Robert Nantikan Respon dari PSSI dan LIB
Tuesday, 17 September 2019 | 11:07
Kejadian terlewat batas kembali terjadi, bus Persib dilempari batu oleh seseorang tak bertanggung jawab hingga kaca bus pecah dan menimbulkan korban, Omid Nazari terluka. Insiden terjadi pasca Persib menjamu Tira Persikabo, Sabtu (14/9/2019) di Stadion Pakansari.
Persib pun telah mengirim surat tuntutan kepada PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator. Pada intinya PSSI dan PT LIB harus bertindak, agar bagaimana kejadian serupa tidak terjadi. Mengingat kejadia serupa pernah dialami tim Persija saat away ke Makassar di Piala Indonesia.
Persib pun bukan sekali ini saja mengalami hal demikian pada musim-musim sebelumnya. Kondisi tersebut amat sangat buruk dan mengancam keselamatan pemain. Karena bagaimanapun kekerasan tidak dibenarkan dalam sepakbola.
“Mari kita lihat ke belakang soal insiden yang sering terjadi pada beberapa klub di sepakbola Indonesia musim ini. Saya tidak mau menyebutkan klub apa dan bukan hanya musim ini tapi terjadi di beberapa musim ke belakang. Kejadian ini terus berulang dan setiap saat saya merasa ini semakin serius dan semakin bahaya,” kata Robert.
Oleh karenanya melalui surat protes itu, Robert menanti respon tindakan PSSI dan LIB. Jika mereka membiarkan insiden tersebut berlalu begitu saja maka otoritas tertinggi sepakbola Indonesia membenarkan kekerasan di sepakbola diperbolehkan di negeri ini.
“Jika insiden seperti ini diterima oleh lingkungan atau diterima oleh pihak otoritas, itu kondisi yang sangat berbahaya. Saya pikir pihak otoritas sepakbola Indonesia ingin lebih baik dan mengambil tindakan yang tepat. Saya pikir orang-orang harus peduli dan paham untuk menyudahi ini,” beber Robert.
Tuntutan Persib seperti apa yang diterangkan Robert tercantum dalam surat poin ke-3, berbunyi :
3. Bahwa insiden seperti ini adalah yang kedua kalinya kami terima saat menjalani laga tandang di Liga 1 2019 dan dikhawatirkan akan menjadi trauma bagi beberapa pemain. Sebelumnya, tim Persib mendapatkan perlakuan serupa setelah sesi official training di Stadion Kanjuruhan dalam rangkaian pertandingan melawan Arema FC. Oleh karenanya, kami menuntut agar PT Liga Indonesia Baru dan PSSI untuk membuat regulasi baru terkait standar keamanan dan keselamatan tim selama dalam rangkaian pertandingan supaya ke depannya tidak ada kejadian-kejadian seperti ini lagi.
Robert berharap otoritas PSSI dan PT LIB mampu mengatasi masalah yang selama ini menjadi penyakit di sepakbola Indonesia. Ia juga berharap besar Bobotoh tak melakukan tindakan balasan.
“Kami ingin orang-orang menikmati pertandingan di stadion dan tidak ingin mereka terancam ketika di stadion. Jadi yang pertama, saya sangat berharap pihak otoritas bisa mengatasi masalah ini. Lalu pelaku merasa malu dengan apa yang dilakukannya. Kami tidak akan melakukan pembasalan, kami adalah Persib, klub sepakbola dan tidak ada rencana untuk balas dendam,” harapnya.

Kejadian terlewat batas kembali terjadi, bus Persib dilempari batu oleh seseorang tak bertanggung jawab hingga kaca bus pecah dan menimbulkan korban, Omid Nazari terluka. Insiden terjadi pasca Persib menjamu Tira Persikabo, Sabtu (14/9/2019) di Stadion Pakansari.
Persib pun telah mengirim surat tuntutan kepada PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator. Pada intinya PSSI dan PT LIB harus bertindak, agar bagaimana kejadian serupa tidak terjadi. Mengingat kejadia serupa pernah dialami tim Persija saat away ke Makassar di Piala Indonesia.
Persib pun bukan sekali ini saja mengalami hal demikian pada musim-musim sebelumnya. Kondisi tersebut amat sangat buruk dan mengancam keselamatan pemain. Karena bagaimanapun kekerasan tidak dibenarkan dalam sepakbola.
“Mari kita lihat ke belakang soal insiden yang sering terjadi pada beberapa klub di sepakbola Indonesia musim ini. Saya tidak mau menyebutkan klub apa dan bukan hanya musim ini tapi terjadi di beberapa musim ke belakang. Kejadian ini terus berulang dan setiap saat saya merasa ini semakin serius dan semakin bahaya,” kata Robert.
Oleh karenanya melalui surat protes itu, Robert menanti respon tindakan PSSI dan LIB. Jika mereka membiarkan insiden tersebut berlalu begitu saja maka otoritas tertinggi sepakbola Indonesia membenarkan kekerasan di sepakbola diperbolehkan di negeri ini.
“Jika insiden seperti ini diterima oleh lingkungan atau diterima oleh pihak otoritas, itu kondisi yang sangat berbahaya. Saya pikir pihak otoritas sepakbola Indonesia ingin lebih baik dan mengambil tindakan yang tepat. Saya pikir orang-orang harus peduli dan paham untuk menyudahi ini,” beber Robert.
Tuntutan Persib seperti apa yang diterangkan Robert tercantum dalam surat poin ke-3, berbunyi :
3. Bahwa insiden seperti ini adalah yang kedua kalinya kami terima saat menjalani laga tandang di Liga 1 2019 dan dikhawatirkan akan menjadi trauma bagi beberapa pemain. Sebelumnya, tim Persib mendapatkan perlakuan serupa setelah sesi official training di Stadion Kanjuruhan dalam rangkaian pertandingan melawan Arema FC. Oleh karenanya, kami menuntut agar PT Liga Indonesia Baru dan PSSI untuk membuat regulasi baru terkait standar keamanan dan keselamatan tim selama dalam rangkaian pertandingan supaya ke depannya tidak ada kejadian-kejadian seperti ini lagi.
Robert berharap otoritas PSSI dan PT LIB mampu mengatasi masalah yang selama ini menjadi penyakit di sepakbola Indonesia. Ia juga berharap besar Bobotoh tak melakukan tindakan balasan.
“Kami ingin orang-orang menikmati pertandingan di stadion dan tidak ingin mereka terancam ketika di stadion. Jadi yang pertama, saya sangat berharap pihak otoritas bisa mengatasi masalah ini. Lalu pelaku merasa malu dengan apa yang dilakukannya. Kami tidak akan melakukan pembasalan, kami adalah Persib, klub sepakbola dan tidak ada rencana untuk balas dendam,” harapnya.

Ngarep adil hese pngurus na eta eta kneh /paph fc+baso fc ?
Responna atoh da korbanna ti pihak persib,mun pelakuna ti pihak persib pasti ambek,diedankeun sanksina ge
Tingali we da pengurus pssi teh pentolan klub2 rival persib.
Lamun pengurus otoritas jalma waras…pasti diberesan.
Mun ngajaredog wae berarti koplak