Kami Tidak Setengah Hati Menuju GBK
Saturday, 17 October 2015 | 21:50
Selangkah lagi Piala Presiden Memasuki Babak Final, mempertemukan Persib Bandung dengan Sriwijaya FC,Setelah dengan dengan segala penolakan dan segala keramaian yang ada pihak promotor tournamen tetap memutuskan menggelar perebutan juara 1 di jakarta yaitu di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Terdengar aneh memang saat sebuah Venue Sepak Bola Yang di miliki Negara ini di tolak oleh sebagian orang untuk menggelar Sebuah Final Sepak Bola, walau memang Fungsi utama Stadion tersebut adalah untuk sepak bola.
Ok lanjut aja, yang mau saya bahas di sini bukan soal penolakan final tersebut, karena biar bagaimanapun bukan mereka (thejak) atau kami (bobotoh) yg berhak memutuskan venue final tsb. Yang pasti, di manapun final itu di gelar sudah bisa di pastikan bobotoh akan pergi mendampingi dan mensupport team kebanggannya itu. Namun yang menjadi bahasan saya di sini adalah soal permusuhan yang bisa di bilang hanya bermula dari Bandung dan Jakarta, kini telah dan hampir melebar ke hampir semua daerah perbatasan DKI dan Jawa Barat, masing masing selalu membela mati matian team yang mereka banggakan, termasuk saya memang terkadang merasa tidak terima atas sebuah ucapan miring yang mereka lemparkan.
Miris memang, saat terdengar sebuah fanatisme ini memakan korban jiwa dan lainnya. Sangat disayangkan, satu indonesia ini harus terpecah karna fanatisme. Terlebih, konflik malah lebih sering terjadi di kawasan Jawa Barat itu sendiri. Hingga kini, saat menjelang final Piala Presiden akan digelar saja kita pasti sudah mendengar beberapa kabar bahwa bobotoh di daerah daerah Jawa Barat mulai menerima ancaman ancaman dr oknum supporter lain. Entah itu Karawang, Bekasi, Purwakarta, Depok, Tangerang atau Bogor tempat dimana saya tinggal ini. Kabar itu sudah menyebar luas.
Rivalitas ini kini telah terbawa ke kehidupan sehari hari, rivalitas yang bukan hanya di 90 menit, dan rivalitas ini bukan hanya di tribun. Mereka yang hanya penikmat bola tapi mencintai persib mungkin kurang nyaman dengan rivalitas ini. Tapi, sebagian juga menganggap sebuah rivalitas ini sebagai seni dalam sepak bola, sebagai sebuah atmosfir lain yang di dapat saat harus pergi untuk mendukung team kebanggaan nya.
Apapun yang kalian rasa tentang rivalitas ini silahkan kalian berpendapat masing masing. Karena di negara manapun, sebuah rivalitas dalam dunia suporter ini akan selalu ada dan pasti memiliki dua sisi yaitu pro dan kontra nya. Dan yang pasti buat saya saat ini adalah saya akan tetap mencintai Persib sampai kapanpun, dan saya akan pergi mendukung saat persib bermain dimanapun sekalipun di rumah rival.
Persib si Maung Bandung kebanggaan saya akan saya kawal selama kesempatan itu ada. Sebelum saya menutup tulisan ini mungkin ada 2 orang yg tentu harus kita ingat tentang persib dan GBK, yaitu almarhum Mang Ayi dan almarhum Rangga Cipta Nugraha, 2 Loyalis Persib ini penuh semangat tentang persib dalam hidupnya. Pastinya bila hari ini masih ada Mang Ayi, akan sangat terasa berbeda rivalitas ini. Dan maaf bukan saya mau mensejajarkan Rangga dengan Ayi Beutik atau sebaliknya, yg pasti mereka berdualah yang saya ingat di laga final esok. Semoga kalian tenang di alam sana dan bisa menyaksikan sejarah baru dari sana. Hanya doa yang kami ucap untuk kalian sekarang. Saya pastikan, semangat kalian ada bersama semua bobotoh di final nanti.
Untuk Mang Ayi, kami bobotoh tidak pergi setengah hati seperti yg pernah kau ucapkan, “Mending turun ti bis mun satengah hate”. Kami semua yakin untuk pergi mendukung Persib di final esok.
Di akhir tulisan ini saya hanya berharap bahwa Final Piala Presiden Esok dapat berjalan Lancar, aman dan Persib bisa meraih kemenangan di Jakarta. Semoga tidak ada yg di rugikan atas sebuah sepak bola ini, semoga benar adanya bahwa sepak bola ini adalah hiburan rakyat. Kami datang ke JAKARTA untuk PERSIB BANDUNG…!!!
Nuhun.
Ditulis oleh @ultras33bogor

Selangkah lagi Piala Presiden Memasuki Babak Final, mempertemukan Persib Bandung dengan Sriwijaya FC,Setelah dengan dengan segala penolakan dan segala keramaian yang ada pihak promotor tournamen tetap memutuskan menggelar perebutan juara 1 di jakarta yaitu di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Terdengar aneh memang saat sebuah Venue Sepak Bola Yang di miliki Negara ini di tolak oleh sebagian orang untuk menggelar Sebuah Final Sepak Bola, walau memang Fungsi utama Stadion tersebut adalah untuk sepak bola.
Ok lanjut aja, yang mau saya bahas di sini bukan soal penolakan final tersebut, karena biar bagaimanapun bukan mereka (thejak) atau kami (bobotoh) yg berhak memutuskan venue final tsb. Yang pasti, di manapun final itu di gelar sudah bisa di pastikan bobotoh akan pergi mendampingi dan mensupport team kebanggannya itu. Namun yang menjadi bahasan saya di sini adalah soal permusuhan yang bisa di bilang hanya bermula dari Bandung dan Jakarta, kini telah dan hampir melebar ke hampir semua daerah perbatasan DKI dan Jawa Barat, masing masing selalu membela mati matian team yang mereka banggakan, termasuk saya memang terkadang merasa tidak terima atas sebuah ucapan miring yang mereka lemparkan.
Miris memang, saat terdengar sebuah fanatisme ini memakan korban jiwa dan lainnya. Sangat disayangkan, satu indonesia ini harus terpecah karna fanatisme. Terlebih, konflik malah lebih sering terjadi di kawasan Jawa Barat itu sendiri. Hingga kini, saat menjelang final Piala Presiden akan digelar saja kita pasti sudah mendengar beberapa kabar bahwa bobotoh di daerah daerah Jawa Barat mulai menerima ancaman ancaman dr oknum supporter lain. Entah itu Karawang, Bekasi, Purwakarta, Depok, Tangerang atau Bogor tempat dimana saya tinggal ini. Kabar itu sudah menyebar luas.
Rivalitas ini kini telah terbawa ke kehidupan sehari hari, rivalitas yang bukan hanya di 90 menit, dan rivalitas ini bukan hanya di tribun. Mereka yang hanya penikmat bola tapi mencintai persib mungkin kurang nyaman dengan rivalitas ini. Tapi, sebagian juga menganggap sebuah rivalitas ini sebagai seni dalam sepak bola, sebagai sebuah atmosfir lain yang di dapat saat harus pergi untuk mendukung team kebanggaan nya.
Apapun yang kalian rasa tentang rivalitas ini silahkan kalian berpendapat masing masing. Karena di negara manapun, sebuah rivalitas dalam dunia suporter ini akan selalu ada dan pasti memiliki dua sisi yaitu pro dan kontra nya. Dan yang pasti buat saya saat ini adalah saya akan tetap mencintai Persib sampai kapanpun, dan saya akan pergi mendukung saat persib bermain dimanapun sekalipun di rumah rival.
Persib si Maung Bandung kebanggaan saya akan saya kawal selama kesempatan itu ada. Sebelum saya menutup tulisan ini mungkin ada 2 orang yg tentu harus kita ingat tentang persib dan GBK, yaitu almarhum Mang Ayi dan almarhum Rangga Cipta Nugraha, 2 Loyalis Persib ini penuh semangat tentang persib dalam hidupnya. Pastinya bila hari ini masih ada Mang Ayi, akan sangat terasa berbeda rivalitas ini. Dan maaf bukan saya mau mensejajarkan Rangga dengan Ayi Beutik atau sebaliknya, yg pasti mereka berdualah yang saya ingat di laga final esok. Semoga kalian tenang di alam sana dan bisa menyaksikan sejarah baru dari sana. Hanya doa yang kami ucap untuk kalian sekarang. Saya pastikan, semangat kalian ada bersama semua bobotoh di final nanti.
Untuk Mang Ayi, kami bobotoh tidak pergi setengah hati seperti yg pernah kau ucapkan, “Mending turun ti bis mun satengah hate”. Kami semua yakin untuk pergi mendukung Persib di final esok.
Di akhir tulisan ini saya hanya berharap bahwa Final Piala Presiden Esok dapat berjalan Lancar, aman dan Persib bisa meraih kemenangan di Jakarta. Semoga tidak ada yg di rugikan atas sebuah sepak bola ini, semoga benar adanya bahwa sepak bola ini adalah hiburan rakyat. Kami datang ke JAKARTA untuk PERSIB BANDUNG…!!!
Nuhun.
Ditulis oleh @ultras33bogor

Hanya satu kata ” geutih biru ” utk PERSIB ku smpai kapanpun.Bravo PERSIB..!!!.