(Arena Bobotoh) Bagaimana Selanjutnya, Sib?
Monday, 13 June 2016 | 12:55
Persib sedang tidak kondusif ?? Iya, betul. Saya sebagai bobotoh yang sudah 2 tahun tidak bisa menonton Persib langsung di stadion (karena 2 tahun terakhir harus kerja di Pangandaran) sangat merasakan itu dari segi permainan. Kebersamaan tim terasa hilang. Kehangatan tim terasa memudar. Dan kalau saya teruskan apa yang hilang dan apa yang pudar, saya hanya akan dianggap gagal move-on dari para mantan. Tapi ya sudah, itulah yang saya rasakan.
Saya bukan pengamat sepakbola yang bisa menghitung statistik pemain dan tim secara keseluruhan. Saya tidak bisa menghitung berapa kali seorang pemain berhasil mengirim umpan, atau berapa kali sebuah tim mempunyai peluang mencetak gol. Satu yang saya tahu, hanya berapa kali sebuah tim berhasil mencetak gol. Ya, itulah saya, bobotoh yang hanya bisa main sepak bola melalui sebuah game bernama Pro Evolution Soccer.
Persib saat ini terlihat sangat berbeda dengan beberapa tahun kebelakang. Dan menurut saya pribadi (catat: menurut saya pribadi), permainan Persib saat ini lebih mengkhawatirkandibanding tahun 2006 dimana Persib nyaris degradasi (lalu diselamatkan oleh musibah Gempa yang membuat penyelenggara Liga kemudian meniadakan degradasi ; maaf kalau saya menyebut musibah itu membawa berkah). Yah, walaupun saat ini ISC masih pekan ke-enam dan Persib baru kalah satu kali, tapi sebagai bobotoh yang mengikuti permainan Persib dari tahun ke-tahun, saya (bahkan mungkin bobotoh lain) patut merasa khawatir akan nasib permainan tim Persib saat ini dan menganggap kondisi ini benar-benar tidak baik bagi Persib. Permainan sama sekali tidak ada perkembangan (kitu-kitu wae). Tak ada variasi formasi, pergerakan tanpa bola yang tak berarti, salah umpan yang sering terjadi, dan gol yang tak kunjung datang kembali. Ini bukan Persib kami, BUKAN.
Bukan bobotoh sejati namanya jika hanya diam melihat tim kesayangannya mati suri. Kami berteriak, kami mengkritisi. Tak ada darah bobotoh dalam diri jika hanya bisa membisu melihat seorang pelatih berlisensi sama dengan Jose Mourinho berkata bingung kenapa tim nya tak kunjung mencetak gol. “Maneh ge bingung, komo urang, Coach ?”. Kami berteriak lagi, kami mengkritisi lagi.
Tapi ya sudah coach, off courseanda sudah resign dari Persib. Terimakasih. Terimakasih atas keberhasilan anda membuat bobotoh saalam dunya bertambah pengetahuannnya tentang ilmu statistik. Kamijadi melek statistik.Walaupun perbedaannya, kami tak menjadikan statistik itu “dewa kebenaran” yang layak dipuja dan diagung-agungkan. Dan terimakasih telah membuat kami lebih banyak menyisakan waktu untuk berdoa agar Persib jadi lebih baik.
Dan sekarang, doa masih akan kami panjatkan pada Yang Maha Kuasa agar Persib segera kondusif dan kembali mempunyai mental juara, siapapun pelatihnya. Ya, siapapun pelatihnya. Tidak peduli nanti sang pelatih sekelas Mourinho atau bukan.
Dan dengan penunjukan Jose (Herrie Setiawan ; bukan Jose Mourinho) sebagai caretaker, layak kita tunggu bagaimana permainan Persib ke depannya (terdekat melawan Mitra Kukar). Apakah lebih baik ? (aamiin), atau kitu-kitu wae ? (semoga tidak), atau bahkan lebih buruk ? (na’udzubillahimindzalik).
Pelatih baru pun kami tunggu. Kami ingin tahu bagaimana selanjutnya, Sib ? Setelah hasil seri yang tak henti-henti, kemenangan yang tak kunjung menghampiri, serta kekalahan yang menyesakkan hati. Tapi yang pasti, kalah, seri, ataupun menang, bobotoh akan selalu hadir. Hadir menjadi penyemangat dan pengingat bahwa “Persib besar karena cacian, pujian adalah racun” – Adjat Sudrajat.
Dan satu lagi, teruntuk bobotoh semua, sudahi dulu kritik yang menyudutkan pihak manapun. Beri skuad Persib ruang untuk “ngarenghap” atas semua yang sudah terjadi. Memang karena cacian lah tim ini menjadi besar. Tapi tentu kita harus bisa menempatkan kapan dan dimana cacian itu dikumandangkan. Sekarang, beri kepercayaan kepada semua elemen tim. Kritikan harus terus kita suarakan, tapi tidak dengan hujatan. Saran harus terus kita berikan, tapi tidak dengan paksaan (karena kenyataannya, kita bukan pelatih dan manajemen). Siapapun 11 pemain yang diturunkan, percayalah itu yang terbaik. Terus berdoa meminta kemenangan untuk Persib, sebanyak kamu berdoa untuk meminta jodoh (kamu….iya,,, kamu!!).
Akhir kata, di bulan yang mulia ini, semoga siang ini warung nasi tidak di razia lagi. Karena kasihan, saya belum kenyang.
HIDUP PERSIB !!
Penulis adalah lelaki yang sedang belajar menulis dan bekerja di Museum Nyamuk, Pangandaran (a.k.a Loka Litbang P2B2 Pangandaran).
Berakun Twitter dan IG @yandhias (Path juga ada kalau mau : Yandhi Achmad Sachli)

Persib sedang tidak kondusif ?? Iya, betul. Saya sebagai bobotoh yang sudah 2 tahun tidak bisa menonton Persib langsung di stadion (karena 2 tahun terakhir harus kerja di Pangandaran) sangat merasakan itu dari segi permainan. Kebersamaan tim terasa hilang. Kehangatan tim terasa memudar. Dan kalau saya teruskan apa yang hilang dan apa yang pudar, saya hanya akan dianggap gagal move-on dari para mantan. Tapi ya sudah, itulah yang saya rasakan.
Saya bukan pengamat sepakbola yang bisa menghitung statistik pemain dan tim secara keseluruhan. Saya tidak bisa menghitung berapa kali seorang pemain berhasil mengirim umpan, atau berapa kali sebuah tim mempunyai peluang mencetak gol. Satu yang saya tahu, hanya berapa kali sebuah tim berhasil mencetak gol. Ya, itulah saya, bobotoh yang hanya bisa main sepak bola melalui sebuah game bernama Pro Evolution Soccer.
Persib saat ini terlihat sangat berbeda dengan beberapa tahun kebelakang. Dan menurut saya pribadi (catat: menurut saya pribadi), permainan Persib saat ini lebih mengkhawatirkandibanding tahun 2006 dimana Persib nyaris degradasi (lalu diselamatkan oleh musibah Gempa yang membuat penyelenggara Liga kemudian meniadakan degradasi ; maaf kalau saya menyebut musibah itu membawa berkah). Yah, walaupun saat ini ISC masih pekan ke-enam dan Persib baru kalah satu kali, tapi sebagai bobotoh yang mengikuti permainan Persib dari tahun ke-tahun, saya (bahkan mungkin bobotoh lain) patut merasa khawatir akan nasib permainan tim Persib saat ini dan menganggap kondisi ini benar-benar tidak baik bagi Persib. Permainan sama sekali tidak ada perkembangan (kitu-kitu wae). Tak ada variasi formasi, pergerakan tanpa bola yang tak berarti, salah umpan yang sering terjadi, dan gol yang tak kunjung datang kembali. Ini bukan Persib kami, BUKAN.
Bukan bobotoh sejati namanya jika hanya diam melihat tim kesayangannya mati suri. Kami berteriak, kami mengkritisi. Tak ada darah bobotoh dalam diri jika hanya bisa membisu melihat seorang pelatih berlisensi sama dengan Jose Mourinho berkata bingung kenapa tim nya tak kunjung mencetak gol. “Maneh ge bingung, komo urang, Coach ?”. Kami berteriak lagi, kami mengkritisi lagi.
Tapi ya sudah coach, off courseanda sudah resign dari Persib. Terimakasih. Terimakasih atas keberhasilan anda membuat bobotoh saalam dunya bertambah pengetahuannnya tentang ilmu statistik. Kamijadi melek statistik.Walaupun perbedaannya, kami tak menjadikan statistik itu “dewa kebenaran” yang layak dipuja dan diagung-agungkan. Dan terimakasih telah membuat kami lebih banyak menyisakan waktu untuk berdoa agar Persib jadi lebih baik.
Dan sekarang, doa masih akan kami panjatkan pada Yang Maha Kuasa agar Persib segera kondusif dan kembali mempunyai mental juara, siapapun pelatihnya. Ya, siapapun pelatihnya. Tidak peduli nanti sang pelatih sekelas Mourinho atau bukan.
Dan dengan penunjukan Jose (Herrie Setiawan ; bukan Jose Mourinho) sebagai caretaker, layak kita tunggu bagaimana permainan Persib ke depannya (terdekat melawan Mitra Kukar). Apakah lebih baik ? (aamiin), atau kitu-kitu wae ? (semoga tidak), atau bahkan lebih buruk ? (na’udzubillahimindzalik).
Pelatih baru pun kami tunggu. Kami ingin tahu bagaimana selanjutnya, Sib ? Setelah hasil seri yang tak henti-henti, kemenangan yang tak kunjung menghampiri, serta kekalahan yang menyesakkan hati. Tapi yang pasti, kalah, seri, ataupun menang, bobotoh akan selalu hadir. Hadir menjadi penyemangat dan pengingat bahwa “Persib besar karena cacian, pujian adalah racun” – Adjat Sudrajat.
Dan satu lagi, teruntuk bobotoh semua, sudahi dulu kritik yang menyudutkan pihak manapun. Beri skuad Persib ruang untuk “ngarenghap” atas semua yang sudah terjadi. Memang karena cacian lah tim ini menjadi besar. Tapi tentu kita harus bisa menempatkan kapan dan dimana cacian itu dikumandangkan. Sekarang, beri kepercayaan kepada semua elemen tim. Kritikan harus terus kita suarakan, tapi tidak dengan hujatan. Saran harus terus kita berikan, tapi tidak dengan paksaan (karena kenyataannya, kita bukan pelatih dan manajemen). Siapapun 11 pemain yang diturunkan, percayalah itu yang terbaik. Terus berdoa meminta kemenangan untuk Persib, sebanyak kamu berdoa untuk meminta jodoh (kamu….iya,,, kamu!!).
Akhir kata, di bulan yang mulia ini, semoga siang ini warung nasi tidak di razia lagi. Karena kasihan, saya belum kenyang.
HIDUP PERSIB !!
Penulis adalah lelaki yang sedang belajar menulis dan bekerja di Museum Nyamuk, Pangandaran (a.k.a Loka Litbang P2B2 Pangandaran).
Berakun Twitter dan IG @yandhias (Path juga ada kalau mau : Yandhi Achmad Sachli)

AH SELANJUTNA MAH TE KUMAMAHA BIASA WE MEAM BALL DI LAPANG
Bau
Sia we
Kmha maneh we
loba teuing di caci ge da teu ngeunah atuh euy dukung mah anu santun we,,,teriak boleh teriak tapi tolong lah jgn sampe membuat keadaan memanas,,,
katingali pamain teu leupas mainna,beban kudu meunang sareng juara teh beurat,komo mayoritas pamain persib anu ayeuna mah masih belum terbentuk mental juaranya,,,
beda basa jaman janur pan emang target nya juara,jadi rekrutan juga kan yg sudah pengalaman,bukan buat peremajaan tim,
untuk buat pondasi tim kan gak gampang,teu bisa gancang lah,,,
rata2 penulis di arena bobotoh sudah sadar bahwa mereka tidak begitu mengerti statistik,ato taktik,
alias skill cuma bisa kritik yg berbau cacian,yg buat tim gk bisa kondusif,memberikan tekanan tersendiri ke para pemain persib,,,
jgn di jadikan ap kata ajat sudrajat sebagai alibi buat mencaci seenaknya,diresapi apa kata ajat sudrajat teh,,,yg berlebihan itu gak bagus lah,,,
sekarang harus disadari bobotoh itu suporter terbesar lah di indonesia,jadi apa yg di tulis,di komen selalu jadi sorotan media,dan itu pasti lah sampai ke pemain,dan pelatih,manajemen,jadi membuat beban,,,
akur mang
akur pisan mang..kudu kitu da ngabobotohan mah..goreng nya kudu nyebut goreng, alus nya alus tapi ulah ngajatuhkeun mental pamaen. ngaca ka diri sorangan mun di jejeleh batur kumaha. aya nu nyebut da geus di bayar jang maen di persib, memangna di bayar jang di hina kitu. masih loba carana rek menerkeun batur mah, pamaen ga manusa. cik cobaan ku silaing lamun teu weleh di hina..? bakal kabentuk mentalna atawa kalah ambruk..? ngaca we heula jadi jalma ulah lagu bisa nyalahkeun tapi teu bisa oge mere solusi..
Hadeee anyiiir komen aa bobotoh leutik,,ieu baru cees aing..
Sok atuh ku didinya we latih lah…..
Pemain persib mah loba di ogo teuing..
Di kerasan mah peupeus,, mental pemain buruk mun dilatih ku platih eropa teh,,,
Kudu kunu bodo dilatihna.. pelatih ngilu kahayang pemain … karek cocok…
Rujit lah
tak bermutu,oon!
Tulisan tak bermutu muter2 hungkul alur caritana siga lain pns tp siga budak sd
gagal faham.. tingkat tinggi..!!
“Persib besar karena pujian,buanglah sampah pada tempatnyah” hade euy ieu kutipan ti saurang legenda persib nyaeta asep dayat.
hahay..
saterasna mah nya teraskeun we maen sasuai jadwal, piraku rek mundur…
Nu pasti mah bibit panyakit Persib na geus kabur sorangan…
Dejan mawa kabiasaan eropah nu individualis, atuh puguh suasana kebersamaan Persib jadi leungit, kuduna mah Persib teh tong poho sajarah, tong poho ka ‘pusdiklat’ di Subang jeung Pangandaran memeh prung maen di Liga…hangkeutkeun deui silaturhmi sasama pamaen, palatih, menejemen oge jeung bobotoh, bisa ku cara jumpa bobotoh, buka bersama, taraweh, komo mun solat berjamaah mah, weuh hade pisan, nu non muslim nya sami, ngan ibadah na sesuai jeung agamana we…kitu cenah
satuju….