Akhir dari Sebuah Era
Saturday, 05 December 2015 | 10:05
Beberapa hari ini pemberitaan tentang Persib di beberapa media terfokus terhadap beberapa hal di luar lapangan. Mulai dari berita tidak ikut sertanya Vladimir Vujovic di Piala Jenderal Sudirman (PJS), hengkangnya Makan Konate ke tim Jiran pasca PJS, mundurnya Pa H. Umuh dari jabatan managernya, dan kini media baik daring maupun luring gencar memberitakan tentang hengkangnya empat pemain pilar Persib di beberapa tahun terakhir. Firman Utina, Ahmad Jufriyanto, Abdulrahman dan Supardi Nasir yang sebelumnya enggan untuk menandatangani kontrak jangka pendek untuk turnamen PJS karena beberapa klausul yang merugikan para pemain dikabarkan akan meninggalkan Persib.
Miris memang membaca beberapa berita tentang kenyataan polemic di tubuh manajemen klub dengan tim. Sangat sedih membaca beberapa berita tentang wawancara pemain yang membeberkan kenyataan di tubuh klub. Ketika dunia semakin tumbuh modern, begitu pula klub-klub sepakbola Indonesia sedang merangkak mengejar ketertinggalan dari gemerlapnya industry sepakbola Eropa. Persib yang didaulat sebagai klub professional percontohan di Indonesia juga mengalami penambahan tujuan, selain untuk mendapatkan prestasi di ajang sepakbola sebagai bidang utama, Persib tentu mendambakan sebuah keuntungan hasil dari industry sepakbola.
Janganlah bicara tentang loyalitas dengan para pemain. Yakinlah loyalitas hanya milik bobotoh. Mereka adalah pemain sepakbola professional. Sepakbola adalah lapangan pekerjaan bagi mereka dan pemain sepakbola adalah pekerjaan mereka. Sebuah pepatah berbicara bahwa cintailah pekerjaanmu, jangan cintai yang memperkerjakanmu karena ketika kamu sudah tidak dibutuhkan, tempatmu bekerja tidak akan mencintaimu. Mereka adalah pekerja di Persib, mencari nafkah untuk menghidupi kehidupan mereka dan keluarga. Janganlah menuntut loyalitas ketika mereka tidak mendapatkan hak mereka. Mereka berhak untuk pergi, namun kenanglah mereka sebagai pahlawan.
Sembilan belas tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menunggu gelar juara. Pastilah kita masih mengingat semangat juang Vlado di semifinal ISL melawan Arema, bagaimana integritas Makan Konate ketika menelusuri pertahanan lawan dan bagaimana Firman cs menjadi pembeda ketika tim sedang dalam posisi kalah. Saya selalu mengingat umpan Firman kepada Zulham Zamrun kala merobek jala PBFC. Betapa memori yang indah untuk dikenang, bukan? Kenangan indah generasi kita saat ini bukan hanya pemain ”one night stand” seperti Beckamenga, Suchao, Kosin maupun van Dijk yang hanya memberikan kenangan sesaat tanpa gelar juara. Berterimakasihlah kalian kepada para juara yang kini mundur satu persatu.
Ketika saya melihat lini masa twitter banyak yang menulis bahwa ini adalah akhir sebuah era. Begitulah kenyataannya Persib kini. Sebuah era dibentuk dengan perjuangan ratusan pemain dan puluhan manajemen untuk mendapatkan kejayaan. Dan ketika sebuah era harus berakhir, yakinlah era baru akan datang. Mari kita sambut era baru Persib Bandung, bukankah kita antusias ketika nama Gian Zola dan Febry Bow menghiasi line up pada PJS kemarin? Yakinlah era baru akan lebih cerah. Karena pemain datang dan pergi, namun Persib akan selalu abadi. Mari kita berdoa agar tidak perlu menunggu 19 tahun lagi.
Ditulis oleh Brian Mahesa, Presiden Direktur, CEO dan owner dari akun twitter @ibaybrian.
Ingin curhat atau punya tulisan menarik tentang Persib? Bobotoh bisa mengirim tulisan ke simamaung.com@gmail.com, minimal 1 halaman Microsoft Word. Nuhun.

Beberapa hari ini pemberitaan tentang Persib di beberapa media terfokus terhadap beberapa hal di luar lapangan. Mulai dari berita tidak ikut sertanya Vladimir Vujovic di Piala Jenderal Sudirman (PJS), hengkangnya Makan Konate ke tim Jiran pasca PJS, mundurnya Pa H. Umuh dari jabatan managernya, dan kini media baik daring maupun luring gencar memberitakan tentang hengkangnya empat pemain pilar Persib di beberapa tahun terakhir. Firman Utina, Ahmad Jufriyanto, Abdulrahman dan Supardi Nasir yang sebelumnya enggan untuk menandatangani kontrak jangka pendek untuk turnamen PJS karena beberapa klausul yang merugikan para pemain dikabarkan akan meninggalkan Persib.
Miris memang membaca beberapa berita tentang kenyataan polemic di tubuh manajemen klub dengan tim. Sangat sedih membaca beberapa berita tentang wawancara pemain yang membeberkan kenyataan di tubuh klub. Ketika dunia semakin tumbuh modern, begitu pula klub-klub sepakbola Indonesia sedang merangkak mengejar ketertinggalan dari gemerlapnya industry sepakbola Eropa. Persib yang didaulat sebagai klub professional percontohan di Indonesia juga mengalami penambahan tujuan, selain untuk mendapatkan prestasi di ajang sepakbola sebagai bidang utama, Persib tentu mendambakan sebuah keuntungan hasil dari industry sepakbola.
Janganlah bicara tentang loyalitas dengan para pemain. Yakinlah loyalitas hanya milik bobotoh. Mereka adalah pemain sepakbola professional. Sepakbola adalah lapangan pekerjaan bagi mereka dan pemain sepakbola adalah pekerjaan mereka. Sebuah pepatah berbicara bahwa cintailah pekerjaanmu, jangan cintai yang memperkerjakanmu karena ketika kamu sudah tidak dibutuhkan, tempatmu bekerja tidak akan mencintaimu. Mereka adalah pekerja di Persib, mencari nafkah untuk menghidupi kehidupan mereka dan keluarga. Janganlah menuntut loyalitas ketika mereka tidak mendapatkan hak mereka. Mereka berhak untuk pergi, namun kenanglah mereka sebagai pahlawan.
Sembilan belas tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menunggu gelar juara. Pastilah kita masih mengingat semangat juang Vlado di semifinal ISL melawan Arema, bagaimana integritas Makan Konate ketika menelusuri pertahanan lawan dan bagaimana Firman cs menjadi pembeda ketika tim sedang dalam posisi kalah. Saya selalu mengingat umpan Firman kepada Zulham Zamrun kala merobek jala PBFC. Betapa memori yang indah untuk dikenang, bukan? Kenangan indah generasi kita saat ini bukan hanya pemain ”one night stand” seperti Beckamenga, Suchao, Kosin maupun van Dijk yang hanya memberikan kenangan sesaat tanpa gelar juara. Berterimakasihlah kalian kepada para juara yang kini mundur satu persatu.
Ketika saya melihat lini masa twitter banyak yang menulis bahwa ini adalah akhir sebuah era. Begitulah kenyataannya Persib kini. Sebuah era dibentuk dengan perjuangan ratusan pemain dan puluhan manajemen untuk mendapatkan kejayaan. Dan ketika sebuah era harus berakhir, yakinlah era baru akan datang. Mari kita sambut era baru Persib Bandung, bukankah kita antusias ketika nama Gian Zola dan Febry Bow menghiasi line up pada PJS kemarin? Yakinlah era baru akan lebih cerah. Karena pemain datang dan pergi, namun Persib akan selalu abadi. Mari kita berdoa agar tidak perlu menunggu 19 tahun lagi.
Ditulis oleh Brian Mahesa, Presiden Direktur, CEO dan owner dari akun twitter @ibaybrian.
Ingin curhat atau punya tulisan menarik tentang Persib? Bobotoh bisa mengirim tulisan ke simamaung.com@gmail.com, minimal 1 halaman Microsoft Word. Nuhun.
