(Arena Bobotoh) Ada apa dengan Persib?
Monday, 17 October 2016 | 09:07“Ada apa dengan Persib?” mungkin itulah pertanyaan yang banyak disematkan oleh bobotoh belakangan ini. Bagaimana tidak, Persib terseok-seok dijajaran papan tengah klasemen TSC 2016. Yang menjadi sorot para bobotoh adalah, performa yang inkonsisten di kandang, apalagi tandang. Awal mula kejadian adalah dengan hengkangnya “paketan” yang menjadi andalan Persib beberapa tahun kebelakang, dikirimnya sang maestro coach Djanur untuk menimba ilmu ke Italy(walau ga sampe beres), dan ditunjuknya Dejan Antonic sebagai pelatih kepala menggantikan coach Djanur.
Jaman Dejan Antonic dinilai membawa bencana bagi Persib. Dengan bekal lisensi A UEFA nyatanya dirinya biasa bisasa saja, atau malah mungkin mengecewakan banyak pihak. Dari mulai membawa pemain kesayangannya pada saat melatih tim-tim sebelumnya(yang bagi sebagaian orang dibuat heran), membeli pemain asing yang tidak diketahui secara pasti kualitasnya kecuali Vlado sang hati biru, permainan yang sangat monoton, pemilihan pemain yang mubazir dan tidak terexplore kemampuannya, pemain di lapangan hanya bisa adu sprint saja, dan puncaknya pada saat dilibas Surabaya Bhayangkara. Dan of course disini bobotoh geram dengan penampilan Persib yang bisa dibilang banyak pihak sangat mengecewakan. Sebagai juara di dua kompetisi domestik, penampilan seperti jaman Dejan bukanlah suatu harapan untuk tim sebesar Persib. Dan akhirnya Dejan sendiri yang mengundurkan diri karena tidak kuat dengan tekanan yang disematkan kepadanya.
Mundurnya Dejan dari kursi kepelatihan pun menimbulkan lagi nama coach Djanur untuk kembali membesut Atep dan kolega, kebetulan juga sih waktu itu Djanur lagi pulang untuk mengurus visanya. Bobotoh pun ramai-ramai menginkan Djanur untuk kembali melatih Persib dengan asa bisa kembali mendongkrak performa maung Bandung ke puncaknya. Akhirnya Djanur pun kembali mengomandoi Persib disisa kompetisi ini. Perubahan pun langsung dilakukan sang maestro untuk mengembalikan performa maung yang saat itu sedang ompong dan kembali menghibur bobotoh dikala Persib bertanding. Awal mulanya sih ciri khas Persib mulai kembali dengan operan pendek dan sesekali menusuk dan berakhir dengan kemenangan, dan catatan goal pun meningkat. Djanur pun membuang Juan Belencoso yang katanya gak bisa apa-apa dan merekrut Diego dan Marcos untuk membantu tim.
Mulai kesini-kesini Persib melakukan hal yang agak aneh, yaitu inkonsistensi performa dan sering membuat kesalahan yang mendasar. Melawan tim sebesar Persipura dan bermain tandang, Persib bisa menjinakan sang mutiara hitam dengan Jasuk pada saat itu menampilkan performa yang OK dengan memarking kakak Bochi pada saat itu, namun pada saat bertemu Perseru yang notabenenya adalah tim lemah malah KO, ketemu Semen Padang juga dipermak abis-abisan. Berhadapan dengan Sriwijaya FC pun pada saat itu tim sudah mempersiapkan segalanya dengan baik katanya, tapi juga dibuat malu. Ketemu Madura united malah buat kesalahan yang mebuat mental tim nampakmya anjlok. Pada partai kandang pun Persib kadang ripuh dengan perlawanan tim tamu, contohnya pada saat Matsunaga utusan Jaino Matos mengelabui Diego, Ilhamudin yang sekali tusukan ke arah gawang bisa menjebol gawang Persib, tapi untungnya Persib diberi hadiah penalti di dua laga itu. Vlado pun sering muncul sebagai penyelamat muka Persib dihadapan bobotoh. Berbagai taktik dan pilihan pemain pun sudah dilakukan Coach Djanur untuk memperbaiki performa, namun saya memperhatikan seakan-akan Diego dan Marcos tidak memberi perubahan pada performa. Memang tidak adil untuk menilai mereka secepat ini, tapi first impression saya terhadap mereka pun gak bagus-bagus amat.
Disebut bisa memainkan dua posisi, Diego pun diplot Djanur untuk menjadi centre back berduet dengan Vlado/Basna. Namun kadang kurang cermatnya dia dalam mengawal striker lawan pun berujung gol pada jala Persib. Selanjutnya Marcos, pemain yang disebut bisa memberi warna baru terhadap permainan pun saya lihat malah tidak cocok dengan permainan Persib, dan herannya nampanya fisiknya tak lebih bagus dari pemain lokal yang mebuatnya jarang dimainkan full.
Ada apa dengan Persib? Kembalinya Coach Djanur yang membawa Persib juara pun saya rasa belum bisa mengembalikan sepenuhnya performa Persib. Pemain asing yang direkrut pun belum menunjukan kontribusi nyata di lapangan. Dukungan bobotoh pun tidak henti-hentinya ketika Persib bermain, bahkan latihan sekalipun banyak bobotoh hadir untuk mendukung para pemain. Gaji pun nampaknya selalu tepat waktu. Mungkin bobotoh ada yang bisa menjawab pertanyaan “Ada apa dengan Persib?” atau…. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
Penulis adalah seorang jobseeker fisabilillah yang berakun twitter @arankadaulay dan sedang berusaha untuk bisa kembali ke pelukan mantan.

“Ada apa dengan Persib?” mungkin itulah pertanyaan yang banyak disematkan oleh bobotoh belakangan ini. Bagaimana tidak, Persib terseok-seok dijajaran papan tengah klasemen TSC 2016. Yang menjadi sorot para bobotoh adalah, performa yang inkonsisten di kandang, apalagi tandang. Awal mula kejadian adalah dengan hengkangnya “paketan” yang menjadi andalan Persib beberapa tahun kebelakang, dikirimnya sang maestro coach Djanur untuk menimba ilmu ke Italy(walau ga sampe beres), dan ditunjuknya Dejan Antonic sebagai pelatih kepala menggantikan coach Djanur.
Jaman Dejan Antonic dinilai membawa bencana bagi Persib. Dengan bekal lisensi A UEFA nyatanya dirinya biasa bisasa saja, atau malah mungkin mengecewakan banyak pihak. Dari mulai membawa pemain kesayangannya pada saat melatih tim-tim sebelumnya(yang bagi sebagaian orang dibuat heran), membeli pemain asing yang tidak diketahui secara pasti kualitasnya kecuali Vlado sang hati biru, permainan yang sangat monoton, pemilihan pemain yang mubazir dan tidak terexplore kemampuannya, pemain di lapangan hanya bisa adu sprint saja, dan puncaknya pada saat dilibas Surabaya Bhayangkara. Dan of course disini bobotoh geram dengan penampilan Persib yang bisa dibilang banyak pihak sangat mengecewakan. Sebagai juara di dua kompetisi domestik, penampilan seperti jaman Dejan bukanlah suatu harapan untuk tim sebesar Persib. Dan akhirnya Dejan sendiri yang mengundurkan diri karena tidak kuat dengan tekanan yang disematkan kepadanya.
Mundurnya Dejan dari kursi kepelatihan pun menimbulkan lagi nama coach Djanur untuk kembali membesut Atep dan kolega, kebetulan juga sih waktu itu Djanur lagi pulang untuk mengurus visanya. Bobotoh pun ramai-ramai menginkan Djanur untuk kembali melatih Persib dengan asa bisa kembali mendongkrak performa maung Bandung ke puncaknya. Akhirnya Djanur pun kembali mengomandoi Persib disisa kompetisi ini. Perubahan pun langsung dilakukan sang maestro untuk mengembalikan performa maung yang saat itu sedang ompong dan kembali menghibur bobotoh dikala Persib bertanding. Awal mulanya sih ciri khas Persib mulai kembali dengan operan pendek dan sesekali menusuk dan berakhir dengan kemenangan, dan catatan goal pun meningkat. Djanur pun membuang Juan Belencoso yang katanya gak bisa apa-apa dan merekrut Diego dan Marcos untuk membantu tim.
Mulai kesini-kesini Persib melakukan hal yang agak aneh, yaitu inkonsistensi performa dan sering membuat kesalahan yang mendasar. Melawan tim sebesar Persipura dan bermain tandang, Persib bisa menjinakan sang mutiara hitam dengan Jasuk pada saat itu menampilkan performa yang OK dengan memarking kakak Bochi pada saat itu, namun pada saat bertemu Perseru yang notabenenya adalah tim lemah malah KO, ketemu Semen Padang juga dipermak abis-abisan. Berhadapan dengan Sriwijaya FC pun pada saat itu tim sudah mempersiapkan segalanya dengan baik katanya, tapi juga dibuat malu. Ketemu Madura united malah buat kesalahan yang mebuat mental tim nampakmya anjlok. Pada partai kandang pun Persib kadang ripuh dengan perlawanan tim tamu, contohnya pada saat Matsunaga utusan Jaino Matos mengelabui Diego, Ilhamudin yang sekali tusukan ke arah gawang bisa menjebol gawang Persib, tapi untungnya Persib diberi hadiah penalti di dua laga itu. Vlado pun sering muncul sebagai penyelamat muka Persib dihadapan bobotoh. Berbagai taktik dan pilihan pemain pun sudah dilakukan Coach Djanur untuk memperbaiki performa, namun saya memperhatikan seakan-akan Diego dan Marcos tidak memberi perubahan pada performa. Memang tidak adil untuk menilai mereka secepat ini, tapi first impression saya terhadap mereka pun gak bagus-bagus amat.
Disebut bisa memainkan dua posisi, Diego pun diplot Djanur untuk menjadi centre back berduet dengan Vlado/Basna. Namun kadang kurang cermatnya dia dalam mengawal striker lawan pun berujung gol pada jala Persib. Selanjutnya Marcos, pemain yang disebut bisa memberi warna baru terhadap permainan pun saya lihat malah tidak cocok dengan permainan Persib, dan herannya nampanya fisiknya tak lebih bagus dari pemain lokal yang mebuatnya jarang dimainkan full.
Ada apa dengan Persib? Kembalinya Coach Djanur yang membawa Persib juara pun saya rasa belum bisa mengembalikan sepenuhnya performa Persib. Pemain asing yang direkrut pun belum menunjukan kontribusi nyata di lapangan. Dukungan bobotoh pun tidak henti-hentinya ketika Persib bermain, bahkan latihan sekalipun banyak bobotoh hadir untuk mendukung para pemain. Gaji pun nampaknya selalu tepat waktu. Mungkin bobotoh ada yang bisa menjawab pertanyaan “Ada apa dengan Persib?” atau…. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
Penulis adalah seorang jobseeker fisabilillah yang berakun twitter @arankadaulay dan sedang berusaha untuk bisa kembali ke pelukan mantan.

intina…coach JANUR terlalu mendewakan 4-2-3-1…sepertinya miskin STRATEGIIIIIIIIIIIIIIIIi
AING AING KIEU PELATIH NA.
KUMAHA AING WEH.
punten manajemen evaluasi pelatih ….. ganti atuuuuuuuh
su janur loba nyalahkeun pamaen…. moal baleg di teruskeun
karma ti si belencoso tah
matak tong kitu ka jelema teh. lewih alus si belencoso make manah drpada folres jeng si ogo mah haseum jiga sayur ges 3 poe
#janur
Pembelian yg percuma: diogo dan flores. Yg diperlukan adalah jendral lapangan tengah sekelas firman. Tdk perlu skill terlalu tinggi, tp umpan yg akurat, visi bermain dan skema membangun serangan.
Umpan akurat ari skill na t tinggi mah kumaha atuh wa’.. firman mah skill tinggi atuh.. tos ayena mah konate uihkeun.
di iming2 bonus wae eleh komo mun hnteunya? ayena coba balikeun: mun eleh potong gajih. ngabret sugan maena hehe
Kita harus telanjang dan benar.benar bersih..
Lalu bertanya pada rumput yg bergoyang….ooooo..ooooo.ooo
Iya euy teu yakin ayeunamah mun maen tandang teh, ngan saukur maen teu gereget
Ya…reward sering di keluarkan untuk motivasi pemain tapi sampe dg skrng blm berubah bagai mana dg “punishment” apa sudah di lakukan ?….
Eweub nanaon… Meuni heboh… Pan katingali kitu fakta na…!
ada apa dgn Persib,,,jwbna,,,aya udang di balik bakwan
Ada Janur, sugan teh pelatih hade, pantes teu gabkeg gableg lisensi A, #Waduks#
Mun keur urng eleh meunang ttp Persib,tp mun eleh wae nyeri kanu hate,da hate mah teu bisa di bobodo….sok geura nguliat Sib
Sugan mah balik ti Itali th rek beuki kaya strategi, ari ngan saukur ngndelkeun formasi 4-2-3-1 mh bari maena th ngan maturan hakim garis, mh nini urang g bisaeun ngalatihna. “Belencoso tak memberikan konstribusi” heeh lah da eweh anu ngumpananna, ayeuna meuli pemain anu jago ngumpan cenah, ari eweh anu sigah belencoso anu jago nga heden mh da moal goal atuh… Ari saukur ngndelkeun SVD mh kalahkah ngan saukur cicing maturan kiper.