(Arena Bobotoh) Biarkan Dado Terus Terbang Tinggi
Sunday, 21 August 2016 | 17:54
Sama halnya seperti di belahan dunia manapun. Kedatangan pemain baru selalu menghadirkan semangat dan optimisme baru. Begitu pula dengan berita mengenai kedatangan Diogo Alexandre Fereira yang kabarnya akan segera memperkuat Persib Bandung. Meskipun dari namanya saja kita tahu bahwa Diogo berasal dari Amerika Selatan. Akan tetapi ia sendiri memiliki paspor Australia yang membuat ia masuk dalam kategori pemain asing Asia.
Berposisi sebagai bek tengah dan gelandang bertahan, atau bahkan sewaktu-waktu bisa dimainkan sebagai bek kanan. Membuat ekspektasi juga muncul terhadap pemain yang sempat memperkuat Perth Glory di Liga Australia ini. Tidak sedikit bobotoh yang beranggapan bahwa Diogo mungkin akan bermain di posisi bek kanan. Sektor yang selama ini dianggap sebagai lubang besar dalam tim Persib Bandung. Tapi yang lain juga beranggapan bahwa mungkin saja Diogo akan bermain sebagai gelandang. Sektor lain yang dirasa bobotoh sebagai bagian tim yang kurang meyakinkan.
Ketimbang posisi bek kanan yang di mana permasalahan masih bisa teratasi. Terutama dengan semakin membaiknya penampilan dari Jajang Sukmara yang dalam beberapa pertandingan terakhir ditempatkan di posisi tersebut. Sektor gelandang tentu menjadi yang paling menarik perhatian. Diogo mungkin saja akan ditempatkan di posisi tersebut oleh pelatih Djadjang Nurdjaman. Sejak ditinggal Firman Utina, mesin generator Persib seakan kepayahan. Ada sesuatu yang hilang. Hariono sering seperti bekerja sendirian di lini tengah. Kim Kuniawan dan Taufik tampaknya belum bisa menjadi pendamping yang sepadan untuk wakil kapten Persib tersebut. Diogo mungkin adalah sosok yang memang dicari.
Diantara ekspektasi terhadap pemain baru dan juga permasalahan sektor gelandang. Banyak sekali bobotoh yang berharap gelandang muda, Dedi Kusnandar, untuk kembali pulang. Seperti yang kita tahu, pemuda asal Jatinangor ini sedang bermain di negeri jiran. Pun tidak sedikit ungkapan yang muncul terkait permintaan untuk pulang bagi pemain yang akrab disapa Dado ini. Terutama ketika para gelandang yang kini dimiliki oleh Persib bermain tidak memuaskan. Banyak pihak yang sepakat bahwa solusi untuk masalah yang dimiliki oleh Persib saat ini adalah memanggil Dado pulang.
Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah, apakah memulangkan Dado adalah solusi yang bagus?
Jawaban untuk pertanyaan ini tentu saja betul. Memulangkan Dado mungkin bisa saja menjadi solusi untuk kurang trengginasnya lini tengah Persib saat ini. Tentu semua bobotoh juga bisa melihat bagaimana kualitas Dado ketika berseragam Persib baik di tim muda ataupun tim senior, sesaat hingga kemudian ia hijrah ke Malaysia.
Akan tetapi saya pribadi memiliki pemikiran tersendiri terkait memulangkan Dado. Mungkin saya berada di sisi yang berbeda ketimbang kebanyakan bobotoh. Memulangkan Dado mungkin bisa menjadi solusi bagi Persib. Tetapi hal tersebut bukanlah sesuatu yang tepat. Terutama bagi perjalanan karier yang sedah ditempuh oleh seorang Dedi Kusnandar.
Apakah ini berarti saya tidak menginginkan Persib setidaknya kembali ke tahap yang lebih baik? Tentu tidak. Di mana lagi kita akan menemukan sosok gelandang yang bertipe seperti Dado? Terutama dengan usia yang sama atau lebih muda. Visinya tajam, pengoper yang baik. Apalagi ia juga handal dalam urusan mengeksekusi tendangan bebas. Dado berbeda dengan kebanyakan gelandang yang dimiliki Indonesia saat ini yang bertipe breaker atau ball winner. Contoh, Hariono dan Bayu Pradana. Dado bahkan bisa saja menjalani peran untuk mengatur permainan dari zona lapangan yang lebih dalam. Kemampuan Dado tentu memang spesial.
Tapi Dado saat ini berada dalam jalur yang benar untuk mengembangkan kariernya. Bermain di luar negeri berarti keluar dari zona nyaman. Dado saat ini sedang menguji kemampuan dan kualitas permainan dari dirinya sendiri. Dengan environment yang berbeda. Ini juga memungkinkan Dado untuk terus berkembang. Mungkin saat ini Dado ‘hanya’ bermain di level kedua kompetisi.
Namun mengingat peran besarnya untuk kesebelasannya saat ini. Bukan tidak mungkin Dado bisa saja memikat tim lain yang lebih besar atau bermain di level utama. Lebih jauh lagi, ini juga akan memudahkan Indonesia ketika bermain di level internasional karena para pemainnya sudah memiliki pengalaman bermain di suatu negara. Ada sebuah peningkatan dalam hal level permainan. Meskipun mungkin lingkupnya masih dalam kawasan Asia Tenggara.
Terlebih lagi, bermain di Malaysia juga memungkinkan untuk tersorot secara global. Kalau berkesempatan untuk mengunjungi laman sepakbola internasional yang khas dengan warna hijau. Anda bisa menemukan bahwa hanya ada dua lingkup sepakbola Asia yang memiliki kolom khusus. Yaitu sepakbola Singapura dan Malaysia. Bahkan Jepang dan Republik Korea kolomnya berada dalam kolom Asia yang lebih umum. Seingat saya, nama Dado bahkan beberapa kali disebutkan.
Yang dilakukan Dado terhitung sangat luar biasa untuk pemain Indonesia kebanyakan. Seperti yang kita tahu, kebanyakan para pemain Indonesia enggan bermain di luar negeri karena takut jauh dari keluarga dan perihal lainnya. Bahkan para pemain di usia Dado sepertinya sudah merasa cukup ketika sudah bermain di level teratas kompetisi sepakbola Indonesia. Bahkan, meskipun pada akhirnya mereka jarang bermain atau bahkan kehadirannya di stadion justru berada di tribun yang sama dengan penonton. Dado ingin menguji dirinya sendiri. Dado ingin meningkatkan kemampuan diri. Dado ingin lebih baik. Dado ingin melangkah lebih jauh. Dado ingin terbang setinggi mungkin.
Saya pribadi lebih ingin Dado kembali ke Persib dalam keadaan lebih matang. Bahkan kalau perlu setelah ia mengecap banyak prestasi dalam taraf internasional. Dengan kata lain, Dado kembali ke Persib dalam usia senja.
Akan tetapi, kepulangan Dado mungkin saja terjadi lebih cepat. Dengan alasan klasik. Karena federasi dan badan Tim Nasional terlalu malas dan pelit untuk memantau pemain yang berlaga di luar negeri.
Ditulis oleh: Aun Rahman, mahasiswa Pascasarjana dengan akun twitter @aunrrahman

Sama halnya seperti di belahan dunia manapun. Kedatangan pemain baru selalu menghadirkan semangat dan optimisme baru. Begitu pula dengan berita mengenai kedatangan Diogo Alexandre Fereira yang kabarnya akan segera memperkuat Persib Bandung. Meskipun dari namanya saja kita tahu bahwa Diogo berasal dari Amerika Selatan. Akan tetapi ia sendiri memiliki paspor Australia yang membuat ia masuk dalam kategori pemain asing Asia.
Berposisi sebagai bek tengah dan gelandang bertahan, atau bahkan sewaktu-waktu bisa dimainkan sebagai bek kanan. Membuat ekspektasi juga muncul terhadap pemain yang sempat memperkuat Perth Glory di Liga Australia ini. Tidak sedikit bobotoh yang beranggapan bahwa Diogo mungkin akan bermain di posisi bek kanan. Sektor yang selama ini dianggap sebagai lubang besar dalam tim Persib Bandung. Tapi yang lain juga beranggapan bahwa mungkin saja Diogo akan bermain sebagai gelandang. Sektor lain yang dirasa bobotoh sebagai bagian tim yang kurang meyakinkan.
Ketimbang posisi bek kanan yang di mana permasalahan masih bisa teratasi. Terutama dengan semakin membaiknya penampilan dari Jajang Sukmara yang dalam beberapa pertandingan terakhir ditempatkan di posisi tersebut. Sektor gelandang tentu menjadi yang paling menarik perhatian. Diogo mungkin saja akan ditempatkan di posisi tersebut oleh pelatih Djadjang Nurdjaman. Sejak ditinggal Firman Utina, mesin generator Persib seakan kepayahan. Ada sesuatu yang hilang. Hariono sering seperti bekerja sendirian di lini tengah. Kim Kuniawan dan Taufik tampaknya belum bisa menjadi pendamping yang sepadan untuk wakil kapten Persib tersebut. Diogo mungkin adalah sosok yang memang dicari.
Diantara ekspektasi terhadap pemain baru dan juga permasalahan sektor gelandang. Banyak sekali bobotoh yang berharap gelandang muda, Dedi Kusnandar, untuk kembali pulang. Seperti yang kita tahu, pemuda asal Jatinangor ini sedang bermain di negeri jiran. Pun tidak sedikit ungkapan yang muncul terkait permintaan untuk pulang bagi pemain yang akrab disapa Dado ini. Terutama ketika para gelandang yang kini dimiliki oleh Persib bermain tidak memuaskan. Banyak pihak yang sepakat bahwa solusi untuk masalah yang dimiliki oleh Persib saat ini adalah memanggil Dado pulang.
Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah, apakah memulangkan Dado adalah solusi yang bagus?
Jawaban untuk pertanyaan ini tentu saja betul. Memulangkan Dado mungkin bisa saja menjadi solusi untuk kurang trengginasnya lini tengah Persib saat ini. Tentu semua bobotoh juga bisa melihat bagaimana kualitas Dado ketika berseragam Persib baik di tim muda ataupun tim senior, sesaat hingga kemudian ia hijrah ke Malaysia.
Akan tetapi saya pribadi memiliki pemikiran tersendiri terkait memulangkan Dado. Mungkin saya berada di sisi yang berbeda ketimbang kebanyakan bobotoh. Memulangkan Dado mungkin bisa menjadi solusi bagi Persib. Tetapi hal tersebut bukanlah sesuatu yang tepat. Terutama bagi perjalanan karier yang sedah ditempuh oleh seorang Dedi Kusnandar.
Apakah ini berarti saya tidak menginginkan Persib setidaknya kembali ke tahap yang lebih baik? Tentu tidak. Di mana lagi kita akan menemukan sosok gelandang yang bertipe seperti Dado? Terutama dengan usia yang sama atau lebih muda. Visinya tajam, pengoper yang baik. Apalagi ia juga handal dalam urusan mengeksekusi tendangan bebas. Dado berbeda dengan kebanyakan gelandang yang dimiliki Indonesia saat ini yang bertipe breaker atau ball winner. Contoh, Hariono dan Bayu Pradana. Dado bahkan bisa saja menjalani peran untuk mengatur permainan dari zona lapangan yang lebih dalam. Kemampuan Dado tentu memang spesial.
Tapi Dado saat ini berada dalam jalur yang benar untuk mengembangkan kariernya. Bermain di luar negeri berarti keluar dari zona nyaman. Dado saat ini sedang menguji kemampuan dan kualitas permainan dari dirinya sendiri. Dengan environment yang berbeda. Ini juga memungkinkan Dado untuk terus berkembang. Mungkin saat ini Dado ‘hanya’ bermain di level kedua kompetisi.
Namun mengingat peran besarnya untuk kesebelasannya saat ini. Bukan tidak mungkin Dado bisa saja memikat tim lain yang lebih besar atau bermain di level utama. Lebih jauh lagi, ini juga akan memudahkan Indonesia ketika bermain di level internasional karena para pemainnya sudah memiliki pengalaman bermain di suatu negara. Ada sebuah peningkatan dalam hal level permainan. Meskipun mungkin lingkupnya masih dalam kawasan Asia Tenggara.
Terlebih lagi, bermain di Malaysia juga memungkinkan untuk tersorot secara global. Kalau berkesempatan untuk mengunjungi laman sepakbola internasional yang khas dengan warna hijau. Anda bisa menemukan bahwa hanya ada dua lingkup sepakbola Asia yang memiliki kolom khusus. Yaitu sepakbola Singapura dan Malaysia. Bahkan Jepang dan Republik Korea kolomnya berada dalam kolom Asia yang lebih umum. Seingat saya, nama Dado bahkan beberapa kali disebutkan.
Yang dilakukan Dado terhitung sangat luar biasa untuk pemain Indonesia kebanyakan. Seperti yang kita tahu, kebanyakan para pemain Indonesia enggan bermain di luar negeri karena takut jauh dari keluarga dan perihal lainnya. Bahkan para pemain di usia Dado sepertinya sudah merasa cukup ketika sudah bermain di level teratas kompetisi sepakbola Indonesia. Bahkan, meskipun pada akhirnya mereka jarang bermain atau bahkan kehadirannya di stadion justru berada di tribun yang sama dengan penonton. Dado ingin menguji dirinya sendiri. Dado ingin meningkatkan kemampuan diri. Dado ingin lebih baik. Dado ingin melangkah lebih jauh. Dado ingin terbang setinggi mungkin.
Saya pribadi lebih ingin Dado kembali ke Persib dalam keadaan lebih matang. Bahkan kalau perlu setelah ia mengecap banyak prestasi dalam taraf internasional. Dengan kata lain, Dado kembali ke Persib dalam usia senja.
Akan tetapi, kepulangan Dado mungkin saja terjadi lebih cepat. Dengan alasan klasik. Karena federasi dan badan Tim Nasional terlalu malas dan pelit untuk memantau pemain yang berlaga di luar negeri.
Ditulis oleh: Aun Rahman, mahasiswa Pascasarjana dengan akun twitter @aunrrahman

mangga geura komentaran bobotoh,,,da kuring minder ngomen artikel ieu teh,,maklum ah abdi mah sakolana ge di tengah sawah,,b
isin ah ngomen artikel ieu mah anu nyeratna ge tukang sarjana S2 deuih
abdi mah mung lulusan SD dilembur :/D
Haha,,, enya sih, sok rada kararagok ari ningali tulisan panghandapna dina artikel teh,,,
Aku mah apa atuh,,,,,
sami abdi ge ..isin ahhh,,maklum abdi mah budak dusun nu ti kampung,,,sanes timpalanna ka pasca sarjana mah
Isin ahh, abdi mah naon atuh pagawean teh pangangguran di imah, ngan sare, hudang, dahar, ngahuleung bari ngacayy di lawang panto.
Tapi da bobotoh mah dek wali kota ciga kang Emil ge sami mreun nya bobotoh teu aya status dan embel-embel hehehe..
alhamdulillah abdi tos S3 (dibiayaan pamarentah da teu boga duit sorangan).. mung ngiring isin bade komen teh 🙂
Tong isin” lurd tuch abdi g geningan ngomentar?