(Arena Bobotoh) Dagelan GBLA
Wednesday, 24 August 2016 | 12:43
Mungkin beberapa pekan terakhir ini, Bobotoh Persib sedunia sedang “galau” akan tim kesayangannya. Sanes kusabab Persib yang performa nya buruk (bahkan Persib dirasa sedang dalam tren positif setelah menang beruntun di 2 pertandingan terakhir), tetapi karena belum adanya kepastian terkait digelarnya laga kandang terakhir Persib di “liga kopi 2016” melawan Arema Cronus pada tanggal 27 Agustus 2016 nanti . Persib “terusir” dari GBLA dan SJH akibat persiapan PON XIX 2016 yang tinggal beberapa pekan lagi. Hingga tulisan ini dibuat (H-3 pertandingan), jujur, saya sebagai bobotoh Persib yang hanya bisa mengikuti perkembangannya lewat media cetak dan media sosial, merasa “keheul” dengan situasi yang menimpa Maung Bandung. Entah siapa yang harus bertanggung jawab pada permasalahan satu ini.
Harus diakui memang terjadi konflik kepentingan, urgensi yang berbeda di permasalahan ini. Memang event nasional seperti PON ini telah dicanangkan jauh2 hari sebelumnya, bahkan sebenarnya kalau tidak salah stadion GBLA pun dibangun untuk penyelenggaraan PON. Untuk mensukseskan acara PON ini tentu diperlukan persiapan maksimal, bahkan dari jauh2 hari. Terhitung, laga kandang vs Persela menjadi laga kandang Persib bermain di GBLA (kalau tidak salah). Setelah itu, punten untuk Persib dipersilahkan menjadi tim musafir, alhasil Persib pun dipaksa menjamu Barito di stadion Pakansari Cibinong, Kab. Bogor. Akan tetapi di sisi lain, Persib berkeinginan untuk menyelenggarakan pertandingan “kandang baru” nya ketika menjamu arema cronus, sabtu ini.
Kita tahu, sebagai antisipasi tidak diizinkannya persib berlaga di GBLA, persib mengambil beberapa opsi stadion lain di Jawa Barat yang dapat dikatakan masih menjadi “rumah” bagi persib, SJH di Soreang, Pakansari di Cibinong hingga Galuh di Ciamis, hingga kota-kota di luar Jabar seperti Palembang, Solo, hingga Sidoarjo. Dari pihak Persib, bahkan Ua Haji Umuh hingga memohon kepada pemerintah daerah setempat untuk dapat menggunakan stadion GBLA, SJH dan Pakansari. Akan tetapi pada perkembangannya, karena memang GBLA, SJH dan Pakansari merupakan venue PON, akhirnya Persib tidak dapat izin untuk menggunakan stadion2 tersebut oleh pihak Pemerintah setempat dan PB PON. Setelah sempat Kang Emil, Our Mayor, berkicau di medsos-nya bahwa GBLA dapat digunakan Persib pekan lalu. Kemudian Jabar1, melalui akun twitternya @aheryawan berkicau pada 22 agustus, “Krn 25 hari sblm hari H PON sdh ada persiapan pembukaan PON di GBLA maka Persib dipersilahkan bermain di Jalak Harupat. Hatur nuhun..”. Akhirnya beberapa hari lalu keluar peryataan PB PON yg tetap keukeuh GBLA tidak dapat digunakan Persib dengan alasan fokus persiapan PON yang sudah di depan mata.
Saya sebagai bobotoh melihat disini entah Persib seakan di PHP-in antara pihak pemerintah kota Bandung, Pemprov Jabar dan PB PON. Terkesan memang tidak ada koordinasi yang baik antara Pemkot Bandung Pemprov Jabar, PB PON hingga Manajemen Persib terkait izin penggunaan GBLA sebelum gelaran PON yg semakin dekat ini. Bagaimana bisa walkot memberi izin akan tetapi pihak PB PON tidak menyarankan Persib berlaga di GBLA? (dan juga stadion venue PON lainnya). Entah sebenarnya yang lebih berwenang dalam hal ini (izin penggunaan stadion venue PON)? Apakah Persib harus tunduk kepada PB PON, Pemkot setempat atau Jabar1? Seharusnya pihak2 terkait bisa berkoordinasi dengan baik, sehingga nasib Persib tidak terkatung-katung seperti ini.
Kemudian untuk pihak manajemen Persib bukannya tanpa cela. Saya rasa manajemen kurang mengantisipasi hal ini. Bila manajemen sudah mengkoordinasikan, dan mengambil antisipasi terkait gelaran PON ini, kemudian disesuaikan dengan rilis jadwal dari operator “liga kopi”, saya yakin hal ini tidak akan terjadi. Da saya oge mun rek maen bal/putsal mah harus booking sewa lapangna heula ti saacanna.
Mungkin sedikit menyambung dengan tulisan “Surat Terbuka untuk PT PBB” kang @febbylorentz di laman simamaung tgl 23/08/16, saya juga setuju dengan apa yg diutarakan kang @febbylorentz. Bagaimana bisa PT PBB yang merupakan perseroan terbatas, klub profesional, bertabur sponsor, tapi untuk urusan izin pertandingan sampai mengemis2 ke pemerintah setempat? Kieu gening cara kerjana tim profesional nomor 1 Indonesia teh?
Jujur nu abdi rasakeun sejak Persib menjadi klub profesional pada 2008 (kalau tidak salah), belum ada kemajuan berarti di bidang manajerial. Masih saja masalah-masalah lama terulang hingga tahun ini. Contoh kecilnya, upami diperhatoskeun, asa ti baheula Persib teh hese pisan milarian tempat saukur jang latian. Ti Stadion sidolig, Pusdikpom Cimahi, lapang SESKOAD Gatot Soebroto, lapang football plus parongpong, sampai ayeuna ka Lapang Progresif Bandung. Terus weh pindah-pindah. Delapan tahun bukan waktu yang sebentar atuh bapak2 manajemen PT PBB! Dari dulu hingga sekarang masih saja sebatas wacana Persib punya traing ground beserta fasilitas mess pemain, pusat kebugaran dan fasilitas penunjang lainnya seperti klub-klub profesional Eropa sana.
Lalu ya sekarang ini, masalah stadion. Pasti da bobotoh mah mimpina teh Persib sebagai klub profesional boga stadion sendiri, jadi moal kisruh nyari stadion siga ayeuna. Memang bisa dimaklumi, karena di Indonesia belum ada satupun klub nya yang punya stadion milik sendiri. Kalo gitu mah sok atuh Persib jadi pionir klub profesional Indonesia yang membangun stadion sendiri, seperti halnya Juventus di Italia sana! Atau dirasa mimpi ini ketinggian? Yah minimalna atuh usul saya mah kontrak stadion teh pertahun kompetisi supaya jelas dan Persib tidak terusir2 dan jadi tim musafir seperti tim tetangga!
Mau contoh lainnya? Atuh seueur keneh! Nu pasti jadi masalah jelang laga Bigmatch (yang dibesar-besarkan media) vs kronus ini pasti da bobotoh mah tos kudu siaga 1 kana tiket pertandingan. Sudah tidak perlu ditanyakan lagi atuh legenda percaloan tiket pertandingan Persib mah!
Yang pasti melalui tulisan ini saya mengungkapkan keprihatinan bobotoh persib terhadap kondisi klub nya. Bukan maksud untuk menyudutkan salah satu pihak, akan tetapi hanya berniat untuk memberikan kritik yang diharap dapat membangun. Mudah-mudahan dapat menjadi masukan bagi semua. Hidup Persib!
Ditulis oleh seorang full-timer bobotoh Persib Bandung, dengan akun twitter @rahadianmau
Tulisan ini merupakan kiriman dari Bobotoh Persib Bandung dan tidak mencerminkan pendapat dan suara redaksi simamaung.com.
Dipersilahkan buat bobotoh yang akan menulis melalui rubrik ini. Tulisan tidak mengandung SARA, minimal 1 halam word, dan menyebutkan akun twitter/url FB supaya bisa saling bersilaturahmi. Tulisan bisa dikirim ke simamaung(.)com(@)gmail(dot)com.

Mungkin beberapa pekan terakhir ini, Bobotoh Persib sedunia sedang “galau” akan tim kesayangannya. Sanes kusabab Persib yang performa nya buruk (bahkan Persib dirasa sedang dalam tren positif setelah menang beruntun di 2 pertandingan terakhir), tetapi karena belum adanya kepastian terkait digelarnya laga kandang terakhir Persib di “liga kopi 2016” melawan Arema Cronus pada tanggal 27 Agustus 2016 nanti . Persib “terusir” dari GBLA dan SJH akibat persiapan PON XIX 2016 yang tinggal beberapa pekan lagi. Hingga tulisan ini dibuat (H-3 pertandingan), jujur, saya sebagai bobotoh Persib yang hanya bisa mengikuti perkembangannya lewat media cetak dan media sosial, merasa “keheul” dengan situasi yang menimpa Maung Bandung. Entah siapa yang harus bertanggung jawab pada permasalahan satu ini.
Harus diakui memang terjadi konflik kepentingan, urgensi yang berbeda di permasalahan ini. Memang event nasional seperti PON ini telah dicanangkan jauh2 hari sebelumnya, bahkan sebenarnya kalau tidak salah stadion GBLA pun dibangun untuk penyelenggaraan PON. Untuk mensukseskan acara PON ini tentu diperlukan persiapan maksimal, bahkan dari jauh2 hari. Terhitung, laga kandang vs Persela menjadi laga kandang Persib bermain di GBLA (kalau tidak salah). Setelah itu, punten untuk Persib dipersilahkan menjadi tim musafir, alhasil Persib pun dipaksa menjamu Barito di stadion Pakansari Cibinong, Kab. Bogor. Akan tetapi di sisi lain, Persib berkeinginan untuk menyelenggarakan pertandingan “kandang baru” nya ketika menjamu arema cronus, sabtu ini.
Kita tahu, sebagai antisipasi tidak diizinkannya persib berlaga di GBLA, persib mengambil beberapa opsi stadion lain di Jawa Barat yang dapat dikatakan masih menjadi “rumah” bagi persib, SJH di Soreang, Pakansari di Cibinong hingga Galuh di Ciamis, hingga kota-kota di luar Jabar seperti Palembang, Solo, hingga Sidoarjo. Dari pihak Persib, bahkan Ua Haji Umuh hingga memohon kepada pemerintah daerah setempat untuk dapat menggunakan stadion GBLA, SJH dan Pakansari. Akan tetapi pada perkembangannya, karena memang GBLA, SJH dan Pakansari merupakan venue PON, akhirnya Persib tidak dapat izin untuk menggunakan stadion2 tersebut oleh pihak Pemerintah setempat dan PB PON. Setelah sempat Kang Emil, Our Mayor, berkicau di medsos-nya bahwa GBLA dapat digunakan Persib pekan lalu. Kemudian Jabar1, melalui akun twitternya @aheryawan berkicau pada 22 agustus, “Krn 25 hari sblm hari H PON sdh ada persiapan pembukaan PON di GBLA maka Persib dipersilahkan bermain di Jalak Harupat. Hatur nuhun..”. Akhirnya beberapa hari lalu keluar peryataan PB PON yg tetap keukeuh GBLA tidak dapat digunakan Persib dengan alasan fokus persiapan PON yang sudah di depan mata.
Saya sebagai bobotoh melihat disini entah Persib seakan di PHP-in antara pihak pemerintah kota Bandung, Pemprov Jabar dan PB PON. Terkesan memang tidak ada koordinasi yang baik antara Pemkot Bandung Pemprov Jabar, PB PON hingga Manajemen Persib terkait izin penggunaan GBLA sebelum gelaran PON yg semakin dekat ini. Bagaimana bisa walkot memberi izin akan tetapi pihak PB PON tidak menyarankan Persib berlaga di GBLA? (dan juga stadion venue PON lainnya). Entah sebenarnya yang lebih berwenang dalam hal ini (izin penggunaan stadion venue PON)? Apakah Persib harus tunduk kepada PB PON, Pemkot setempat atau Jabar1? Seharusnya pihak2 terkait bisa berkoordinasi dengan baik, sehingga nasib Persib tidak terkatung-katung seperti ini.
Kemudian untuk pihak manajemen Persib bukannya tanpa cela. Saya rasa manajemen kurang mengantisipasi hal ini. Bila manajemen sudah mengkoordinasikan, dan mengambil antisipasi terkait gelaran PON ini, kemudian disesuaikan dengan rilis jadwal dari operator “liga kopi”, saya yakin hal ini tidak akan terjadi. Da saya oge mun rek maen bal/putsal mah harus booking sewa lapangna heula ti saacanna.
Mungkin sedikit menyambung dengan tulisan “Surat Terbuka untuk PT PBB” kang @febbylorentz di laman simamaung tgl 23/08/16, saya juga setuju dengan apa yg diutarakan kang @febbylorentz. Bagaimana bisa PT PBB yang merupakan perseroan terbatas, klub profesional, bertabur sponsor, tapi untuk urusan izin pertandingan sampai mengemis2 ke pemerintah setempat? Kieu gening cara kerjana tim profesional nomor 1 Indonesia teh?
Jujur nu abdi rasakeun sejak Persib menjadi klub profesional pada 2008 (kalau tidak salah), belum ada kemajuan berarti di bidang manajerial. Masih saja masalah-masalah lama terulang hingga tahun ini. Contoh kecilnya, upami diperhatoskeun, asa ti baheula Persib teh hese pisan milarian tempat saukur jang latian. Ti Stadion sidolig, Pusdikpom Cimahi, lapang SESKOAD Gatot Soebroto, lapang football plus parongpong, sampai ayeuna ka Lapang Progresif Bandung. Terus weh pindah-pindah. Delapan tahun bukan waktu yang sebentar atuh bapak2 manajemen PT PBB! Dari dulu hingga sekarang masih saja sebatas wacana Persib punya traing ground beserta fasilitas mess pemain, pusat kebugaran dan fasilitas penunjang lainnya seperti klub-klub profesional Eropa sana.
Lalu ya sekarang ini, masalah stadion. Pasti da bobotoh mah mimpina teh Persib sebagai klub profesional boga stadion sendiri, jadi moal kisruh nyari stadion siga ayeuna. Memang bisa dimaklumi, karena di Indonesia belum ada satupun klub nya yang punya stadion milik sendiri. Kalo gitu mah sok atuh Persib jadi pionir klub profesional Indonesia yang membangun stadion sendiri, seperti halnya Juventus di Italia sana! Atau dirasa mimpi ini ketinggian? Yah minimalna atuh usul saya mah kontrak stadion teh pertahun kompetisi supaya jelas dan Persib tidak terusir2 dan jadi tim musafir seperti tim tetangga!
Mau contoh lainnya? Atuh seueur keneh! Nu pasti jadi masalah jelang laga Bigmatch (yang dibesar-besarkan media) vs kronus ini pasti da bobotoh mah tos kudu siaga 1 kana tiket pertandingan. Sudah tidak perlu ditanyakan lagi atuh legenda percaloan tiket pertandingan Persib mah!
Yang pasti melalui tulisan ini saya mengungkapkan keprihatinan bobotoh persib terhadap kondisi klub nya. Bukan maksud untuk menyudutkan salah satu pihak, akan tetapi hanya berniat untuk memberikan kritik yang diharap dapat membangun. Mudah-mudahan dapat menjadi masukan bagi semua. Hidup Persib!
Ditulis oleh seorang full-timer bobotoh Persib Bandung, dengan akun twitter @rahadianmau
Tulisan ini merupakan kiriman dari Bobotoh Persib Bandung dan tidak mencerminkan pendapat dan suara redaksi simamaung.com.
Dipersilahkan buat bobotoh yang akan menulis melalui rubrik ini. Tulisan tidak mengandung SARA, minimal 1 halam word, dan menyebutkan akun twitter/url FB supaya bisa saling bersilaturahmi. Tulisan bisa dikirim ke simamaung(.)com(@)gmail(dot)com.

Solusi mah seueur, tapi nu hese mah realisasina.
Kumaha tah para pemangku persib???
Wantun?
Karna jajaran persib terlalu banyak mengurusi tentang juara,juara dan juara saja tidak mikir di aspek yg lain pdhal jika saja persib punya stadion sendiri itu jg bisa bt bisnis dan pemasukan klub.persib kan sdh punya nma besar apa lg yg hrs di cari,jgn cuma mikir tim senior saja tim junior tdk bgtu menonjol pembinaan jg krng bgtu serius.syang sekali klub sbsar persib
kamana sangkuriang nu katelah jaman harita bisa nyieun gunung tangkuban parahu dina waktu sapeuting,, ieu bobotoh hayang stadion bisa meurn sapoe beres..
emangna pt pbb teu bisa kitu nyieun stadion jang persib sorangan ? piraku teu bisa nyieun stadion sorangan, ongkoh cenah tim profesional …
mening nyieun stadion sorangan lah dari pada kieu mah ..