(Arena Bobotoh) Berharap pada Feeling Djanur
Tuesday, 07 March 2017 | 21:15
“PERSIB eleh euy”, “Teu milik ieu mah, peluang mah da loba”, “Kim, ternyata modal ganteng saja tidak cukup”, “Tihang weh haben!” itulah beberapa ungkapan yang muncul dari teman, kolega dan keluarga ketika Persib menelan kekalahan sekaligus mengakhiri langkahnya di Piala Presiden 2017 Minggu 5 Maret lalu. Terlepas dari kurang baiknya performa Persib ketika bermain di Leg 1, ada beberapa faktor yang menjadi biang kekalahan Persib minggu lalu, mulai dari tidak beruntung karena beberapa peluang yang digagalkan kiper Perseba PBFC Wawan Hendrawan dan Kusen gawang, tidak fokusnya lini pertahanan dalam mengantisipasi bola mati, ketangguhan Dirkir Glay dkk, emang lain milik, sampai yang terakhir yaitu eksekusi penalti Kim Jeffrey yang terlihat kurang percaya diri dalam melakukan tendangan.
Kecewa? Memang,
BeTe? Muhun
Teu ngareunah dahar? Leres
Teu pararuguh gawe? aslina.
Selain rasa teu pararuguh yang timbul dari kekalahan kemarin, saya melihat ada hal menarik yang Djanur sampaikan ketika post match press-conference. “Itu tanggung jawab saya, karena saya yang memilih eksekutor penalti. Saya mohon maaf, feeling saya tidak jalan hari ini. Saya juga mohon maaf kepada bobotoh yang sudah support, tapi mereka harus kecewa ”, (Goal)(http://www.goal.com/id-ID/news/13582/piala-presiden/2017/03/06/33341312/djadjang-nurdjaman-feeling-saya-tidak-jalan).
FEELING SAYA TIDAK JALAN HARI INI. Yaks betul sekali, dengan mengesampingkan ketidak beruntungan pada match kemarin feeling Djanur memang sedang tidak jalan, dan sayangnya itu terjadi ketika Djanur menentukan penendang-penendang pinalti dalam babak pipinaltian. Kim “kulimis” Jeffrey yang menjadi algojo ke-3 bagi persib kurang percaya diri dalam melakukan tendangan dan bola hasil tendangannya jauh dari sasaran. Mengeksekusi pinalti memang sulit terlebih pada situasi krusial seperti kemarin, pemain sekelas Baresi dan Baggio saja bisa gagal pinalti ketika final Piala Dunia 94 lalu. Tapi yaaaa gagal tetap saja gagal, Persib gugur di PilPres 2017.
Kembali ke Feeling Djanur, seperti kita ketahui bersama bahwa kemampuan Djanur dalam merubah strategi ketika pertandingan berlangsung bisa dibilang cukup ciamik meskipun dengan base-formation yang tidak jauh dari 4-2-3-1 atau baru-baru ini menggunakan 4-1-4-1 di Liga Kopi tahun lalu. Beberapa contoh keciamikan Feeling janur dalam merubah strategi dan membaca permainan lawan bisa kita lihat di pertandingan-pertandingan berikut ini:
vs AREMA CRONUS ISL 2014 ketika di babak pertama tertinggal 0-2, malik jadi 3-2.
Semifinal ISL 2014 dengan lawan yang sama Persib berhasil menang 3-1 ketika sebelumnya tertinggal 0-1.
vs Persipura pada pertandingan yang sangat krusial, Feeling Djanur sangat jitu untuk memasang para algojo pinalti untuk mengakhiri dahaga 19 tahun tanpa gelar liga.
vs PBFC di Pilpres 2015 ketika berhasil membalikan kedudukan 0-1 menjadi 2-1 (King Zamrun membokongi Iwan Setiawan).
vs Persela di Piala Jend. Sudirman ketika kejar mengejar skor hingga ditutup oleh gol Don Konate dengan skor 3-2 (Turnamen terakhir si Ganteng Konate).
Selain feeling yang bagus dalam membaca dan merubah strategi saat pertandingan, Djanur juga memiliki feeling yang bagus dalam melakukan penilaian dan perekrutan terhadap pemain. Berikut beberapa contoh kemujaraban feeling Djanur dalam menilai dan merekrut pemain:
Jupe, ketika gagal merekrut Fachrudin dari Madura Jupe langsung didatangkan dan hasilnya buka puasa gelar 19 tahun.
Vujovic, hanya dengan 1 kali pertandingan uji coba vs DC United, Djanur langsung mengikatnya dan menjadikan Vlado+Jupe sebagai duet Bendungan Jatiluhur dalam mengarungi ISL2014, dan PilPres2015.
Dado, Djanur sempat gagal dalam merekrut Dado di ISL 2014 namun bisa ditutupi oleh Bos Opik “Animo”. Dado baru bisa didatangkan pada ISL QNB League 2015 dan mampu meng-cover peran Bang Utina dalam hal operan manja dan long pass ciamik, meskipun tingkat ke-Preman-an Dado di lapangan belum bisa melangkahi Bang Utina. Menghasilkan PilPres 2015.
Spasojevic, sebelum ISL QNB League 2015 dilaksanakan, Persib kelimpungan ketika Djibril lapur, dan Ferdinand cabut. Tak kurang dari belasan pemain asing diseleksi untuk mengisi pos Striker namun Djanur tetap sabar dan menilai dengan sangat teliti, akhirnya Feeling-na mah ka Spaso, jika PSSI tidak dibekukan dan Liga 2015 tidak dihentikan, bukan tidak mungkin gelar jawara bertahan ISL bisa direngkuh. Spaso memberikan gelar PilPres 2015.
Keciamikan dan Kemujaraban Feeling Djanur dalam merubah strategi dan menilai pemain agaknya kurang terlihat dalam gelaran Piala Presiden 2017 ini, terlihat dari persiapan tim yang hanya memiliki satu striker murni yaitu Sergio, dan satu gelandang serang (yang dianggap) serba bisa yaitu Erick Weeks, ketika Sergio absen karena cedera dan Erick ternyata tak sesuai ekspektasi membuat permainan Persib tidak jauh-jauh dari memanfaatkan dua sayap yaitu Atep “Shark Fin” Se7en, dan Febri “RX” Bow. Strategi yang bila tidak ada alternatifnya akan mudah dibaca lawan.
Evaluasi kerap digaungkan oleh bobotoh dan Persib itu sendiri setelah hasil minor di turnamen pra-musim PilPres 2017 ini. Semoga evaluasi yang akan dilakukan Persib untuk Liga 1 nanti akan membuat Tim ini menjadi lebih kompak lagi. Karena menurut harewos bojong, Djanur memiliki kelebihan dalam ketenangan di ruang ganti dan mampu membuat pemain menjadi nyaman yang bisa membuat permainan di lapangan menjadi kompak.
Selain itu diharapkan juga Feeling Djanur yang akan kembali tajam setajam silet dalam hal meracik strategi yang bervariasi untuk menghadapi lawan-lawan yang memiliki gaya bermain yang berbeda-beda. Untuk penambahan pemain, dengan didepaknya Willie Overtoom, David Lofquist serta Mirko Livaja dari proses Seleksi, penulis berharap Feeling Djanur dalam menilai dan merekrut pemain pun kembali ciamik khususnya pada posisi striker back up atau tandem Sergio dan Gelandang serang se-aduhai Don Konate. Peran Preman Lapangan yang dahulu diemban bang Utina mungkin sudah saatnya diemban oleh Mas H24.
Untuk mengakhiri tulisan opini dari seseorang tuna asmara pecinta ini, saya rasa sudah saatnya kita kembali mendengungkan kembali tagar #InDjanurWeTrust.
Penulis merupakan seorang bobotoh dan seorang penyabar yang setiap tahun menunggu buka puasa gelar serie a AC Milan. dapat dilongok di akun twitter @si_reja dan akun IG @rezapratama21

“PERSIB eleh euy”, “Teu milik ieu mah, peluang mah da loba”, “Kim, ternyata modal ganteng saja tidak cukup”, “Tihang weh haben!” itulah beberapa ungkapan yang muncul dari teman, kolega dan keluarga ketika Persib menelan kekalahan sekaligus mengakhiri langkahnya di Piala Presiden 2017 Minggu 5 Maret lalu. Terlepas dari kurang baiknya performa Persib ketika bermain di Leg 1, ada beberapa faktor yang menjadi biang kekalahan Persib minggu lalu, mulai dari tidak beruntung karena beberapa peluang yang digagalkan kiper Perseba PBFC Wawan Hendrawan dan Kusen gawang, tidak fokusnya lini pertahanan dalam mengantisipasi bola mati, ketangguhan Dirkir Glay dkk, emang lain milik, sampai yang terakhir yaitu eksekusi penalti Kim Jeffrey yang terlihat kurang percaya diri dalam melakukan tendangan.
Kecewa? Memang,
BeTe? Muhun
Teu ngareunah dahar? Leres
Teu pararuguh gawe? aslina.
Selain rasa teu pararuguh yang timbul dari kekalahan kemarin, saya melihat ada hal menarik yang Djanur sampaikan ketika post match press-conference. “Itu tanggung jawab saya, karena saya yang memilih eksekutor penalti. Saya mohon maaf, feeling saya tidak jalan hari ini. Saya juga mohon maaf kepada bobotoh yang sudah support, tapi mereka harus kecewa ”, (Goal)(http://www.goal.com/id-ID/news/13582/piala-presiden/2017/03/06/33341312/djadjang-nurdjaman-feeling-saya-tidak-jalan).
FEELING SAYA TIDAK JALAN HARI INI. Yaks betul sekali, dengan mengesampingkan ketidak beruntungan pada match kemarin feeling Djanur memang sedang tidak jalan, dan sayangnya itu terjadi ketika Djanur menentukan penendang-penendang pinalti dalam babak pipinaltian. Kim “kulimis” Jeffrey yang menjadi algojo ke-3 bagi persib kurang percaya diri dalam melakukan tendangan dan bola hasil tendangannya jauh dari sasaran. Mengeksekusi pinalti memang sulit terlebih pada situasi krusial seperti kemarin, pemain sekelas Baresi dan Baggio saja bisa gagal pinalti ketika final Piala Dunia 94 lalu. Tapi yaaaa gagal tetap saja gagal, Persib gugur di PilPres 2017.
Kembali ke Feeling Djanur, seperti kita ketahui bersama bahwa kemampuan Djanur dalam merubah strategi ketika pertandingan berlangsung bisa dibilang cukup ciamik meskipun dengan base-formation yang tidak jauh dari 4-2-3-1 atau baru-baru ini menggunakan 4-1-4-1 di Liga Kopi tahun lalu. Beberapa contoh keciamikan Feeling janur dalam merubah strategi dan membaca permainan lawan bisa kita lihat di pertandingan-pertandingan berikut ini:
vs AREMA CRONUS ISL 2014 ketika di babak pertama tertinggal 0-2, malik jadi 3-2.
Semifinal ISL 2014 dengan lawan yang sama Persib berhasil menang 3-1 ketika sebelumnya tertinggal 0-1.
vs Persipura pada pertandingan yang sangat krusial, Feeling Djanur sangat jitu untuk memasang para algojo pinalti untuk mengakhiri dahaga 19 tahun tanpa gelar liga.
vs PBFC di Pilpres 2015 ketika berhasil membalikan kedudukan 0-1 menjadi 2-1 (King Zamrun membokongi Iwan Setiawan).
vs Persela di Piala Jend. Sudirman ketika kejar mengejar skor hingga ditutup oleh gol Don Konate dengan skor 3-2 (Turnamen terakhir si Ganteng Konate).
Selain feeling yang bagus dalam membaca dan merubah strategi saat pertandingan, Djanur juga memiliki feeling yang bagus dalam melakukan penilaian dan perekrutan terhadap pemain. Berikut beberapa contoh kemujaraban feeling Djanur dalam menilai dan merekrut pemain:
Jupe, ketika gagal merekrut Fachrudin dari Madura Jupe langsung didatangkan dan hasilnya buka puasa gelar 19 tahun.
Vujovic, hanya dengan 1 kali pertandingan uji coba vs DC United, Djanur langsung mengikatnya dan menjadikan Vlado+Jupe sebagai duet Bendungan Jatiluhur dalam mengarungi ISL2014, dan PilPres2015.
Dado, Djanur sempat gagal dalam merekrut Dado di ISL 2014 namun bisa ditutupi oleh Bos Opik “Animo”. Dado baru bisa didatangkan pada ISL QNB League 2015 dan mampu meng-cover peran Bang Utina dalam hal operan manja dan long pass ciamik, meskipun tingkat ke-Preman-an Dado di lapangan belum bisa melangkahi Bang Utina. Menghasilkan PilPres 2015.
Spasojevic, sebelum ISL QNB League 2015 dilaksanakan, Persib kelimpungan ketika Djibril lapur, dan Ferdinand cabut. Tak kurang dari belasan pemain asing diseleksi untuk mengisi pos Striker namun Djanur tetap sabar dan menilai dengan sangat teliti, akhirnya Feeling-na mah ka Spaso, jika PSSI tidak dibekukan dan Liga 2015 tidak dihentikan, bukan tidak mungkin gelar jawara bertahan ISL bisa direngkuh. Spaso memberikan gelar PilPres 2015.
Keciamikan dan Kemujaraban Feeling Djanur dalam merubah strategi dan menilai pemain agaknya kurang terlihat dalam gelaran Piala Presiden 2017 ini, terlihat dari persiapan tim yang hanya memiliki satu striker murni yaitu Sergio, dan satu gelandang serang (yang dianggap) serba bisa yaitu Erick Weeks, ketika Sergio absen karena cedera dan Erick ternyata tak sesuai ekspektasi membuat permainan Persib tidak jauh-jauh dari memanfaatkan dua sayap yaitu Atep “Shark Fin” Se7en, dan Febri “RX” Bow. Strategi yang bila tidak ada alternatifnya akan mudah dibaca lawan.
Evaluasi kerap digaungkan oleh bobotoh dan Persib itu sendiri setelah hasil minor di turnamen pra-musim PilPres 2017 ini. Semoga evaluasi yang akan dilakukan Persib untuk Liga 1 nanti akan membuat Tim ini menjadi lebih kompak lagi. Karena menurut harewos bojong, Djanur memiliki kelebihan dalam ketenangan di ruang ganti dan mampu membuat pemain menjadi nyaman yang bisa membuat permainan di lapangan menjadi kompak.
Selain itu diharapkan juga Feeling Djanur yang akan kembali tajam setajam silet dalam hal meracik strategi yang bervariasi untuk menghadapi lawan-lawan yang memiliki gaya bermain yang berbeda-beda. Untuk penambahan pemain, dengan didepaknya Willie Overtoom, David Lofquist serta Mirko Livaja dari proses Seleksi, penulis berharap Feeling Djanur dalam menilai dan merekrut pemain pun kembali ciamik khususnya pada posisi striker back up atau tandem Sergio dan Gelandang serang se-aduhai Don Konate. Peran Preman Lapangan yang dahulu diemban bang Utina mungkin sudah saatnya diemban oleh Mas H24.
Untuk mengakhiri tulisan opini dari seseorang tuna asmara pecinta ini, saya rasa sudah saatnya kita kembali mendengungkan kembali tagar #InDjanurWeTrust.
Penulis merupakan seorang bobotoh dan seorang penyabar yang setiap tahun menunggu buka puasa gelar serie a AC Milan. dapat dilongok di akun twitter @si_reja dan akun IG @rezapratama21

Nyarios naon jang asa tunduh….ari abdi sahanya..
BERHARAP DAPAT RAHMAT DAN PILIHAN ALLAH SWT. SEMOGA PEMAIN BARU MEMUASKAN DAN BISA BERSAMA MEMPERTAHANKAN JUARA LIGA. AAMMIIN YA ALLAH SWT. AAMMIIN.
Sebelum kompetisi dimulai Persib banyak yg harus di benahi :
1. Tim pencari pemain kdu jeli diposisi mana yg sekarang dibutuhkan dan pemain yg berkualitas (terutama striker) jangan di boongin agen melulu…!!!
2. Mental bertanding terutama laga away jelas pemain kurang PD
3. Strategi pelatih jangan monoton gampang kebaca lawan, salah/telat penggantian pemain, terlalu andalkan pemain yg itu itu saja dll.
4.Regenarasi pemain muda lambat karena jarang di mainkan, ( kalah cepat dengan tim lain pemain muda malah jadi tim inti) , sehingga terlalu jauh perbedaan tim inti dan cadangan nya.
5.Persib cukup dana banyak sponsor dll tapi sulit dapatkan pemain berkualitas, berbeda dengan tim lain sukses sperti :Seceremnto (SP) Marlon D Sylva(M Kukar) Reinaldo (PBFC) pdahal nilai kontrak nya relatif kjangkau ?
si eja euy