Akhirnya, Saat Itu Tiba
Thursday, 18 January 2018 | 13:20
Di sebuah pagi yang kebetulan sedang gerimis di satu sisi di Kota Bandung, pekerja ekspedisi mengetuk pintu rumah, mengantaran kiriman yang dinantikan.
Aku mulai mendengarkan piringan hitam sejak 5 tahun yang lalu, bentuk fisik terbaik menurut telinga dan persepsiku. Mengesampingkan efisiensi namun mengedepankan kualitas. Mahal? Mari berhenti membicarakan itu, karena rasanya kita layak mendapatkan apa yang selayaknya kita dapatkan. Dan dengan patokan harga ratusan ribu untuk sebuah jarum Stanton yang baru saja kubuka ini, rasanya tidak ada yang salah ketika dipadukan dengan Turntable affordable Technics SL-Q300 milikku. Elegan.
Piringan hitam pertamaku adalah Please Please Me dari The Beatles. Dirilis tahun 1963 dengan 14 lagu yang familiar di telinga pendengar Band yang berbasis dari salah satu kota pelabuhan di Inggris ini. Terbungkus rapi sebagai sebuah paduan masterpiece, Please Please Me menggebrak dengan juitan khas dari harmonika di lagu Love Me Do. Lucunya, track ke- 8 (seperti nomor punggung Eka beberapa tahun yang lalu) ini yang menjadikan album ini adalah salah satu album terbaik dari 500 album sepanjang masa versi Rolling Stone pada tahun 2003. Mari analogikan bahasan tentang The Beates ini dengan Persib. AH!
Klub yang menjadi pemilik hati jutaan manusia yang tersebar dari seluruh tempat ini memberikan misteri di awal musim yang baru selepas Liga 1 2017 berakhir. Kedatangan allenatore kawakan dengan label juara AFC tahun 2015, Mario Gomez, memberikan angin segar pada pendukungnya. Namun apa mau dikata, angin itu datang bersamaan dengan kegundahan berikutnya, sejauh apa Gomez mampu menjelaskan misteri yang menyelinap di benak setiap bobotoh. Juara? Mampukah? Lagi lagi misteri itu tetap akan tetap menjadi misteri.
Ibarat album Please Please me yang sudah saya bahas di awal paragraf ini, Piala Presiden 2018 cukup memberikan angin segar seperti lagu pertama di album itu, I Saw Her Standing There. Melawan tim yang melakukan transfer jor-joran, Sriwijaya FC, Maung Bandung mampu mencuri perhatian dengan 3 poin menjanjikan dari gol semata wayang milik transferan pemain Asia Grade-A. Tak heran, gelar Man of The Match seketika tersemat. Makan Konate? bahkan Toni Sucipto tampak lebih sibuk memikirkan kapan waktu yang tepat untuk me-refill permen karet yang dikunyahnya agar kembali terasa manis alih-alih harus menjaga Konate di sisi kiri. Makan Konate, we just saw you standing there with nothing to do!
Bojan Malisic bermain flamboyan. Well done.
Eka penuh pengalaman, sudahlah. Biar tak lagi muda. Sudahlah.
In Kyun nampak demam panggung di 45 awal, selepas itu, ia nampak menikmati semuanya.
Yang menarik, Puja Abdillah Alvarest yang tidak tampil selayaknya mengeluarkan kemampuan terbaik. But come on, tidak mudah untuk menjadi dirinya di hari Selasa kemarin. Hari kemarin adalah hari pertamanya bermain melewati batas paling tinggi impian dalam karirnya. Mimpi masa kecil yang menjadi kenyataan bermain dibawah sorot mata 25ribu orang. Pengalamannya belum berkata banyak, tapi percayalah, kemarin adalah hari paling indah dalam sejarah hidup pemuda berusia 21 tahun itu.
Billy Keraf, banyak sekali bobotoh menginginkan Billy diberikan menit bermain lebih, dan waktupun tiba. Bermain 80 menit adalah pencapaian menarik untuk Billy, tapi Bil, banyak kehilangan bola bukan target yang kau inginkan di hari kemarin. Tak apa.
Hari Minggu ini, mental dari seluruh tim akan diuji melawan pemuncak klasemen sementara grup A, PSMS Medan. Di bawah asuhan mantan pelatih yang membawa klub terbesar di Jawa Barat ini juara di 2014, PSMS berhasil menaklukkan tim unggulan sekaliber PSM Makassar. Menarik disimak juga Jajang Sukmara, Abdul Aziz, Erwin Ramdani, dan Suhandi yang tentu mempunyai semangat lebih melawan tim kampung halaman mereka. Partai klasik yang menarik untuk ditunggu di akhir pekan.
Aku meng-Abah Gomez kan diriku sendiri. Meracik turntableku untuk sebuah pembuktian, akankah paduan ini menghasilkan musik indah bernada juara? Atau hanya akan berakhir biasa saja?
Selepas kemenangan lawan Sriwijaya, datang kegundahan lainnya.
Tapi, hidup adalah tentang menikmati kegundahan-kegundahan yang tersaji silih berganti. Di poin ini, kau sudah melakukannya dengan benar, Sib. Keep going.
DI akhir album Please Please Me, ditutup oleh Twist and Shout. Lagu upbeat yang dangan sangat menggoda untuk dirayakan, dengan Juara? Ah, dengan apapun akan kunikmati asal kamu (Persib), lakukanklah yang selayaknya kamu lakukan.
Jarum Stantonku ini ibarat striker, pemilik tugas akhir untuk mengantarkan ke sebuah tujuan.
Abah Gomez, tim yang sedang kau tanggung bebannya ini bukan sekaliber Technics SL-Q300 ku, mungkin saja Garrard 401 atau turntable lainnya yang berkali-kali lipat value dan prestisenya. Tentu, dengan level itu, kau tidak akan menyia-nyiakan turntable itu pada Jarum Stanton. Pilihanmu akan lebih selayaknya, akan lebih seharusnya.
Mari kita bersama-sama menikmati kegundahan-kegundahan lainnya yang akan disajikan oleh Klub ini dan seluruh isinya. Kutunggu sampai Twist and Shout berkumandang.
Begitulah pandangan saya terhadap alur cerita awal yang dimiliki Persib Bandung. Masing-masing dari kita memiliki pandangan dan jalan pikiran berbeda. Tapi maaf, dengan segala hormat yang ada, tak ada yang perlu dibahas tentang nama yang tak selayaknya ada. Terima kasih.
Ditulis oleh @egofauzy, seorang Bobotoh yang kebetulan terdampar sunyi di simamaung.com.


Di sebuah pagi yang kebetulan sedang gerimis di satu sisi di Kota Bandung, pekerja ekspedisi mengetuk pintu rumah, mengantaran kiriman yang dinantikan.
Aku mulai mendengarkan piringan hitam sejak 5 tahun yang lalu, bentuk fisik terbaik menurut telinga dan persepsiku. Mengesampingkan efisiensi namun mengedepankan kualitas. Mahal? Mari berhenti membicarakan itu, karena rasanya kita layak mendapatkan apa yang selayaknya kita dapatkan. Dan dengan patokan harga ratusan ribu untuk sebuah jarum Stanton yang baru saja kubuka ini, rasanya tidak ada yang salah ketika dipadukan dengan Turntable affordable Technics SL-Q300 milikku. Elegan.
Piringan hitam pertamaku adalah Please Please Me dari The Beatles. Dirilis tahun 1963 dengan 14 lagu yang familiar di telinga pendengar Band yang berbasis dari salah satu kota pelabuhan di Inggris ini. Terbungkus rapi sebagai sebuah paduan masterpiece, Please Please Me menggebrak dengan juitan khas dari harmonika di lagu Love Me Do. Lucunya, track ke- 8 (seperti nomor punggung Eka beberapa tahun yang lalu) ini yang menjadikan album ini adalah salah satu album terbaik dari 500 album sepanjang masa versi Rolling Stone pada tahun 2003. Mari analogikan bahasan tentang The Beates ini dengan Persib. AH!
Klub yang menjadi pemilik hati jutaan manusia yang tersebar dari seluruh tempat ini memberikan misteri di awal musim yang baru selepas Liga 1 2017 berakhir. Kedatangan allenatore kawakan dengan label juara AFC tahun 2015, Mario Gomez, memberikan angin segar pada pendukungnya. Namun apa mau dikata, angin itu datang bersamaan dengan kegundahan berikutnya, sejauh apa Gomez mampu menjelaskan misteri yang menyelinap di benak setiap bobotoh. Juara? Mampukah? Lagi lagi misteri itu tetap akan tetap menjadi misteri.
Ibarat album Please Please me yang sudah saya bahas di awal paragraf ini, Piala Presiden 2018 cukup memberikan angin segar seperti lagu pertama di album itu, I Saw Her Standing There. Melawan tim yang melakukan transfer jor-joran, Sriwijaya FC, Maung Bandung mampu mencuri perhatian dengan 3 poin menjanjikan dari gol semata wayang milik transferan pemain Asia Grade-A. Tak heran, gelar Man of The Match seketika tersemat. Makan Konate? bahkan Toni Sucipto tampak lebih sibuk memikirkan kapan waktu yang tepat untuk me-refill permen karet yang dikunyahnya agar kembali terasa manis alih-alih harus menjaga Konate di sisi kiri. Makan Konate, we just saw you standing there with nothing to do!
Bojan Malisic bermain flamboyan. Well done.
Eka penuh pengalaman, sudahlah. Biar tak lagi muda. Sudahlah.
In Kyun nampak demam panggung di 45 awal, selepas itu, ia nampak menikmati semuanya.
Yang menarik, Puja Abdillah Alvarest yang tidak tampil selayaknya mengeluarkan kemampuan terbaik. But come on, tidak mudah untuk menjadi dirinya di hari Selasa kemarin. Hari kemarin adalah hari pertamanya bermain melewati batas paling tinggi impian dalam karirnya. Mimpi masa kecil yang menjadi kenyataan bermain dibawah sorot mata 25ribu orang. Pengalamannya belum berkata banyak, tapi percayalah, kemarin adalah hari paling indah dalam sejarah hidup pemuda berusia 21 tahun itu.
Billy Keraf, banyak sekali bobotoh menginginkan Billy diberikan menit bermain lebih, dan waktupun tiba. Bermain 80 menit adalah pencapaian menarik untuk Billy, tapi Bil, banyak kehilangan bola bukan target yang kau inginkan di hari kemarin. Tak apa.
Hari Minggu ini, mental dari seluruh tim akan diuji melawan pemuncak klasemen sementara grup A, PSMS Medan. Di bawah asuhan mantan pelatih yang membawa klub terbesar di Jawa Barat ini juara di 2014, PSMS berhasil menaklukkan tim unggulan sekaliber PSM Makassar. Menarik disimak juga Jajang Sukmara, Abdul Aziz, Erwin Ramdani, dan Suhandi yang tentu mempunyai semangat lebih melawan tim kampung halaman mereka. Partai klasik yang menarik untuk ditunggu di akhir pekan.
Aku meng-Abah Gomez kan diriku sendiri. Meracik turntableku untuk sebuah pembuktian, akankah paduan ini menghasilkan musik indah bernada juara? Atau hanya akan berakhir biasa saja?
Selepas kemenangan lawan Sriwijaya, datang kegundahan lainnya.
Tapi, hidup adalah tentang menikmati kegundahan-kegundahan yang tersaji silih berganti. Di poin ini, kau sudah melakukannya dengan benar, Sib. Keep going.
DI akhir album Please Please Me, ditutup oleh Twist and Shout. Lagu upbeat yang dangan sangat menggoda untuk dirayakan, dengan Juara? Ah, dengan apapun akan kunikmati asal kamu (Persib), lakukanklah yang selayaknya kamu lakukan.
Jarum Stantonku ini ibarat striker, pemilik tugas akhir untuk mengantarkan ke sebuah tujuan.
Abah Gomez, tim yang sedang kau tanggung bebannya ini bukan sekaliber Technics SL-Q300 ku, mungkin saja Garrard 401 atau turntable lainnya yang berkali-kali lipat value dan prestisenya. Tentu, dengan level itu, kau tidak akan menyia-nyiakan turntable itu pada Jarum Stanton. Pilihanmu akan lebih selayaknya, akan lebih seharusnya.
Mari kita bersama-sama menikmati kegundahan-kegundahan lainnya yang akan disajikan oleh Klub ini dan seluruh isinya. Kutunggu sampai Twist and Shout berkumandang.
Begitulah pandangan saya terhadap alur cerita awal yang dimiliki Persib Bandung. Masing-masing dari kita memiliki pandangan dan jalan pikiran berbeda. Tapi maaf, dengan segala hormat yang ada, tak ada yang perlu dibahas tentang nama yang tak selayaknya ada. Terima kasih.
Ditulis oleh @egofauzy, seorang Bobotoh yang kebetulan terdampar sunyi di simamaung.com.

ngomong naon sih maneh teh 😅
Nya kitu we….
Amin , keren mang 🙇
Melankolis Bgt,
Keren lah..!
naon sih ieu?
#pastisieta
Moal ngarti bobotoh “kelas handap” mah, sabenerna iyeu tulisan hade tp jang dikonsumsi jang kelas “menengah atas” punten ah.
komo bobotoh nasi bungkus pendukung hardcore si eta mah