(Arena Bobotoh) Berharap Adanya Transfer Pemain yang Transparan
Friday, 17 March 2017 | 20:05
Beberapa hari ini Persib sedang ramai diberitakan, baik oleh media lokal maupun media luar negeri. Porsinya pun mengalahkan pemberitaan final Piala Presiden yang berlangsung seperti partai ujicoba, maupun pemberitaan tentang siapa yang jadi juara nya (ulah bari nyanyi pas maca ieu). Sudah kita tahu semua sebabnya, kebijakan transfer (pembelian pemain) Persib dimusim ini yang dengan nyata dan konkrit mendatangkan Michael Essien, pemain berlabel bintang top dunia dengan reputasi mentereng.
Persib memang bukan klub Indonesia pertama yang mendaratkan pesepakbola top di tanah air, pernah ada nama-nama besar di medio 90-an seperti Mario Kempes dan juga Roger Mila yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan dengan Jessica Mila. Lee Hendrie, Markus Bent dan sederet nama-nama tenar yang pernah memperkuat beberapa klub di Indonesia.
Saya disini bukan untuk membicarakan Essien da ceuk si Simamaung tema na ayeuna mah soal kebijakan (free) transfer Persib. Dari awal pembentukan tim untuk mengarungi Piala Presiden dan Liga 1 yang sekarang menjadi Liga Gojek, bobotoh dibuat gegeremet dengan lambatnya perekrutan pemain yang dilakukan manajemen. Nama-nama yang sempat dikaitkan dengan Persib dan dipikahayang bobotoh lepas begitu saja ke klub lain atau pun memperpanjang kontrak bersama klub lamanya. Patrick Cruz yang lebih memilih Liga Vietnam sebagai batu loncatan menuju Eropa (padahal mah mun emang alus, maen di Persib ge pasti dilirik kleub Eropa. Contona : Bekamenga) atau Irfan Bachdim yang berlabuh ke Bali united, Rizky Ripora yang memilih bertahan bersama Barito Putera. Jajang Mulyana nu hayang maen di Persib nepi ka nelepon Djajang Nurjaman. Dan masih banyak yang lainnya, poho saha deui. Djanur, Wa Haji dan rengrengan manajemen bersikap santai menanggapi lepasnya beberapa pemain bidikan dan yang di rumorkan akan berlabuh ke Bandung.
Seiring berjalannya waktu, yang ditemani pilu nya rindu, dan dibayangi kenangan masa lalu, dan mungkin juga dihinggapi rasa bosan dalam menyeleksi pemain asing, manajemen lalu berencana mendatangkan pemain kelas dunia untuk memperkuat Persib di musim ini. Datang weh si Essien. Ini tidak lepas dari misi Persib sendiri untuk mempertahankan gelar Juara Liga Indonesia yang Insha Alloh akan kembali ke bumi Pasundan dan untuk memperkenalkan nama (daya jual) Persib agar lebih mendunia, yang sejauh ini berhasil, dengan dimuatnya berita bergabungnya Essien ke Persib oleh media-media kenamaan dunia. Sebut saja ESPN FC, BBC, Dailymail, Simamaung dan lain-lain. Tidak hanya disitu, media sosial pun ramai membicarakan ataupun memberikan ucapan selamat kepada Essien dan Persib. Kebijakan (free) transfer Persib tidak hanya berimbas pada internal Persib sendiri tapi lebih luas. Ini juga membuat operator liga menelurkan aturan baru untuk penggunaan pemain asing yaitu marquee player yang digunakan di MLS (Amerika) dan A-League (Australia). Aturan marquee player ini pun menurut PSSI minimal pernah bermain di liga top dan pernah bermain di tiga edisi piala dunia terakhir, CMIIW. Dan setiap tim tidak dipaksakan untuk memiliki 1 marquee player. Mun mampu mangga, mun teu mampu tong maksakeun.
Tentunya tidak sedikit pundi-pundi yang dikeluarkan oleh Persib untuk mendatangkan pemain sekaliber Essien, dan tidak sedikit pula dana yang bakal didapat Persib dari datangnya Essien ke Bandung. Simbiosis Mutualisme. Dikabarkan pada hari pertama penjualan jersey original dengan nomor punggung 5 sudah mencapai ratusan pemesan, dan itupun jersey musim lalu, karena untuk musim ini Persib belum memperkenalkan jersey yang akan dipakai untuk mengarungi Liga.
Perpindahan pemain selalu dibarengi dengan penandatanganan kontrak. Manajemen Persib dan mungkin seluruh tim di Indonesia, tidak terbuka terkait nilai kontrak maupun besaran gaji tiap individu pemain yang berlabuh di tim. Hal-hal seperti ini masih tabu di Indonesia. Entah, mungkin untuk menjaga kondusifitas tim agar tidak ada kecemburuan sosial antar pemain, atau karena tim-tim Indonesia tidak terbiasa dalam hal ini. Padahal di industri sepakbola modern seperti di liga-liga Eropa, kita bakal dengan mudah mengetahui berapa besaran gaji atau berapa nilai transfer seorang pemain. Seharusnya hal-hal seperti ini sudah harus mulai dibiasakan di Indonesia untuk menuju sepakbola yang lebih modern dan profesional. Nilai kontrak seorang pemain tentu disesuaikan dengan skill dan kemampuan pemain tersebut. Dan tentunya di era sepakbola profesional seperti sekarang ini keterbukaan soal nilai kontrak bukan malah menimbulkan kecemburuan sosial tapi lebih memotivasi sang pemain untuk lebih meningkatkan skill dan kemampuannya. Apakah kita pernah mendengar Tony Kroos ngambek dan hoream ngoperan ka Ronaldo karena pas ningali struk gaji si Ronaldo leuwih badag ti maneh na, padahal mah sarua pemaen bola. Atau melihat Ivan Rakitic ngetwit “Kornal ku aing, tendangan bebas ku aing. Ari gajih badagan si Messi.” Tentu tidak kan? Karena keterbukaan soal nilai kontrak sudah menjadi hal lumrah. Hal ini pun seharusnya bisa lebih memotivasi pesepakbola Indonesia (sugan) agar lebih memacu dirinya.
Memang masih banyak kendala atau kekurangan-kekurangan yang harus segera dibenahi oleh PSSI dan pemangku kebijakan di negara ini dalam hal sepakbola. Yang salah satunya adalah keterbukaan nilai kontrak yang sejak ISC lalu sudah direkomendasikan tiap tim untuk membuka besaran kontrak tiap pemain. Semoga dengan kedatangan Essien ke Persib membawa angin segar dan menjadikan sepakbola Indonesia lebih maju lagi di masa yang akan datang. Dan patut kita tunggu, gebrakan apalagi yang akan Persib lakukan di masa mendatang.
Wayahna yah kalo tulisannya tidak berfaedah :)))
Penulis adalah bobotoh Persib pengagum hijabers. Dapat ditemui di twitter dengan account @gebogID

Beberapa hari ini Persib sedang ramai diberitakan, baik oleh media lokal maupun media luar negeri. Porsinya pun mengalahkan pemberitaan final Piala Presiden yang berlangsung seperti partai ujicoba, maupun pemberitaan tentang siapa yang jadi juara nya (ulah bari nyanyi pas maca ieu). Sudah kita tahu semua sebabnya, kebijakan transfer (pembelian pemain) Persib dimusim ini yang dengan nyata dan konkrit mendatangkan Michael Essien, pemain berlabel bintang top dunia dengan reputasi mentereng.
Persib memang bukan klub Indonesia pertama yang mendaratkan pesepakbola top di tanah air, pernah ada nama-nama besar di medio 90-an seperti Mario Kempes dan juga Roger Mila yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan dengan Jessica Mila. Lee Hendrie, Markus Bent dan sederet nama-nama tenar yang pernah memperkuat beberapa klub di Indonesia.
Saya disini bukan untuk membicarakan Essien da ceuk si Simamaung tema na ayeuna mah soal kebijakan (free) transfer Persib. Dari awal pembentukan tim untuk mengarungi Piala Presiden dan Liga 1 yang sekarang menjadi Liga Gojek, bobotoh dibuat gegeremet dengan lambatnya perekrutan pemain yang dilakukan manajemen. Nama-nama yang sempat dikaitkan dengan Persib dan dipikahayang bobotoh lepas begitu saja ke klub lain atau pun memperpanjang kontrak bersama klub lamanya. Patrick Cruz yang lebih memilih Liga Vietnam sebagai batu loncatan menuju Eropa (padahal mah mun emang alus, maen di Persib ge pasti dilirik kleub Eropa. Contona : Bekamenga) atau Irfan Bachdim yang berlabuh ke Bali united, Rizky Ripora yang memilih bertahan bersama Barito Putera. Jajang Mulyana nu hayang maen di Persib nepi ka nelepon Djajang Nurjaman. Dan masih banyak yang lainnya, poho saha deui. Djanur, Wa Haji dan rengrengan manajemen bersikap santai menanggapi lepasnya beberapa pemain bidikan dan yang di rumorkan akan berlabuh ke Bandung.
Seiring berjalannya waktu, yang ditemani pilu nya rindu, dan dibayangi kenangan masa lalu, dan mungkin juga dihinggapi rasa bosan dalam menyeleksi pemain asing, manajemen lalu berencana mendatangkan pemain kelas dunia untuk memperkuat Persib di musim ini. Datang weh si Essien. Ini tidak lepas dari misi Persib sendiri untuk mempertahankan gelar Juara Liga Indonesia yang Insha Alloh akan kembali ke bumi Pasundan dan untuk memperkenalkan nama (daya jual) Persib agar lebih mendunia, yang sejauh ini berhasil, dengan dimuatnya berita bergabungnya Essien ke Persib oleh media-media kenamaan dunia. Sebut saja ESPN FC, BBC, Dailymail, Simamaung dan lain-lain. Tidak hanya disitu, media sosial pun ramai membicarakan ataupun memberikan ucapan selamat kepada Essien dan Persib. Kebijakan (free) transfer Persib tidak hanya berimbas pada internal Persib sendiri tapi lebih luas. Ini juga membuat operator liga menelurkan aturan baru untuk penggunaan pemain asing yaitu marquee player yang digunakan di MLS (Amerika) dan A-League (Australia). Aturan marquee player ini pun menurut PSSI minimal pernah bermain di liga top dan pernah bermain di tiga edisi piala dunia terakhir, CMIIW. Dan setiap tim tidak dipaksakan untuk memiliki 1 marquee player. Mun mampu mangga, mun teu mampu tong maksakeun.
Tentunya tidak sedikit pundi-pundi yang dikeluarkan oleh Persib untuk mendatangkan pemain sekaliber Essien, dan tidak sedikit pula dana yang bakal didapat Persib dari datangnya Essien ke Bandung. Simbiosis Mutualisme. Dikabarkan pada hari pertama penjualan jersey original dengan nomor punggung 5 sudah mencapai ratusan pemesan, dan itupun jersey musim lalu, karena untuk musim ini Persib belum memperkenalkan jersey yang akan dipakai untuk mengarungi Liga.
Perpindahan pemain selalu dibarengi dengan penandatanganan kontrak. Manajemen Persib dan mungkin seluruh tim di Indonesia, tidak terbuka terkait nilai kontrak maupun besaran gaji tiap individu pemain yang berlabuh di tim. Hal-hal seperti ini masih tabu di Indonesia. Entah, mungkin untuk menjaga kondusifitas tim agar tidak ada kecemburuan sosial antar pemain, atau karena tim-tim Indonesia tidak terbiasa dalam hal ini. Padahal di industri sepakbola modern seperti di liga-liga Eropa, kita bakal dengan mudah mengetahui berapa besaran gaji atau berapa nilai transfer seorang pemain. Seharusnya hal-hal seperti ini sudah harus mulai dibiasakan di Indonesia untuk menuju sepakbola yang lebih modern dan profesional. Nilai kontrak seorang pemain tentu disesuaikan dengan skill dan kemampuan pemain tersebut. Dan tentunya di era sepakbola profesional seperti sekarang ini keterbukaan soal nilai kontrak bukan malah menimbulkan kecemburuan sosial tapi lebih memotivasi sang pemain untuk lebih meningkatkan skill dan kemampuannya. Apakah kita pernah mendengar Tony Kroos ngambek dan hoream ngoperan ka Ronaldo karena pas ningali struk gaji si Ronaldo leuwih badag ti maneh na, padahal mah sarua pemaen bola. Atau melihat Ivan Rakitic ngetwit “Kornal ku aing, tendangan bebas ku aing. Ari gajih badagan si Messi.” Tentu tidak kan? Karena keterbukaan soal nilai kontrak sudah menjadi hal lumrah. Hal ini pun seharusnya bisa lebih memotivasi pesepakbola Indonesia (sugan) agar lebih memacu dirinya.
Memang masih banyak kendala atau kekurangan-kekurangan yang harus segera dibenahi oleh PSSI dan pemangku kebijakan di negara ini dalam hal sepakbola. Yang salah satunya adalah keterbukaan nilai kontrak yang sejak ISC lalu sudah direkomendasikan tiap tim untuk membuka besaran kontrak tiap pemain. Semoga dengan kedatangan Essien ke Persib membawa angin segar dan menjadikan sepakbola Indonesia lebih maju lagi di masa yang akan datang. Dan patut kita tunggu, gebrakan apalagi yang akan Persib lakukan di masa mendatang.
Wayahna yah kalo tulisannya tidak berfaedah :)))
Penulis adalah bobotoh Persib pengagum hijabers. Dapat ditemui di twitter dengan account @gebogID

sip jang…. ku mamang di dukung.
hade tulisanna….. curambay dong mamang,
nu kapendem tos kaungkapkeun ku ujang
nu (ceuk mamang mah pasti) kasep….
nuhun.
Haha, sagala ku uing ari gajih mahalab nu ngabuskeun lewat ti operan uing.
NUPENTINGMAH PERTAHANKAN GELAR JUARA SIBBB.. RK PEMAINNA NUKUMAHAGE ASAL NGARACIKNA HEBAT INSYA ALLOH BAKAL KOMPAK TUR JUARA.. HIDUP PERSIB BANDUNG
KALEM TAUN ENGKE ABI BAKAL MERAPAT KA PERSIB
KALEM TAUN ENGKE GE ABI BADE MERAPAT KA PERSIB POKONAMAH PERSIB TERMAMPRANG SA INDONESIA JEUNG DUNIA
KALEM AY JUGA TAUN DEPAN MAU IKUT MEREPET KA PERSIB.. DARIPADA AY GACONG WAE DI APRIKAH MAH..
sigana belum waktuna mun urg bicara transparan mah, liat dari sisi mental heula bangsa urg mah sok loba pundungan beda jeung pemain pro di eropa mah, ulah jauh2 ti maen bola ti kahirupan urg wae mun dibere rezeki beda jeung sabelah sok rada pundung hehe
pan di urg mah nerapkeun kleup mengbal syariah, ijab kobul mah antara dua pihak weh, batur mah teu kudu apal bisi riya, su’udzon, iri, dengki, takabur jeung sajabana
bae weh teu modern oge da rame,,
rame,,,tekkkk
NU puguh na mah hayang seuri macaaan komentar…..
kade ninggalkn hutang deuih 90mber
Ini kok ga ada geliatnya striker yang mau main di Persib, padahal kompetisi tinggal 2 minggu deui, lawan psms aja mandul