Pengakuan Mengejutkan Cole Soal Dominasi Umuh di Tim
Friday, 17 November 2017 | 18:10
Pengakuan mengejutkan dibeberkan eks striker Persib, Carlton Cole. Dikutip dalam halaman Goal Indonesia yang diceritakan Cole kepada koresponden Goal UK. Cole menyebut jika ada sosok manajer yang mendominasi keputusan tim Persib hingga ke area teknis.
Sosok manajer itu adalah Umuh Muchtar, pelatih seolah berada dalam kendalinya. Ia menentukan siapa pemain yang akan turun dalam starting eleven dan siapa pemain yang akan diganti dalam suatu pertandingan.
“Persib memiliki pelatih yang bertugas melatih dan memilih tim setiap pekan, tapi ada sosok manager yang bertugas mengawasi pemesanan hotel dan gaji pemain. Orang ini bernama Umuh Muchtar dan dia mendominasi seluruh isi tim,” ungkap Cole dilansir Goal Indonesia.
Hal yang cukup aneh bagi dirinya, tak lazim dialami Carlton Cole sebelumnya, baik di Inggris, Skotlandia dan Amerika. Bersama Persib keputusan pelatih menurunkan pemain dalam sebuah pertandingan, melainkan manajer lah yang kerap mengatur dan membuat keputusan.
“Dia tidak hadir saat latihan, tapi dia memilih tim yang bermain saat bertanding. Pelatih yang melatih tidak punya kuasa dan manajer lah yang mengatur segalanya,” pengakuan Cole.
Cole melanjutkan, dirinya tidak begitu dekat dengan Umuh. Pemutusan kontraknya bersama Persib sungguh suatu kondisi yang tidak diinginkannya. Namun, manajer mendesak untuk mencari pengganti hingga datanglah Ezechiel N’Douassel.
“Saya tidak akrab dengannya karena saya mencoba membimbing tim untuk memahami sepakbola dari sisi lain, dan bahkan Michael Essien mencoba melakukan hal yang sama, tapi dia tak paham kalau sepakbola mengenal meritokrasi,” tutur Cole.
Meritokrasi adalah bentuk pemerintahan atau administrasi yang memilih pemimpin berdasarkan pencapaian atau kemampuan mereka.
“Secara tiba-tiba dia memutuskan tidak mau merekrut saya. Persib adalah tim terbesar di Indonesia, mereka seperti Manchester United, tapi penampilan mereka tidak terlalu baik. Ini bukan karena saya, bahkan setelah saya hengkang mereka masih berkutat di papan tengah klasemen,” paparnya.
Cole di Persib memang tak banyak mendapat kesempatan bermain di Liga 1. Ia hanya dimainkan dalam pertandingan melawan Arema FC, PS TNI, Persipura, Barito Putera dan Perseru. Ia dikategorikan sebagai rekrutan terburuk di Asia karena tak mampu mencetak gol.

Pengakuan mengejutkan dibeberkan eks striker Persib, Carlton Cole. Dikutip dalam halaman Goal Indonesia yang diceritakan Cole kepada koresponden Goal UK. Cole menyebut jika ada sosok manajer yang mendominasi keputusan tim Persib hingga ke area teknis.
Sosok manajer itu adalah Umuh Muchtar, pelatih seolah berada dalam kendalinya. Ia menentukan siapa pemain yang akan turun dalam starting eleven dan siapa pemain yang akan diganti dalam suatu pertandingan.
“Persib memiliki pelatih yang bertugas melatih dan memilih tim setiap pekan, tapi ada sosok manager yang bertugas mengawasi pemesanan hotel dan gaji pemain. Orang ini bernama Umuh Muchtar dan dia mendominasi seluruh isi tim,” ungkap Cole dilansir Goal Indonesia.
Hal yang cukup aneh bagi dirinya, tak lazim dialami Carlton Cole sebelumnya, baik di Inggris, Skotlandia dan Amerika. Bersama Persib keputusan pelatih menurunkan pemain dalam sebuah pertandingan, melainkan manajer lah yang kerap mengatur dan membuat keputusan.
“Dia tidak hadir saat latihan, tapi dia memilih tim yang bermain saat bertanding. Pelatih yang melatih tidak punya kuasa dan manajer lah yang mengatur segalanya,” pengakuan Cole.
Cole melanjutkan, dirinya tidak begitu dekat dengan Umuh. Pemutusan kontraknya bersama Persib sungguh suatu kondisi yang tidak diinginkannya. Namun, manajer mendesak untuk mencari pengganti hingga datanglah Ezechiel N’Douassel.
“Saya tidak akrab dengannya karena saya mencoba membimbing tim untuk memahami sepakbola dari sisi lain, dan bahkan Michael Essien mencoba melakukan hal yang sama, tapi dia tak paham kalau sepakbola mengenal meritokrasi,” tutur Cole.
Meritokrasi adalah bentuk pemerintahan atau administrasi yang memilih pemimpin berdasarkan pencapaian atau kemampuan mereka.
“Secara tiba-tiba dia memutuskan tidak mau merekrut saya. Persib adalah tim terbesar di Indonesia, mereka seperti Manchester United, tapi penampilan mereka tidak terlalu baik. Ini bukan karena saya, bahkan setelah saya hengkang mereka masih berkutat di papan tengah klasemen,” paparnya.
Cole di Persib memang tak banyak mendapat kesempatan bermain di Liga 1. Ia hanya dimainkan dalam pertandingan melawan Arema FC, PS TNI, Persipura, Barito Putera dan Perseru. Ia dikategorikan sebagai rekrutan terburuk di Asia karena tak mampu mencetak gol.

da betul
Dari rekrutan pemain oge tos katingali intervensi na, pemain nu direkrut sanes kebutuhan pelatih tapi kebutuhan kangge milari artos ti sponsor, prestasi jeblok nembe nyalahkeun pemain, koar koar wae nu tidak bermutu. Sok atuh PT. PBB ngajangan ka nu lebih ngertos sepakbola profesional, sepakbola mah sanes sa ukur kalah atau menang atau juara tapi bagaimana bisa menciptakan management, tim, dan suporter yang bisa mengerti bahwa sepakbola adalah hiburan tontonan untuk dinikmati.
Geura di ganti we geura WHU ku nu lain. Pemain alus jadi jeblok di persib mh da di intervensi ku si eta. Ken atth milih pemain mh ku peltih.
Eng ing ennggggg….
9 tahun jadi manajer ngan 1 x Persib juara. Jadi naon atuh prestasi na si baplang?
baplang~ baplang~ baplang~ 000o0o0o0o~
Ges jelas sbenerna saha si kumis kandel teh,sukur tah dibere sangsi 6 bulan sukur sukur saterusna.ges whu mnh tong nguruskeun deui persib sabab batur ge pada apal yen mnh nu sok ngaintervensi tim teh…