi sepakbola di India. Merekrut pelatih yang minim pengalaman, kemampuan taktikal yang masih misterius hingga pelatih yang belum bisa membangun mental recovery merupakan satu dari beberapa hasil evaluasi yang patut dipertanyakan. Dalam kondisi mayoritas pemain yang memilki mental ambruk, Persib malah merekrut Pelatih yang benar-benar mentah.
Hasil evaluasi ketiga adalah melakukan rekrutmen pemain. 10 pemain baru direkrut yang mayoritas memiliki latar belakang tim yang dibela sebelumnya degdradasi atau memiliki persoalan keterlambatan gaji. Bak jatuh tertimpa tangga Persib yang memiliki skuad dengan kondisi mental ambruk akibat beberapa kejadian di musim sebelumnya harus memiliki tambahan pemain yang sama-sama memiliki masalah mental ambruk akibat tim sebelumnya yang mereka bela terdegradasi. Sampai pada tahap ini, entah apa sebenenarnya evaluasi yang dilakukan management Persib. Dengan hasil evaluasi yang menghasilkan pelatih baru yang sangat minim pengalaman dan rekrutan pemain baru yang mayoritas timnya terdegradasi merupakan hasil evaluasi yang harus dipertanyakan.
Selain evaluasi asal-asalan, Persib juga tak memiliki Perencanaan Startegis yang jelas sehingga tujuan klub tidak terarah. Ini dibuktikan dengan pergantian pelatih sebelum liga berlangsung dan rekrutmen yang tidak jelas arahnya. Bisa dilihat bagaimana pergantian pelatih yang downgrade. Gomez, pelatih yang memiliki tim building dan mental recovery yang baik harus diganti Miljan Radovic yang tidak berpengalaman sama sekali yang kemudian diganti Robert Rene Alberts sebelum Liga dimulai. Robert memiliki beban berat yaitu membangun kembali puing-puing mental tim yang ambruk dengan tekanan yang cukup kuat bukan hal yang mudah. Bisa dilihat hingga pekan ke 11 (tulisan ini dibuat) Persib sudah mengalami 2 kali kekalahan di kandang dan 2 kali kekalahan telak saat Tandang. Keterpurukan Persib hingga pekan ke 11 tentu tak sepenuhnya kesalahan Robert. Pihak yang seharusnya disorot tajam tentu managemen tim yang malakukan perencanaan terhadap pembentukan Tim untuk mengarungi kompetisi. Bagaimana bisa mengganti Pelatih yang sukses membawa tim dengan skuad alakadarnya menembus posisi 4 besar lalu mengganti salah satu pemain best 11 liga 1 2018 dengan hanya alasan bad attitude yang sebenarnya masih samar-samar.
Sudah saatnya persib berbenah mulai dari memiliki tim scout yang mana bisa mengakomodir perekrutan pemain sehingga tak asal-asalan seperti musim ini (2019). Lalu menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang sehingga arah tujuan tim lebih jelas dan terarah. Karena bagaimana pun sebuah tim akan kuat jika memiliki kondisi tim yang sehat. Kondisi tim yang sehat muncul dari elemen-elemen yang bekerja sesuai tupoksinya. Tidak merasa paling tahu dan tidak merasa paling benar. Terakhir, perbanyak pemain berskill sepakbola tinggi, buang pemain berskill tinggi didedapan kamera endorse. Sejatinya pemain sepakbola dikontrak untuk bermain bola bukan untuk bergaya didepan kamera demi konten media sosial. Lekas Sembuh PERSIB
Ditulis oleh Bobotoh berakun twitter @nurhadi06

Satuju pisan mang. Cing tah managemen kali-kali mah baca jeung denge masukan ti bobotoh. Eta anu di jelaskeun di luhur pasti kaharti jeung karasa pisan ku managemen. Sing karunya ka bobotoh anu teu pernah bosen mere dukungan.. Salut ka couch Rene lmn urang mah uyuhan kudu daek ngalatih anu pamaenna meunang milihan pelatih samemehna ( rekomendasi managemen oge )jeung komo rata2 pamaen anu ngeus ngaledrop mental jeung skillna gara2 timna degradasi. @kang nurhadi06 hatur nuhun sae pisan artikelna
karma ti gomez jeung bauman can leungit..,
kumaha bae oge maranehna jelema nu boga rasa… dasar minijimin orowodol
Bedana tahun kamari belakang aya igbonebo(kokoh),tengah inkyun (petarung),depan bauman liar & kreatif
Karma ti Lord Atep
Pemain asing yg ada tidak memuaskan sama sekali, Tidak membantu persib untuk menjalani permainan dengan baik seperti artur minim kontribusi walau sudah menciptakan 3gol. Ezechiel musim kemarin sangat baik tp sekarang terlalu banyaknprotes dan mudah terjatuh padahal memiliki badan yg besar. Rene mihelic harusnya pemain yg dapat mengalirkan bola dengan baik ke depan karena hampir setiap serangan dimulai dari kakinya tp kenyataannya kontribusi dan umpan umpannya pun belum memuaskan. Mungkin dr 4 pemain asing cuma bojan yg nilainya cukup memuaska meskipun mash belum memuaskan. Untuk itu tolong kepada managemen diputaran kedua manfaat bursa transfer untuk mendapatkan pemain yg bisa berpengaruh untuk permainan persib. terimakasih