Mensyukuri Kejayaan Persib (Bag 2) – Revitalisasi Skuad
Tuesday, 13 October 2015 | 07:25

Dengan kekuatan finansial yang ada sekarang, Persib sebenarnya bisa saja merekrut seluruh pemain yang diinginkan. Tentunya dengan target pemain berskala nasional, karena pemain asing merupakan permasalahan yang berbeda lagi.
Tengok saja tim yang ada saat ini berlaga di Piala Presiden 2015, mulai dari penjaga gawang sampai lini serang semuanya merupakan pemain berkualitas, kelas utama, bahkan pelapis juga bukan nama sembarangan. Maka tidak salah ketika tim lawan ataupun awak media menjuluki Persib sebagai tim yang bertabur bintang.
Menjadi sebuah pertanyaan besar, apakah yang akan terjadi ketika pemain para pemain berkualitas tersebut absen? Atau kedepannya akan dimakan usia lalu pensiun?
Revitalisasi yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses atau cara menghidupkan atau menggiatkan kembali. Dalam sepakbola revitalisasi diartikan secara sederhana sebagai peremajaan atau penyegarn skuad. Proses ini menjadi hal yang mutlak melihat skuad Persib saat ini yang dihuni oleh banyak pemain senior, dimana Muhammad Ridwan sebagai pemain paling senior dengan usia 34 tahun. Selain Ridwan ada beberapa pemain lain yang sudah berusia diatas 30 tahun seperti Made Wirawan ( 33 Tahun) , Supardi Nasir (31 Tahun), Firman Utina (32 tahun) dan bek asing Vladimir ‘Vlado’ Vujovic (32 Tahun), Belum lagi pemain yang sudah mulai mendekati usia 30 seperti Hariono dan Tony Sucipto.
Waktu yang dimiliki oleh pemain-pemain diatas untuk bermain jelas semakin sedikit. Kehebatan dan ketangguhan seorang pemain lama kelamaan akan tergerus oleh faktor alamiah, yaitu semakin tuanya usia. Meskipun memang ada beberapa pemain yang berhasil menjaga kebugarannya dan terus bermain di level tertinggi, di sepakbola lokal kita bisa melihat Bima Sakti yang tetap moncer bermain meskipun sudah uzur.
Penjaga gawang menjadi sektor yang paling aman, karena Made Wirawan dilapisi oleh dua penjaga gawang muda yang siap mengorbit karirnya. Baik Shahar Ginanjar dan ‘Deden’ M. Natsir sudah dalam beberapa kesempatan dipasang oleh Jajang Nurjaman, bahkan keduanya sempat mengenakan seragam merah-putih meskipun belum sampai di level tim senior seperti Made. Jajang juga tidak akan terlalu kelimpungan apabila Supardi Natsir atau Tony Sucipto absen, karena disana ada Dias Angga dan Jajang Sukmara.
Pilihan di lini tengah lebih variatif lagi, ada nama Dedi Kusnandar dan Taufiq sebagai pelapis apabila Firman atau Hariono absen, atau bahkan salah satu dipasang sebagai bagian dari strategi. Sisi sayap, meskipun Ridwan sudah uzur dan Lord Atep sudah mulai memasuki usia 30, terbilang masih aman karena disana ada Zulham apabila benar dipermanenkan atau memasang dua penyerang muda, Rudiyana atau Yandi Sofyan lebih melebar, bahkan Makan Konate bisa saja dipasang di posisi tersebut bila benar-benar dibutuhkan.
Namun ada satu lini yang mesti diperhatikan bahkan sangat membutuhkan revitalisasi. Vlado sudah berusia uzur memang memilki tandem Jupe yang sedang dalam usia matang di posisi bek tengah, dan seketika keduanya absen masih ada Abdul Rahman atau menggeser posisi Tony Sucipto sebagai bek tengah. Namun seiring dengan Agung Pribadi lebih banyak dipasang oleh Jajang Nurjaman sebagai gelandang bertahan, maka komposisi ini meninggalkan lubang besar, praktis Persib hanya memiliki tiga pemain yang berposisi asli sebagai bek tengah.
Solusi permasalahan ini adalah mempromosikan pemain dari Persib Junior, dari stok yang ada setelah kepergian Syaeful Anwar ke Bali United ada nama Henhen Hendiana dan Ary Ahmad. Ataupun bisa mendaratkan beberapa pemain muda potensial seperti Putu Gede Juni Antara atau Hansamu Yama yang bersinar bersama Garuda Junior.
Bukan hanya sektor belakang yang rapuh tetapi secara umum, Kenyataanya para pemain pelapis terutama pemain muda masih belum bisa menggantikan seniornya, contoh besar adalah ketika Firman Utina tidak bermain, rasanya Persib seperti kehilangan arah padahal disana masih ada Makan Konate. Cara revitalisasi paling efektif adalah memaksimalkan akademi dibanding membeli pemain muda yang ‘setengah jadi’. Bukan hanya hemat biaya tetapi juga bisa mempertahankan tradisi yang sudah lama mengakar di Persib. Karena jelas pemain baru mesti beradaptasi bukan hanya di lapangan tetapi juga di luar lapangan.
Yang pasti seperti yang sudah disebutkan sebelumnya kejayaan Persib saat ini mesti dimaksimalkan dan dinikmati sebaik-baiknya.
Aun Rahman – @aunrrahman
Penulis merupakan tenaga pengajar Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran
Baca juga:
Mensyukuri Kejayaan Persib (Bag 1)

Dengan kekuatan finansial yang ada sekarang, Persib sebenarnya bisa saja merekrut seluruh pemain yang diinginkan. Tentunya dengan target pemain berskala nasional, karena pemain asing merupakan permasalahan yang berbeda lagi.
Tengok saja tim yang ada saat ini berlaga di Piala Presiden 2015, mulai dari penjaga gawang sampai lini serang semuanya merupakan pemain berkualitas, kelas utama, bahkan pelapis juga bukan nama sembarangan. Maka tidak salah ketika tim lawan ataupun awak media menjuluki Persib sebagai tim yang bertabur bintang.
Menjadi sebuah pertanyaan besar, apakah yang akan terjadi ketika pemain para pemain berkualitas tersebut absen? Atau kedepannya akan dimakan usia lalu pensiun?
Revitalisasi yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses atau cara menghidupkan atau menggiatkan kembali. Dalam sepakbola revitalisasi diartikan secara sederhana sebagai peremajaan atau penyegarn skuad. Proses ini menjadi hal yang mutlak melihat skuad Persib saat ini yang dihuni oleh banyak pemain senior, dimana Muhammad Ridwan sebagai pemain paling senior dengan usia 34 tahun. Selain Ridwan ada beberapa pemain lain yang sudah berusia diatas 30 tahun seperti Made Wirawan ( 33 Tahun) , Supardi Nasir (31 Tahun), Firman Utina (32 tahun) dan bek asing Vladimir ‘Vlado’ Vujovic (32 Tahun), Belum lagi pemain yang sudah mulai mendekati usia 30 seperti Hariono dan Tony Sucipto.
Waktu yang dimiliki oleh pemain-pemain diatas untuk bermain jelas semakin sedikit. Kehebatan dan ketangguhan seorang pemain lama kelamaan akan tergerus oleh faktor alamiah, yaitu semakin tuanya usia. Meskipun memang ada beberapa pemain yang berhasil menjaga kebugarannya dan terus bermain di level tertinggi, di sepakbola lokal kita bisa melihat Bima Sakti yang tetap moncer bermain meskipun sudah uzur.
Penjaga gawang menjadi sektor yang paling aman, karena Made Wirawan dilapisi oleh dua penjaga gawang muda yang siap mengorbit karirnya. Baik Shahar Ginanjar dan ‘Deden’ M. Natsir sudah dalam beberapa kesempatan dipasang oleh Jajang Nurjaman, bahkan keduanya sempat mengenakan seragam merah-putih meskipun belum sampai di level tim senior seperti Made. Jajang juga tidak akan terlalu kelimpungan apabila Supardi Natsir atau Tony Sucipto absen, karena disana ada Dias Angga dan Jajang Sukmara.
Pilihan di lini tengah lebih variatif lagi, ada nama Dedi Kusnandar dan Taufiq sebagai pelapis apabila Firman atau Hariono absen, atau bahkan salah satu dipasang sebagai bagian dari strategi. Sisi sayap, meskipun Ridwan sudah uzur dan Lord Atep sudah mulai memasuki usia 30, terbilang masih aman karena disana ada Zulham apabila benar dipermanenkan atau memasang dua penyerang muda, Rudiyana atau Yandi Sofyan lebih melebar, bahkan Makan Konate bisa saja dipasang di posisi tersebut bila benar-benar dibutuhkan.
Namun ada satu lini yang mesti diperhatikan bahkan sangat membutuhkan revitalisasi. Vlado sudah berusia uzur memang memilki tandem Jupe yang sedang dalam usia matang di posisi bek tengah, dan seketika keduanya absen masih ada Abdul Rahman atau menggeser posisi Tony Sucipto sebagai bek tengah. Namun seiring dengan Agung Pribadi lebih banyak dipasang oleh Jajang Nurjaman sebagai gelandang bertahan, maka komposisi ini meninggalkan lubang besar, praktis Persib hanya memiliki tiga pemain yang berposisi asli sebagai bek tengah.
Solusi permasalahan ini adalah mempromosikan pemain dari Persib Junior, dari stok yang ada setelah kepergian Syaeful Anwar ke Bali United ada nama Henhen Hendiana dan Ary Ahmad. Ataupun bisa mendaratkan beberapa pemain muda potensial seperti Putu Gede Juni Antara atau Hansamu Yama yang bersinar bersama Garuda Junior.
Bukan hanya sektor belakang yang rapuh tetapi secara umum, Kenyataanya para pemain pelapis terutama pemain muda masih belum bisa menggantikan seniornya, contoh besar adalah ketika Firman Utina tidak bermain, rasanya Persib seperti kehilangan arah padahal disana masih ada Makan Konate. Cara revitalisasi paling efektif adalah memaksimalkan akademi dibanding membeli pemain muda yang ‘setengah jadi’. Bukan hanya hemat biaya tetapi juga bisa mempertahankan tradisi yang sudah lama mengakar di Persib. Karena jelas pemain baru mesti beradaptasi bukan hanya di lapangan tetapi juga di luar lapangan.
Yang pasti seperti yang sudah disebutkan sebelumnya kejayaan Persib saat ini mesti dimaksimalkan dan dinikmati sebaik-baiknya.
Aun Rahman – @aunrrahman
Penulis merupakan tenaga pengajar Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran
Baca juga:
Mensyukuri Kejayaan Persib (Bag 1)

Evan dimas yesss.. penyeimbang…atau klo dari diklat persib gian zola..asli bandung..produk akademi