Menuntut Keadilan Tak Cukup Hanya di Tribun Stadion
Tuesday, 27 May 2014 | 14:24
Bagi saya, menjadi fans sepakbola adalah sebuah pengabdian tanpa syarat. Sekalipun berharap klub yang didukungnya untuk menang, kalaupun tidak terpenuhi pengabdian itu tak akan surut.
Saya terkadang juga memang menjadi sangat tidak rasional. Dan meneinggalkan jauh logika-logika kehidupan yang lumrah, setidaknya hingga saat ini.
Banyak kepentingan yang harus dipenuhi dalam kehidupan, bukan cuma sepak bola, tetapi sangat mudah untuk menjatuhkan pilihan berdiri di stadion, Apalagi yang menjadi objeknya adalah Persib Bandung. Petimbangan yang tidak rasional itulah mungkin yang dirasakan banyak Bobotoh Persib.
Dua tahun silam, tanggal 27 Mei, seorang “saudara” bernama Rangga Cipta Nugraha meninggal ketika memutuskan duduk berdiri di stadion. Menyaksikan Persib Bandung berlaga. Risiko kematian, mungkin sudah tegambar di bayangan almarhum ketika berencana melangkahkan kakinya ke Gelora Bung Karno, stadion milik Negara yang disewa Persija Jakarta.
Rivalitas Persib-Persija sudah masuk dalam kalkulasi rangga, sehingga rumusan itu menemui kesimpulan: Kematian. Tetapi pikiran seorang fans memang tidak bisa ditimbang dengan logika, dan hitung-hitungan matematis.
Dia tewas dihajar puluhan, ratusan, mungkin ribuan suporte Persija. Tanpa ampun, meski dia berwujud manusia sebangsa. Lalu kita berduka, dan perasaan duka itu mengalir deras ke semua penjuru kehidupan dunia maya, dan kehidupan nyata penuh umpatan caci maki, sumpah serapah. Kesmipulannya, Bobotoh menunggu keadilan dari kepolisian.
Namun, hingga dua tahun lamanya tak ada perkembangan yang berarti atas proses hukum kematian Rangga. Polisi memang bergerak, melakukan penyelidikan, dan meningkatkannya menjadi penyidikan. Beberapa orang menjadi tersangka.
Mereka menjadi tersangka bukan cuma untuk kematian Rangga saja. Pada hari yang sama, dengan meninggalnya Rangga dua orang lainnya menjadi korban salah sasarana Suporter Persija.
Singkat cerita, Kepolisian Daerah Polda Metrro Jaya kemudian melengkapi berkas perkanya. Lalu melimpahkannya ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Di tingkat Kejaksaan berkasnya diproses, hasilnya para tesangka itu hanya bisa didakwa membunuh dua korban salah sasaran, bukan untuk kematian Rangga, atas alasan kurang bukti. Sampai saat ini, berkas kematian Rangga masih tertahan di Kejati DKI.
Bobotoh Minim Upaya
Selang dua tahun lamanya, semua bobotoh masih menuntut keadilan, dan yang bertanggung jawab atas kematian Rangga benar-benar dihukum. Namun tuntutan-tuntutan itu hanya sebatas umpatan di Twitter, dan bentangan spanduk di stadion.
Sementara langkah nyata dan cerdas tidak dilakukan. Misal tidak ada desakan secara langsung dari satu Organisasi Bobotoh kepada Kepolisian. Atau, sekedar menanyakan pekembangan kasusnya ke Polda Metro Jaya.
Baru-baru ini Aparat berseragam coklat itu gencar mendekati kelompok suporter. Mereka meminta Bobotoh untuk berdamai dengan suporter Jakarta. Sebuah permintaan satu arah dan bernada ancaman, dengan izin pertandingan menjadi taruhannya. Besar harapan saya, dalam kondisi tersebut organisasi Bobotoh mengajukan bergaining kepada Kepolisian untuk terus mengungkapkan kasus tersebut. Tak perlu gemba-gemborr di Twitter. Senyap, tapi berbuat.
Akan terlihat riil harapan bobotoh apabila organisasi bobotoh datang ke Jakarta, temui Kapolda DKI Jakarta, dan menanyakan progres hukumnya. Kita berhak kok untuk tahu progres hukum suatu kasus.
Karena keadilan itu tidak akan kita temukan di stadion, atau media sosial. Dia berdiri tegak di jalur birokrasi. Namun tak menghamba pada birokrasi untuk mendapatkan keadilan.
Tetap berjuang!
Penulis adalah bobotoh Persib yang barakun twitter @asepzatnika_
Pendapat yang dinyatakan dalam karya ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.
Ingin tulisannya dimuat di sini? silahkan kirim artikelmu ke email simamaung.com@gmail.com atau redaksi@simamaung.com

Bagi saya, menjadi fans sepakbola adalah sebuah pengabdian tanpa syarat. Sekalipun berharap klub yang didukungnya untuk menang, kalaupun tidak terpenuhi pengabdian itu tak akan surut.
Saya terkadang juga memang menjadi sangat tidak rasional. Dan meneinggalkan jauh logika-logika kehidupan yang lumrah, setidaknya hingga saat ini.
Banyak kepentingan yang harus dipenuhi dalam kehidupan, bukan cuma sepak bola, tetapi sangat mudah untuk menjatuhkan pilihan berdiri di stadion, Apalagi yang menjadi objeknya adalah Persib Bandung. Petimbangan yang tidak rasional itulah mungkin yang dirasakan banyak Bobotoh Persib.
Dua tahun silam, tanggal 27 Mei, seorang “saudara” bernama Rangga Cipta Nugraha meninggal ketika memutuskan duduk berdiri di stadion. Menyaksikan Persib Bandung berlaga. Risiko kematian, mungkin sudah tegambar di bayangan almarhum ketika berencana melangkahkan kakinya ke Gelora Bung Karno, stadion milik Negara yang disewa Persija Jakarta.
Rivalitas Persib-Persija sudah masuk dalam kalkulasi rangga, sehingga rumusan itu menemui kesimpulan: Kematian. Tetapi pikiran seorang fans memang tidak bisa ditimbang dengan logika, dan hitung-hitungan matematis.
Dia tewas dihajar puluhan, ratusan, mungkin ribuan suporte Persija. Tanpa ampun, meski dia berwujud manusia sebangsa. Lalu kita berduka, dan perasaan duka itu mengalir deras ke semua penjuru kehidupan dunia maya, dan kehidupan nyata penuh umpatan caci maki, sumpah serapah. Kesmipulannya, Bobotoh menunggu keadilan dari kepolisian.
Namun, hingga dua tahun lamanya tak ada perkembangan yang berarti atas proses hukum kematian Rangga. Polisi memang bergerak, melakukan penyelidikan, dan meningkatkannya menjadi penyidikan. Beberapa orang menjadi tersangka.
Mereka menjadi tersangka bukan cuma untuk kematian Rangga saja. Pada hari yang sama, dengan meninggalnya Rangga dua orang lainnya menjadi korban salah sasarana Suporter Persija.
Singkat cerita, Kepolisian Daerah Polda Metrro Jaya kemudian melengkapi berkas perkanya. Lalu melimpahkannya ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Di tingkat Kejaksaan berkasnya diproses, hasilnya para tesangka itu hanya bisa didakwa membunuh dua korban salah sasaran, bukan untuk kematian Rangga, atas alasan kurang bukti. Sampai saat ini, berkas kematian Rangga masih tertahan di Kejati DKI.
Bobotoh Minim Upaya
Selang dua tahun lamanya, semua bobotoh masih menuntut keadilan, dan yang bertanggung jawab atas kematian Rangga benar-benar dihukum. Namun tuntutan-tuntutan itu hanya sebatas umpatan di Twitter, dan bentangan spanduk di stadion.
Sementara langkah nyata dan cerdas tidak dilakukan. Misal tidak ada desakan secara langsung dari satu Organisasi Bobotoh kepada Kepolisian. Atau, sekedar menanyakan pekembangan kasusnya ke Polda Metro Jaya.
Baru-baru ini Aparat berseragam coklat itu gencar mendekati kelompok suporter. Mereka meminta Bobotoh untuk berdamai dengan suporter Jakarta. Sebuah permintaan satu arah dan bernada ancaman, dengan izin pertandingan menjadi taruhannya. Besar harapan saya, dalam kondisi tersebut organisasi Bobotoh mengajukan bergaining kepada Kepolisian untuk terus mengungkapkan kasus tersebut. Tak perlu gemba-gemborr di Twitter. Senyap, tapi berbuat.
Akan terlihat riil harapan bobotoh apabila organisasi bobotoh datang ke Jakarta, temui Kapolda DKI Jakarta, dan menanyakan progres hukumnya. Kita berhak kok untuk tahu progres hukum suatu kasus.
Karena keadilan itu tidak akan kita temukan di stadion, atau media sosial. Dia berdiri tegak di jalur birokrasi. Namun tak menghamba pada birokrasi untuk mendapatkan keadilan.
Tetap berjuang!
Penulis adalah bobotoh Persib yang barakun twitter @asepzatnika_
Pendapat yang dinyatakan dalam karya ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.
Ingin tulisannya dimuat di sini? silahkan kirim artikelmu ke email simamaung.com@gmail.com atau redaksi@simamaung.com

de jek…..hmmm…tiada maaf bagimu!
Tambahan ; ketika dikelompok intern bobotoh sendiri ada hal2 yang tidak pantas, mana ada yang berani menegur ? Pada kenyataannya cari aman masing2. Paling2 berani maki2 nya hanya di Twitter / Facebook.
BOBOTOH SEJATI tidak akan melakukan tindakan yang merugikan PERSIB BANDUNG
Jika masih ada yang menyalakan Flare,Petasan,Bom Asap dan melemparkan botol / benda lain ke dalam lapangan pertandingan dan kepada tim lawan maka mereka pantas disebut PENGKHIANAT & MUSUH BERSAMA para BOBOTOH se-alam dunia
#respect,noflare,nofireworks,noviolence
“KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA !!!! “
petinggi organisasi bobotoh na saribuk… sory
urang salaku petinggi bobotoh geus poho euy…..( ceuk maranehna nu ngaku gegeden bobotoh)…Hohoak soteh lamun keur hanet keneh, lamun kiwari mah kamana teuing….., tapi heueuh usut mah ust ngan tong aya rasa dendanm moal beres2, kawal we senah diproses secara hukum, urang mah pikiran kaharep ngarah sauyunan jeng batur…….
Leres kang satuju.
maka na sok gera damai make hati