(Arena Bobotoh) Pilpres 2019, dan Bobotoh yang Terjebak
Thursday, 03 January 2019 | 14:56
Barusan saya melihat pemberitaan ada 4 orang atas nama anggota Viking mendatangi kediaman KH. Ma’ruf Amin yang merupakan Cawapres nomor urut 1 yang akan bertarung pada 17 April 2019. Empat orang tersebut terlihat membentangkan syal bertuliskan “Bobotoh Jokowi” dan juga sepertinya memberikan syal kepada KH. Ma’ruf Amin. Beritanya bisa dilihat DISINI.
Tentu saja, sebagai respon dari dukungan tersebut, KH. Ma’ruf Amin mengutarakan bahwa beliau dari dulu memang merupakan fans Persib Bandung. Hal yang logis untuk memperkuat dukungan politik bagi orang yang akan bertarung di pemilihan umum. Dalam pandangan saya, ada beberapa hal yang perlu di kritisi dalam pertemuan tersebut.
1. Politisasi Persib
Tak ada yang meragukan bahwa suporter Persib Bandung adalah salah satu yang terbesar di Indonesia. Basis-basis kekuatannya bahkan merata se-Jawa Barat, lebih dari itu bahkan merayap di hampir semua kabupaten di Banten. Dengan jumlah suporter fanatik yang besar inilah, tentu saja bisa di mobilisasi dalam hal dukung mendukung capres. Jika ditarik ke dalam sudut pandang konstitusi negara, tentu dukung mendukung capres bukanlah perkara yang dilarang. Setiap warga negara memiliki hak politik, termasuk Bobotoh. Namun ada suatu hal yang dipertaruhkan jika dukung mendukung capres itu dimunculkan sebagai identitas suporter secara keseluruhan. Celakanya jika itu terjadi, internal suporter tersebut akan terpecah, dan lebih luas jika dalam pertarungan Pilpres 2019 melahirkan suatu bentrok atau kegaduhan tingkat nasional, maka Persib Bandung akan kehilangan hampir separuh dari suporter fanatik saat ini.
Perlu juga dipahami bahwa suporter Persib lahir dari berbagai macam golongan, berbagai macam komunitas, agama, ras, dan tentu saja berbagai macam pendukung partai politik. Ketika ada segelintir orang atas nama Viking menyatakan dukungan terhadap capres Jokowi, maka bukan mustahil beberapa hari ke depan akan ada aksi tandingan oknum Viking yang juga menyatakan dukungan kepada capres Prabowo.
Perdebatan-perdebatan akun-akun pendukung Persib bukan lagi membicarakan bagaimana nasib Persib ke depannya, namun akan diisi oleh pertarungan visi misi capres. Tentu saja ini akan merugikan Persib dalam jangka panjangnya.
2. Niat Balas Dendam yang Salah
Ketika Persija juara kemarin, ada beberapa akun partai politik yang mengungkapkan apresiasi terhadap klub asal Jakarta tersebut dan disebut sebagai buah tangan manis dari Gubernur Jakarta saat ini, Anies Rasyid Baswedan. Anies ini jika dilihat dari rekam jejak politik ketika bertarung di Pilkada DKI, beliau merupakan bagian dari kubu penantang petahana Pilpres 2019, yakni kubu Prabowo. Gara-gara inilah beberapa waktu yang lalu ketika Persija juara, banyak akun suporter Persib memberikan kekecewaan terhadap partai-partai oposisi, dan hebatnya lagi kekecewaan ini di blow up oleh banyak akun pendukung petahana. Sehingga muncul suatu isu di jagad maya, seolah-olah Jakmania itu mendukung Prabowo, dan Bobotoh mendukung Jokowi.
Maka wajar saja jika saya berkesimpulan sementara bahwa aksi yang dilakukan 4 oknum Viking yang mendatangi kediaman KH. Ma’ruf Amin merupakan bentuk aksi balasan terhadap realita politik di ibu kota ketika Persija juara kemarin.
Dalam kacamata saya sebagai orang yang masih netral dalam perpolitikan pilpres, isu-isu ini justru merugikan Persib dan Persija itu sendiri. Para pendukung keduanya akan terbelah dan jelas hal ini sudah keluar dari koridor sepakbola. Hal ini bukan tanpa alasan, kita bisa lihat ketika Persija juara, isu-isu yang dimunculkan di akun-akun pendukung Prabowo mengatakan bahwa Persija juara adalah bentuk prestasi dari Anies Baswedan. Hal ini tentu mengundang reaksi dari Jakmania yang dalam Pilkada DKI 2017 mendukung Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Beberapa akun pendukung Ahok dan Jokowi mengecam keras dan mengatakan bahwa Persija juara itu justru karena hasil kerja keras Ahok.
Alasan keduanya tidak logis, karena peran gubernur dalam prestasi klub tidak begitu signifikan. Kedua-duanya sudah tidak waras. Pertanyaannya, apakah Bobotoh mau ikut-ikutan tidak waras seperti mereka?
Jelas tidak! Maka solusi terbaik dari semua ini adalah klarifikasi dari Viking Persib Club bahwa dukung mendukung capres yang sekarang ramai diberitakan tersebut hanyalah bentuk dukungan pribadi dan bukan merupakan dukungan resmi organisasi. Lebih dari itu, untuk menghindari adanya dukungan balasan dari oknum Bobotoh yang lain, maka perlu ada klarifikasi dari 4 Viking yang mendatangi kediaman KH. Ma’ruf Amin tersebut dengan memberikan keterangan bahwa mereka tidak benar-benar mewakili Bobotoh Persib.
Begitulah yang seharusnya dilakukan. Tulisan ini pun jangan di interpretasikan dalam bentuk dukungan politik. Saya menulis ini murni untuk melihat sisi-sisi negatif dari masuknya suporter dalam ranah politik praktis. Sekian terima kasih.
Ditulis oleh Idik Saeful Bahri, Bobotoh asal Kuningan, Jawa Barat, berakun Twitter @idikms

Barusan saya melihat pemberitaan ada 4 orang atas nama anggota Viking mendatangi kediaman KH. Ma’ruf Amin yang merupakan Cawapres nomor urut 1 yang akan bertarung pada 17 April 2019. Empat orang tersebut terlihat membentangkan syal bertuliskan “Bobotoh Jokowi” dan juga sepertinya memberikan syal kepada KH. Ma’ruf Amin. Beritanya bisa dilihat DISINI.
Tentu saja, sebagai respon dari dukungan tersebut, KH. Ma’ruf Amin mengutarakan bahwa beliau dari dulu memang merupakan fans Persib Bandung. Hal yang logis untuk memperkuat dukungan politik bagi orang yang akan bertarung di pemilihan umum. Dalam pandangan saya, ada beberapa hal yang perlu di kritisi dalam pertemuan tersebut.
1. Politisasi Persib
Tak ada yang meragukan bahwa suporter Persib Bandung adalah salah satu yang terbesar di Indonesia. Basis-basis kekuatannya bahkan merata se-Jawa Barat, lebih dari itu bahkan merayap di hampir semua kabupaten di Banten. Dengan jumlah suporter fanatik yang besar inilah, tentu saja bisa di mobilisasi dalam hal dukung mendukung capres. Jika ditarik ke dalam sudut pandang konstitusi negara, tentu dukung mendukung capres bukanlah perkara yang dilarang. Setiap warga negara memiliki hak politik, termasuk Bobotoh. Namun ada suatu hal yang dipertaruhkan jika dukung mendukung capres itu dimunculkan sebagai identitas suporter secara keseluruhan. Celakanya jika itu terjadi, internal suporter tersebut akan terpecah, dan lebih luas jika dalam pertarungan Pilpres 2019 melahirkan suatu bentrok atau kegaduhan tingkat nasional, maka Persib Bandung akan kehilangan hampir separuh dari suporter fanatik saat ini.
Perlu juga dipahami bahwa suporter Persib lahir dari berbagai macam golongan, berbagai macam komunitas, agama, ras, dan tentu saja berbagai macam pendukung partai politik. Ketika ada segelintir orang atas nama Viking menyatakan dukungan terhadap capres Jokowi, maka bukan mustahil beberapa hari ke depan akan ada aksi tandingan oknum Viking yang juga menyatakan dukungan kepada capres Prabowo.
Perdebatan-perdebatan akun-akun pendukung Persib bukan lagi membicarakan bagaimana nasib Persib ke depannya, namun akan diisi oleh pertarungan visi misi capres. Tentu saja ini akan merugikan Persib dalam jangka panjangnya.
2. Niat Balas Dendam yang Salah
Ketika Persija juara kemarin, ada beberapa akun partai politik yang mengungkapkan apresiasi terhadap klub asal Jakarta tersebut dan disebut sebagai buah tangan manis dari Gubernur Jakarta saat ini, Anies Rasyid Baswedan. Anies ini jika dilihat dari rekam jejak politik ketika bertarung di Pilkada DKI, beliau merupakan bagian dari kubu penantang petahana Pilpres 2019, yakni kubu Prabowo. Gara-gara inilah beberapa waktu yang lalu ketika Persija juara, banyak akun suporter Persib memberikan kekecewaan terhadap partai-partai oposisi, dan hebatnya lagi kekecewaan ini di blow up oleh banyak akun pendukung petahana. Sehingga muncul suatu isu di jagad maya, seolah-olah Jakmania itu mendukung Prabowo, dan Bobotoh mendukung Jokowi.
Maka wajar saja jika saya berkesimpulan sementara bahwa aksi yang dilakukan 4 oknum Viking yang mendatangi kediaman KH. Ma’ruf Amin merupakan bentuk aksi balasan terhadap realita politik di ibu kota ketika Persija juara kemarin.
Dalam kacamata saya sebagai orang yang masih netral dalam perpolitikan pilpres, isu-isu ini justru merugikan Persib dan Persija itu sendiri. Para pendukung keduanya akan terbelah dan jelas hal ini sudah keluar dari koridor sepakbola. Hal ini bukan tanpa alasan, kita bisa lihat ketika Persija juara, isu-isu yang dimunculkan di akun-akun pendukung Prabowo mengatakan bahwa Persija juara adalah bentuk prestasi dari Anies Baswedan. Hal ini tentu mengundang reaksi dari Jakmania yang dalam Pilkada DKI 2017 mendukung Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Beberapa akun pendukung Ahok dan Jokowi mengecam keras dan mengatakan bahwa Persija juara itu justru karena hasil kerja keras Ahok.
Alasan keduanya tidak logis, karena peran gubernur dalam prestasi klub tidak begitu signifikan. Kedua-duanya sudah tidak waras. Pertanyaannya, apakah Bobotoh mau ikut-ikutan tidak waras seperti mereka?
Jelas tidak! Maka solusi terbaik dari semua ini adalah klarifikasi dari Viking Persib Club bahwa dukung mendukung capres yang sekarang ramai diberitakan tersebut hanyalah bentuk dukungan pribadi dan bukan merupakan dukungan resmi organisasi. Lebih dari itu, untuk menghindari adanya dukungan balasan dari oknum Bobotoh yang lain, maka perlu ada klarifikasi dari 4 Viking yang mendatangi kediaman KH. Ma’ruf Amin tersebut dengan memberikan keterangan bahwa mereka tidak benar-benar mewakili Bobotoh Persib.
Begitulah yang seharusnya dilakukan. Tulisan ini pun jangan di interpretasikan dalam bentuk dukungan politik. Saya menulis ini murni untuk melihat sisi-sisi negatif dari masuknya suporter dalam ranah politik praktis. Sekian terima kasih.
Ditulis oleh Idik Saeful Bahri, Bobotoh asal Kuningan, Jawa Barat, berakun Twitter @idikms

Boboloho Persib eta mah