Ruang Ganti yang Hening dan Muram Itu
Thursday, 28 May 2015 | 16:38
“Mewakili pemain, kami minta maaf atas hasil hari ini, Rabu (27/5). Kami sudah sudah memberikan segalanya, kemampuan kami, tapi hasilnya tidak menyenangkan buat semua, sehingga kami terhenti di babak 16 besar dan berhenti pula aktivitas kami berlatih dan bertanding sampai waktu yang tidak ditentukan, saya akan rindu teman-teman, rindu Persib dan rindu atmosphere suporter.” – Atep, Kapten Persib Bandung.
Disadari atau tidak, kekalahan Persib atas Kitchee SC, Rabu (27/5) sore dengan skor 0-2 membuat terpukul sangat punggawa Maung Bandung. Hal ini terlihat dari curhatan sang kapten, Atep. Ia terlihat bermain kurang maksimal pada pertandingan yang mendatangkan kekalahan pertama Persib di AFC Cup itu. Terlihat bagaimana pemain 29 tahun itu digantikan oleh Dias Angga di babak kedua, dan secepat mungkin meninggalkan lapangan karena tahu rekan-rekannya mengejar waktu untuk menyamakan kedudukan. Ban kapten pun segera dilemparkan kepada Tantan guna dititipkan kepada M. Ridwan.
Pasca pertandingan, tim Persib berusaha menerima kekalahan dengan wajah tegap dan lapang dada. Sesegera mungkin mereka memasuki ruang ganti dan melaksanakan sholat bersama. Atep “The Lord” pun sempat memosting foto kebersamaan tim saat di pantai, di sana terlihat keceriannya yang sumringah. Namun, pesan dalam captionnya menyiratkan makna luka yang sangat dalam.
Kutipan dalam akun Instagram-nya, 4tep, dipastikan akan membuat terenyuh siapapun orang yang membacanya. Di ujung senja itu, suasana di ruang ganti digambarkan sangat berbeda daripada biasanya. Ruang ganti tim Maung Bandung terasa hampa, muram, serasa pertandingan itu merupakan perjuangan penghabisan, dan mereka terlihat tidak akan kembali menjalani pertandingan dalam kurun waktu yang lama.
Ruang ganti Si Jalak Harupat itu sepertinya memang akan menjadi pelabuhan yang ditinggal kapal-kapalnya, hening. Tidak akan ada lagi teriakan pelatih menginstruksikan skema, tidak akan ada lagi pelatih yang menegur kesalahan pemainnya, tidak akan ada lagi kobaran semangat meneriakan ‘PERSIB BANDUNG’ setiap sebelum dan sesudah pertandingan, tidak ada lagi kamit doa penguat hati, dalam waktu lama.
Tidak akan ada lagi sepakbola untuk jangka waktu yang belum ditentukan. Bagi sebagian pemain, mungkin senja itu adalah senja terakhir mereka meresap suasana Si Jalak harupat. Karena tidak ada kepastian, apakah tim ini akan kembali bersama dalam suka dan duka atau dipisahkan begitu saja.
Dan suasana ini dimengerti sangat oleh sang kapten.
“Kekalahan ini membuat kami terpukul, kami merasakan hening dan terharunya ruang ganti, seakan-akan kita selesai sampai di sini. Kami takut bukan karena masa depan kami mencari nafkah terhenti, tapi kami lebih takut tim ini tidak bersama-sama lagi, karena dampak dari kompetisi kita yang terhenti.”
Ditulis oleh Adil Nursalam, wartawan Simamaung yang masih single dan available, sedang menyelesaikan kuliahnya di Unisba, berakun twitter @yasseradil.

“Mewakili pemain, kami minta maaf atas hasil hari ini, Rabu (27/5). Kami sudah sudah memberikan segalanya, kemampuan kami, tapi hasilnya tidak menyenangkan buat semua, sehingga kami terhenti di babak 16 besar dan berhenti pula aktivitas kami berlatih dan bertanding sampai waktu yang tidak ditentukan, saya akan rindu teman-teman, rindu Persib dan rindu atmosphere suporter.” – Atep, Kapten Persib Bandung.
Disadari atau tidak, kekalahan Persib atas Kitchee SC, Rabu (27/5) sore dengan skor 0-2 membuat terpukul sangat punggawa Maung Bandung. Hal ini terlihat dari curhatan sang kapten, Atep. Ia terlihat bermain kurang maksimal pada pertandingan yang mendatangkan kekalahan pertama Persib di AFC Cup itu. Terlihat bagaimana pemain 29 tahun itu digantikan oleh Dias Angga di babak kedua, dan secepat mungkin meninggalkan lapangan karena tahu rekan-rekannya mengejar waktu untuk menyamakan kedudukan. Ban kapten pun segera dilemparkan kepada Tantan guna dititipkan kepada M. Ridwan.
Pasca pertandingan, tim Persib berusaha menerima kekalahan dengan wajah tegap dan lapang dada. Sesegera mungkin mereka memasuki ruang ganti dan melaksanakan sholat bersama. Atep “The Lord” pun sempat memosting foto kebersamaan tim saat di pantai, di sana terlihat keceriannya yang sumringah. Namun, pesan dalam captionnya menyiratkan makna luka yang sangat dalam.
Kutipan dalam akun Instagram-nya, 4tep, dipastikan akan membuat terenyuh siapapun orang yang membacanya. Di ujung senja itu, suasana di ruang ganti digambarkan sangat berbeda daripada biasanya. Ruang ganti tim Maung Bandung terasa hampa, muram, serasa pertandingan itu merupakan perjuangan penghabisan, dan mereka terlihat tidak akan kembali menjalani pertandingan dalam kurun waktu yang lama.
Ruang ganti Si Jalak Harupat itu sepertinya memang akan menjadi pelabuhan yang ditinggal kapal-kapalnya, hening. Tidak akan ada lagi teriakan pelatih menginstruksikan skema, tidak akan ada lagi pelatih yang menegur kesalahan pemainnya, tidak akan ada lagi kobaran semangat meneriakan ‘PERSIB BANDUNG’ setiap sebelum dan sesudah pertandingan, tidak ada lagi kamit doa penguat hati, dalam waktu lama.
Tidak akan ada lagi sepakbola untuk jangka waktu yang belum ditentukan. Bagi sebagian pemain, mungkin senja itu adalah senja terakhir mereka meresap suasana Si Jalak harupat. Karena tidak ada kepastian, apakah tim ini akan kembali bersama dalam suka dan duka atau dipisahkan begitu saja.
Dan suasana ini dimengerti sangat oleh sang kapten.
“Kekalahan ini membuat kami terpukul, kami merasakan hening dan terharunya ruang ganti, seakan-akan kita selesai sampai di sini. Kami takut bukan karena masa depan kami mencari nafkah terhenti, tapi kami lebih takut tim ini tidak bersama-sama lagi, karena dampak dari kompetisi kita yang terhenti.”
Ditulis oleh Adil Nursalam, wartawan Simamaung yang masih single dan available, sedang menyelesaikan kuliahnya di Unisba, berakun twitter @yasseradil.

Thanks for all. Kalian buat kami adalah sumber semangat dimana teriakan kami dibalas dengan prestasi. Jangan berhenti berdoa untuk kemajuan sepak bola indonesia terutama persib. Kami melihat Persib bukan hanya sekedar klub sepak bola melainkan sebuah keluarga. Semoga para pihak terkait segera mungkin memutuskan yang terbaik. Hari ini tanggal 29 adalah batas akhir yang diberikan FIFA untuk Indonesia yang sudah harus memperbaiki sistem persepakbolaannya. Sepak bola Indonesia bukan hanya milik para mafia, tetapi milik kami juga supporter yang tanpa sedikitpun memikirkan rupiah disana. Sekali lagi, terima kasih untuk semua pemain dan management juga tim pelatih. Kami akan rindu permainanmu.
Atep di ganti karena cidera mungkin kram, dia yg meminta ke beanch.
Tong sedih TEP, ari maen mah biasa aya meunang aya eleh. kamari haneut keneh di champion bayer munchen samemeh semi final mah digjaya tapi ari geus kuduna eleh mah eleh wae, sabab lawanna leuwih alus dina taktik jeung strategina….mudah-mudahan tim PERSIB tetep sauyunan
sok atuh ka hareup mah Persib teh sing alus