Pertandingan memasuki menit ke-54. Saat itu rasanya menjadi momen di mana para Bobotoh melupakan sejenak skor pertandingan dan tak peduli apakah Persib akan meraih tiga poin di akhir pertandingan atau tidak. Bobotoh hanya ingin menikmati momen terakhir Si Gondrong penguasa nomor 24 Persib dalam 11 tahun terakhir menjalani laga terakhirnya.
Ya, pada Minggu 22 Desember 2019, Persib melawan PSM, jadi laga terakhir Persib musim 2019 sekaligus laga terakhir Hariono bersama Persib. Sebelum pertandingan sudah dipastikan bahwa pria dari Klagen ini tidak akan lagi membela Persib musim depan.
Hariono tidak masuk susunan pemain utama. Tapi sejak istirahat babak pertama, ia sudah melakukan pemanasan. Pemanasan di Stadion Si Jalak Harupat untuk terakhir kalinya.
Sampai tibalah saatnya Hariono berdiri di pinggir lapangan. Wasit keempat mengangkat papan nomor 77 berwarna merah yang berdampingan dengan papan nomor 24 berwarna kuning. Selagi Gozali Siregar berlari keluar lapangan, nama Hariono langsung menggaung di stadion.
Mungkin langkah kaki Hariono saat itu terasa lebih berat dari biasanya karena langkah-langkah berikutnya akan semakin mendekatkan dirinya dengan perpisahan. Terlebih setelah langkah pertama, sang kapten, Supardi Nasir, langsung menghampirinya, memberikan ban kapten, serta memeluknya; menjadi simbol bahwa Minggu ketiga di bulan Desember tersebut harus menjadi hari yang spesial untuk Hariono.
Tapi saya yakin Hariono sudah berpikir tak karuan saat itu. Tambah tak karuan 13 menit kemudian, karena Persib mendapatkan tendangan penalti dan ia dipersilakan untuk menendangnya. Di laga terakhirnya, ia mendapatkan kesempatan terakhir untuk mencetak gol. Fragmen perpisahan yang tentu tak ia sangka sebelumnya.
Tendangan penalti Hariono berbuah gol. Seperti tiga tahun silam ketika ia mencetak gol pertamanya untuk Persib, juga lewat penalti, ia tak merayakan golnya. Tapi bedanya, jika dulu ia tak merayakan gol karena memang tak terbiasa mencetak gol, karena mencetak gol memang bukan tugas utamanya, kali ini ia tidak merayakan gol karena ia benar-benar masih dalam pikiran yang mengawang-awang.
Di tengah guyuran hujan, Hariono berdiri terpaku. Rekan-rekannya yang lain berdatangan untuk memeluknya. Mungkin saat itu ia bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah benar tak ada lagi tempat buatku di musim depan?” atau “Selain laga perpisahan dan gol perpisahan, apakah ini juga pelukan perpisahan?”.
Semua pertanyaan itu harus ia jawab sendiri setelah pertandingan berakhir. Ya, apa yang diungkapkannya di tengah lapangan usai pertandingan berakhir, sejatinya bukan hanya salam perpisahan dari Hariono untuk Bobotoh. Saat itu, Hariono juga sedang berusaha menjelaskan pada dirinya sendiri bahwa dirinya memang harus meninggalkan Persib di saat sebenarnya ia tak ingin angkat kaki dari klub yang sudah dibelanya selama lebih dari satu dekade.
Tak perlu menjadi ahli pembaca gerak bibir atau gerak tubuh untuk mengetahui bahwa Hariono sangat kecewa dengan kenyataan yang harus ia terima kali ini. Dari sorot matanya, dari upayanya berbicara selantang mungkin untuk menunjukkan bahwa dia legawa, dan tentu dari setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, cukup terbaca bahwa sebenarnya Hariono masih merasa mampu bermain untuk Persib dan mampu berkontribusi untuk Persib. Tapi di satu sisi ia harus menelan fakta yang paling membuatnya tak berdaya: pelatih tak menginginkannya lagi.
Hariono tahu betul bahwa ia tak bisa selamanya membela Persib. Ia hanya tak menyangka bahwa ucapan selamat tinggal harus ia ucapkan lebih cepat. Tapi sebagai seorang pria yang berjiwa ksatria, maka yang bisa ia katakan hanya: “Biar saya saja yang mengalah….”
Pemain memang wajib mengalah. Hariono bahkan termasuk beruntung karena ia masih bisa berpamitan dengan Bobotoh yang mendukungnya selama ini. Atep, rekan yang juga lama berjuang bersamanya untuk Persib, harus pergi tanpa mendapatkan kesempatan untuk berbicara sepatah katapun pada Bobotoh.
Oleh karenanya, tanggal 22 Desember 2019, pada akhirnya akan menjadi hari dan tanggal yang akan kita kenang, yang akan Hariono kenang. Pada tanggal tersebut, Sang Gelandang Pengangkut Air, telah menunaikan tugas terakhirnya menjaga lini tengah Persib lewat satu gol dan satu asis yang ditorehkan dalam tempo 36 menit.
H24tur Nuhun, Mas Har!
Ditulis oleh Ardy Shufi, Bobotoh dengan akun Twitter @ardynshufi
Deden
23/12/2019 at 04:59
Teu bisa komentar.
Adel
23/12/2019 at 06:16
Living legend #24
Dindin jaenudin
23/12/2019 at 19:42
😭😭😭
joehdi_bgr
23/12/2019 at 10:06
Mas Hariono#24 the legend….Hatur Nuhun
bajigur
23/12/2019 at 13:15
Akan selalu dikenang dan menjadi idola yang akan selalu diceritakan kepada generasi berikutnya. SUKESE SELALU MAS HAR, @SIGONDRONG
Lejen
25/12/2019 at 04:06
Nuhun penulis, nyesek ah
Hatur Nuhun Mashar