

Tantan, Lembang, 2021
Terjangan kaki Ahmet Atayew menghampiri, tentu Tantan tak sedikit pun takut mengelak berduel merebutkan bola. ‘Krek’, seorang Tantan yang dikenal kuat dan tangguh terkapar menahan sakit di lutut kanannya, seketika medis menghampiri, memberikan sinyal ia habis di pertandingan.
Siapa sangka tackle horor Atayew di Kanjuruhan (12/8/2017) menyudahi aksi-aksi spartan si Kujang Lembang yang biasa menghibur kita tonton di lapangan. Ia menyudahi musim lebih cepat, padahal pertandingan Liga 1 baru memasuki pekan ke-19.
“Menit 40 saya dapat bola dari Essien saya dribling saya tekuk langsung si stopernya (Atayew) ngambil (tackle) dari setengah lutut, sudah di situ saya enggak berdaya tidur (tergeletak) langsung dokter datang, kata dokter sudah ini mah ganti enggak akan bener,” Tantan bercerita lagi tentang situasi sulit untuknya.
Saat itu dirinya berusaha bangun dan berjuang kembali, tak sanggup, berjalan pun harus ditopang. Terpaksa digantikan Ezechiel N’Douassel, pemain asing baru yang melakukan debut. “Ganti, saya bilang enggak dok coba dulu disemprot, disemprot (spray ethyl chloride) pas berdiri dan melangkah yang kanan kaki tuh kerasa kaya misah (di lutut) langsung tidur lagi di situ dan keluar (digantikan Ezechiel),” lanjut Tantan.

Tantan vs Atayew di Kanjuruhan (12/8/2017).
Ya, tak ada pikiran dalam benak Tantan ia akan habis malam itu di langit Kanjuruhan. Ahmet Attayew pun pergi menghampiri dan meminta maaf atas tackle-nya, Tantan hanya pasrah menahan sakit.
“Waktu saya ke pinggir Ahmet Atayew nungguin di pinggir dia bilang sorry friend. Karena dia juga ngerasa capek digempur sama Tantan dan Henhen di sebelah kanan itu. Dia sudah geleng-geleng kepala sampai menit 40 itu mungkin akhirnya, sudah takdir harus cedera,” katanya.
Tantan mengalami komplikasi cedera di sekitar lututnya, cedera anterior cruciate ligament (ACL), meniskus, dan retak tulang. Sempat melakukan terapi pemulihan selama 3 bulan, namun masih merasakan sakit saat jogging. Tindakan operasi akhirnya dilakukan. Vonis dokter saat itu mengerikan, ia tak dianjurkan kembali ke lapangan sebagai pemain alias memaksa harus pensiun.
“Saya ditanya sama manajemen, dan saya coba dulu tiga bulan (program pemulihan) kalau enggak ada perkembangan baru dioperasi. Jadi cedera ACL ada, meniskusnya ada, karena benturan pas lutut bagian dalam. Ada yang retak, tapi yang retak sembuh. Dokter sempat bilang Tantan enggak akan bisa main lagi, itu paling ngeri,” paparnya.
Pemain yang identik dengan nomor punggung 82 itu tak pernah mengira, musim 2017 adalah tahun terakhirnya berkostum Persib. Berusaha sembuh lebih cepat namun tindakan operasi membuatnya melakukan pemulihan lebih lama. Ia rupanya dinantikan pelatih Mario Gomez untuk gabung di putaran kedua, namun lututnya belum sepenuhnya pulih, dirinya melewatkan musim 2018 tanpa klub.
“Musim 2018 itu sempet ditunggu Mario Gomez untuk masuk putaran kedua, dia nanya ke Pak Yaya (Sunarya) mana penyerang yang kuat di depan itu? Saya mencari pemain berkarakter di depan, tapi kan saya belum pulih 100 persen. Akhirnya Patrich Wanggai yang masuk,” bebernya.

Tatan di Persib B atau Blitar Bandung United.
Sisa-sisa perjuangannya sebagai pemain ia habiskan di kompetisi Liga 2. Musim 2019 mampu kembali ke lapangan bergabung bersama Persib B yang kala itu bernama Blitar Bandung United. Akibat cedera dan operasi tak mengembalikan performa terbaik seorang Tantan.
“Operasi itu harapannya pasti ingin bisa main lagi. Tapi dari dulu saya kalau ada cita-cita enggak pengen ah ini harus dikejar nih, takutnya pas enggak kekejar kecewa frustasi. Jadi dijalani saja kalau sembuh Alhamdulillah bisa main, kalau enggak juga disyukurin saja,” imbuhnya.
Tantan dijuluki pula sebagai one man show. Ia mampu membawa tim-tim tak diperhitungkan meraih kemenangan karena kontribusi kegigihannya di lapangan. Pernah juara divisi dua bersama Persibo Bojonegoro, jadi pemain yang paling menonjol dan dilirik klub besar saat mengabdi di Persikab, Persitara/Batavia Union.
Bersama Sriwijaya FC ia sumbang trofi turnamen pra musim di Inter Island Cup (2013). Penantian dan kerja keras yang berujung sempurna Tantan juara Liga Indonesia bersama klub yang ia dambakan, Persib (2014).

Tatan melawan Arema di Semifinal ISL 2014.
Cedera akan terus membayangi semua pemain, namun bukan berarti akhir dari segalanya. Dengan tekad dan kemauan keras untuk sembuh banyak contoh pemain yang mampu kembali lebih kuat. Tantan berpesan agar semua pemain terkhusus pemain muda tak patah semangat sampai frustasi menghadapinya.
“Khususnya untuk pemain muda enggak usah frustasi atau putus asa karena cedera, semua sudah diatur sama Allah pada akhirnya saya masih bisa main bola lagi,” pesannya.
Tantan memutuskan pensiun tahun 2020 di usia 38 tahun pasca batal memperkuat PSKC Cimahi di Liga 2 karena kompetisi dihentikan akibat Covid-19. Kini ia memiliki lisensi kepelatihan C AFC dan menggodok pemain muda di Akademi Persib Bandung.
Ditulis oleh Adil Nursalam, jurnalis Simamaung, berakun Twitter @yasseradil dan Instagram @yasser_adil
___
Komentar Bobotoh