Persib Kami Lebih Besar dari Mulutmu, Wan!
Monday, 28 September 2015 | 10:11
Sabtu, 26 September 2015, balas dendam mungkin judul yang pas untuk pertandingan Sabtu itu. Arus jalan menuju Stadion Si Jalak Harupat sore itu mungkin terlihat lebih ramai dari biasanya. Gerombolan berbaju biru yang dikenal dengan sebutan Bobotoh berlomba-lomba menuju stadion untuk menyaksikan pertandingan 8 besar Piala Presiden. Ya, hari itu di stadion milik Kabupaten Bandung terjadi perebutan tiket semifinal Piala Presiden 2015 leg-2 yang mempertemukan Persib melawan Pusamania Borneo FC. Sebelumnya pada leg-1 Persib harus mengakui kemenangan tim tuan rumah dengan skor 3-2.
Psywar yang dilakukan oleh Iwan kepada Djanur sebelum pertandingan menjadi bumbu-bumbu menjelang pertandingan dan berhasil membuat emosi sebagian bobotoh, termasuk saya. Siapa sih Iwan? Pelatih yang disuruh mundur oleh tim tetangga doang, gak punya prestasi apa-apa, gak ada sesuatu yang bisa dibanggakan dari dia selain mulut besarnya. Mungkin psywar yang dilakukan oleh Iwan salah satu strategi media officer PBFC untuk menaikan pamornya agar dikenal banyak orang, maklum lawannya tim besar sekelas Persib yang sudah dikenal di dunia, jadi nebeng nama biar eksis hehehe.. Selama seminggu terakhir ini sepertinya situs milik klub asal Borneo itu banyak di akses, inilah salah satu tujuan mereka untuk melakukan psywar tersebut di samping mempengaruhi mental tim Persib juga untuk jualan.
Karena psywar yang dilakukan Iwan, animo bobotoh untuk menyaksikan pertandingan menjadi tinggi, inilah yang menjadi bumerang bagi tim PBFC, karena berkat mulut besarmu kami (bobotoh) dapat menyatukan suara untuk men-support Persib dan menjatuhkan mental para pemainmu. Senjata makan tuan, Wan! 2×45 menit kami selalu meneriakkan pemain-pemainmu termasuk kamu dengan kata-kata yang sedikit banyak dapat mempengaruhi mental bertanding pasukanmu, banner-banner yang dipasang tidak sedikit ditujukkan untukmu, Wan. Sebagian bobotoh mengacung-acungkan uang untuk tim kamu, karena sejarah tidak dapat dibeli oleh uang. Sadar Wan! Kamu hanya melatih tim kemarin sore, tim promosi yang belum mencicipi kerasnya ISL. Jangan merasa tinggi, karena di atas langit masih ada langit. Dirimu merasa kuat hanya karena disokong oleh dana berlimpah, berbeda seperti saat melatih tim ibu kota dengan dana minim dan pemain seadaanya, mungkin mulut besarmu akan bisu melawan tim sebesar Persib.
Media silih berganti memberitakan psywar yang dilakukan oleh Iwan. Djanur tidak menanggapi psywar Iwan, ia tipikal pelatih yang berkepala dingin, tenang dan tidak mudah untuk terpancing emosi. Ia fokus pada pertandingan leg-2 agar tidak mengecewakan bobotoh sekaligus memberikan kado ulang tahun untuk Kota Bandung. Mungkin prinsip Djanur, “sedikit berbicara banyak bekerja” intinya sih lihat saja di lapangan karena 2x45menit yang akan membuktikan siapa yang layak lolos ke semifinal.
Ketika identitas kita di usik, harga diri yang akan kita pertaruhkan – Atep
Kuitpan di atas adalah tweet yang di-posting oleh akun twitter Atep. Mungkin para pemain pun sudah kesal dan sudah gatal ingin membalas semua ucapan Iwan dengan kemenangan. Firman berucap “biar para pemain Persib yang membalas, percayakan pada kami (pemain Persib) untuk membalasnya, bobotoh hanya fokus untuk mendukung dan men-support Persib lolos ke babak semifinal” seperti itulah kurang lebih. Kami percaya Persib bisa menyumpal omongan Iwan dengan kemenangan! Kami sudah lelah membaca celotehan-celotehan Iwan yang saya rasa lebih buruk dari rumus-rumus algoritma.
Pertandingan yang sudah diprediksikan akan berlangsung keras memang terbukti, 11 kartu kuning dan 3 kartu merah yang dikeluarkan wasit Jumadi Efendi menjadi bukti bahwa pertandingan tersebut penuh dengan emosi. Ponaryo yang di leg 1 leluasa menguasi lini tengah karena kebal kartu, seperti menciut nyalinya saat bermain di Stadion Si Jalak Harupat. Skema mereka sama sekali tidak berjalan, menurut saya seperti inilah tim yang tidak mempunyai strategi, Wan. Sempat kecolongon oleh gol Jamul lewat serangan balik berkat umpan maskot Persipura Boaz, Persib harus tertinggal lebih dulu. Gol tersebut membuat jumawa pemain asal Jatinangor tersebut dengan selebrasi yang terkesan memprovokasi bobotoh. Akhirnya latihan selebrasi mereka gak sia-sia, dapat diterapkan dengan baik. Hingga turun minum, Persib masih belum bisa menyamakan atau mengungguli tim asal Borneo tersebut.
Babak ke 2, pelatih Persib yang kata Iwan gak punya strategi akhirnya memasukan Spaso untuk menggantikan Tantan. Di babak 2 ini Janur benar-benar meracik strateginya dengan cukup apik. Dan hasilnya? Persib bisa membalikkan keadaan. Dua gol disarangkan ke gawang PBFC, luar biasa! Sontak, para pemain dan official PBFC seperti kebakaran jengot. Para pemain mereka seperti emosi oleh skill-skill yang dilakukan pemain Persib setelah unggul 2-1. Sibuk mencari solusi untuk kembali mencetak 1 gol ke gawang Persib, tapi apa daya menembus kotak penalti untuk menggosok voucher penalti pun tampaknya sulit. Jadi apa boleh buat, goodbye PBFC!
Momen yang saya mungkin akan selalu ingat pada pertandingan tersebut ketika Atep harus digantikan oleh Taufik, otomatis ban kapten harus diberikan pada pemain lain. Atep memberikan ban kapten tersebut pada Hariono, namun kemudian Hariono berlari mengarah pada Firman, bukannya menerima ia seperti menyuruh Hariono untuk memakainya. Mereka seperti saling mengalah untuk menggunakan ban kapten. Hingga harus berdebat lalu diakhiri dengan sebuah tepukan tangan Hariono pada punggung Firman. Epic! Lalu, Mas Har yang memang menjadi pemain favorit saya bertukar kostum dengan Boaz, salah satu pemain terbaik yang dimiliki Indonesia. Masih ingin tau kenapa Mas Har ingin bertukar kostum dengan Boaz, bukan Ponaryo atau Hamka pemain yang lebih senior yang menjadi langganan timnas. Boaz adalah pemain yang menurut saya berhak ditunjuk menjadi pemain ter-fairplay pada pertandingan tersebut. Semoga bisa merapat ke Bandung hehehe..
Mungkin untuk sebagian bobotoh ini adalah pertandingan besar yang mempertaruhkan harga diri Persib yang sudah diinjak-injak oleh psywar dan mulut besar Iwan. Tetapi untuk sebagian bobotoh yang lain, mungkin ini hanya sebuah pertandingan biasa yang mempertemukan Persib sebagai juara ISL 2014, melawan tim kemaren sore sekaligus tim promosi yang belum merasakan kompetisi ISL. Maaf Wan, Persib kami lebih besar dari mulutmu, Wan!
Terima kasih Wan, karena kamu telah membangunkan Persib untuk menjadi tim yang lebih besar kembali! Menjadi tim yang lebih baik lagi agar tidak terlena dan mendapatkan banyak gelar. Jangan malu untuk piknik di Bandung Wan. Hatur nuhun!
Penulis amatir yang masih menimba ilmu. Sering berkicau di @syachrizal63.


Sabtu, 26 September 2015, balas dendam mungkin judul yang pas untuk pertandingan Sabtu itu. Arus jalan menuju Stadion Si Jalak Harupat sore itu mungkin terlihat lebih ramai dari biasanya. Gerombolan berbaju biru yang dikenal dengan sebutan Bobotoh berlomba-lomba menuju stadion untuk menyaksikan pertandingan 8 besar Piala Presiden. Ya, hari itu di stadion milik Kabupaten Bandung terjadi perebutan tiket semifinal Piala Presiden 2015 leg-2 yang mempertemukan Persib melawan Pusamania Borneo FC. Sebelumnya pada leg-1 Persib harus mengakui kemenangan tim tuan rumah dengan skor 3-2.
Psywar yang dilakukan oleh Iwan kepada Djanur sebelum pertandingan menjadi bumbu-bumbu menjelang pertandingan dan berhasil membuat emosi sebagian bobotoh, termasuk saya. Siapa sih Iwan? Pelatih yang disuruh mundur oleh tim tetangga doang, gak punya prestasi apa-apa, gak ada sesuatu yang bisa dibanggakan dari dia selain mulut besarnya. Mungkin psywar yang dilakukan oleh Iwan salah satu strategi media officer PBFC untuk menaikan pamornya agar dikenal banyak orang, maklum lawannya tim besar sekelas Persib yang sudah dikenal di dunia, jadi nebeng nama biar eksis hehehe.. Selama seminggu terakhir ini sepertinya situs milik klub asal Borneo itu banyak di akses, inilah salah satu tujuan mereka untuk melakukan psywar tersebut di samping mempengaruhi mental tim Persib juga untuk jualan.
Karena psywar yang dilakukan Iwan, animo bobotoh untuk menyaksikan pertandingan menjadi tinggi, inilah yang menjadi bumerang bagi tim PBFC, karena berkat mulut besarmu kami (bobotoh) dapat menyatukan suara untuk men-support Persib dan menjatuhkan mental para pemainmu. Senjata makan tuan, Wan! 2×45 menit kami selalu meneriakkan pemain-pemainmu termasuk kamu dengan kata-kata yang sedikit banyak dapat mempengaruhi mental bertanding pasukanmu, banner-banner yang dipasang tidak sedikit ditujukkan untukmu, Wan. Sebagian bobotoh mengacung-acungkan uang untuk tim kamu, karena sejarah tidak dapat dibeli oleh uang. Sadar Wan! Kamu hanya melatih tim kemarin sore, tim promosi yang belum mencicipi kerasnya ISL. Jangan merasa tinggi, karena di atas langit masih ada langit. Dirimu merasa kuat hanya karena disokong oleh dana berlimpah, berbeda seperti saat melatih tim ibu kota dengan dana minim dan pemain seadaanya, mungkin mulut besarmu akan bisu melawan tim sebesar Persib.
Media silih berganti memberitakan psywar yang dilakukan oleh Iwan. Djanur tidak menanggapi psywar Iwan, ia tipikal pelatih yang berkepala dingin, tenang dan tidak mudah untuk terpancing emosi. Ia fokus pada pertandingan leg-2 agar tidak mengecewakan bobotoh sekaligus memberikan kado ulang tahun untuk Kota Bandung. Mungkin prinsip Djanur, “sedikit berbicara banyak bekerja” intinya sih lihat saja di lapangan karena 2x45menit yang akan membuktikan siapa yang layak lolos ke semifinal.
Ketika identitas kita di usik, harga diri yang akan kita pertaruhkan – Atep
Kuitpan di atas adalah tweet yang di-posting oleh akun twitter Atep. Mungkin para pemain pun sudah kesal dan sudah gatal ingin membalas semua ucapan Iwan dengan kemenangan. Firman berucap “biar para pemain Persib yang membalas, percayakan pada kami (pemain Persib) untuk membalasnya, bobotoh hanya fokus untuk mendukung dan men-support Persib lolos ke babak semifinal” seperti itulah kurang lebih. Kami percaya Persib bisa menyumpal omongan Iwan dengan kemenangan! Kami sudah lelah membaca celotehan-celotehan Iwan yang saya rasa lebih buruk dari rumus-rumus algoritma.
Pertandingan yang sudah diprediksikan akan berlangsung keras memang terbukti, 11 kartu kuning dan 3 kartu merah yang dikeluarkan wasit Jumadi Efendi menjadi bukti bahwa pertandingan tersebut penuh dengan emosi. Ponaryo yang di leg 1 leluasa menguasi lini tengah karena kebal kartu, seperti menciut nyalinya saat bermain di Stadion Si Jalak Harupat. Skema mereka sama sekali tidak berjalan, menurut saya seperti inilah tim yang tidak mempunyai strategi, Wan. Sempat kecolongon oleh gol Jamul lewat serangan balik berkat umpan maskot Persipura Boaz, Persib harus tertinggal lebih dulu. Gol tersebut membuat jumawa pemain asal Jatinangor tersebut dengan selebrasi yang terkesan memprovokasi bobotoh. Akhirnya latihan selebrasi mereka gak sia-sia, dapat diterapkan dengan baik. Hingga turun minum, Persib masih belum bisa menyamakan atau mengungguli tim asal Borneo tersebut.
Babak ke 2, pelatih Persib yang kata Iwan gak punya strategi akhirnya memasukan Spaso untuk menggantikan Tantan. Di babak 2 ini Janur benar-benar meracik strateginya dengan cukup apik. Dan hasilnya? Persib bisa membalikkan keadaan. Dua gol disarangkan ke gawang PBFC, luar biasa! Sontak, para pemain dan official PBFC seperti kebakaran jengot. Para pemain mereka seperti emosi oleh skill-skill yang dilakukan pemain Persib setelah unggul 2-1. Sibuk mencari solusi untuk kembali mencetak 1 gol ke gawang Persib, tapi apa daya menembus kotak penalti untuk menggosok voucher penalti pun tampaknya sulit. Jadi apa boleh buat, goodbye PBFC!
Momen yang saya mungkin akan selalu ingat pada pertandingan tersebut ketika Atep harus digantikan oleh Taufik, otomatis ban kapten harus diberikan pada pemain lain. Atep memberikan ban kapten tersebut pada Hariono, namun kemudian Hariono berlari mengarah pada Firman, bukannya menerima ia seperti menyuruh Hariono untuk memakainya. Mereka seperti saling mengalah untuk menggunakan ban kapten. Hingga harus berdebat lalu diakhiri dengan sebuah tepukan tangan Hariono pada punggung Firman. Epic! Lalu, Mas Har yang memang menjadi pemain favorit saya bertukar kostum dengan Boaz, salah satu pemain terbaik yang dimiliki Indonesia. Masih ingin tau kenapa Mas Har ingin bertukar kostum dengan Boaz, bukan Ponaryo atau Hamka pemain yang lebih senior yang menjadi langganan timnas. Boaz adalah pemain yang menurut saya berhak ditunjuk menjadi pemain ter-fairplay pada pertandingan tersebut. Semoga bisa merapat ke Bandung hehehe..
Mungkin untuk sebagian bobotoh ini adalah pertandingan besar yang mempertaruhkan harga diri Persib yang sudah diinjak-injak oleh psywar dan mulut besar Iwan. Tetapi untuk sebagian bobotoh yang lain, mungkin ini hanya sebuah pertandingan biasa yang mempertemukan Persib sebagai juara ISL 2014, melawan tim kemaren sore sekaligus tim promosi yang belum merasakan kompetisi ISL. Maaf Wan, Persib kami lebih besar dari mulutmu, Wan!
Terima kasih Wan, karena kamu telah membangunkan Persib untuk menjadi tim yang lebih besar kembali! Menjadi tim yang lebih baik lagi agar tidak terlena dan mendapatkan banyak gelar. Jangan malu untuk piknik di Bandung Wan. Hatur nuhun!
Penulis amatir yang masih menimba ilmu. Sering berkicau di @syachrizal63.

satubuh eh satuju pisan kang, tulisan yang keren , luar biasa , cerdas, “ka ambek nu dibungkus dengan ilmu retoriuka tingkat tinggi”(dalam bahasa sunda =Nyungkun )he..he.. izin share kang brader
Mourinho mun komentar teu kitu-kitu teuing ….. tp aya positifna oge sih …. pertandingan tambah rame …. animo bobotoh ka stadion tambah loba … panitia weh anu untung
Satuju pisan mun boaz saloza + pery pahabol ka persib,,100% persib pasti takan terkalahkan…
hahahahah edan seratanna,, terus berkaya…
Sorak sorai dan nuansa biru di stadion Sijalak Harupat adalah suplemen luarbiasa bagi PERSIB untuk mengalahkan Mittra Kukar malam nanti. Mari kita dukung dengan tertib dan cantik sehingga suplemen tidak berubah menjadi racun yang membunuh .