Kaleidoskop 2017: Sang Juara yang Mendekap Senja
Sunday, 31 December 2017 | 09:28

GOL penalti Achmad Jufriyanto dan tepisan penjaga gawang I Made Wirawan akan terasa lebih mudah diingat dibanding dengan mengingat keterpurukan tim yang terjadi berulang kali sepanjang musim 2017. Jatuh – bangun – jatuh – bangun lagi – jatuh – bangun lagi dan lagi – hingga akhirnya jatuh.
Mari bung kita putar ulang cerita dan harapan-harapan yang pernah kita buat di awal musim, merajut kisah emas yang kita dulang di era 2014 dan 2015. Saat itu kita adalah mesin diesel yang masih mampu bekerja secara maksimal. Akan mendapat hasil sempurna ketika mesin telah panas pada babak kedua, strategi pelatih Jajang Nurjaman masih ampuh dan sulit dikendalikan lawan.
Namun sebelum berlanjut lebih jauh ada baiknya kita ditemani oleh segelas kopi hangat menikmatinya di beranda rumah, taman, atau di balik jendela kantor yang selalu hiruk-pikuk dengan sibuknya. Tak usah terburu-buru teman mari kita nikmati cerita ini perlahan, agar tidak terlalu menjemukkan.
Jika ada yang pernah membaca tulisan kami, diibaratkan Persib masa juara adalah bagai mesin diesel yang sering terlambat panas dan menghentak saat mesin bersuhu tinggi, maka saat ini mesin tersebut perlahan telah renta, soak, dan sulit mencapai performa terbaik. Pilihannya adalah mencari montir yang lihai atau membeli mobil baru, itu pilihan.

OPTIMISME di Januari
OPTIMISME saat hanya menggaet posisi lima di akhir musim 2016 Persib memutuskan mempertahankan juru racik Jajang Nurjaman yang masuk di pertengahan musim sebelumnya. Di tangannya ia mendapatkan beberapa pilar jawara dan pemain muka lama yang sempat hilang. Ia mendatangkan kembali Achmad Jufriyanto, Supardi, Wildansyah, Shohei Matsunaga dan Dedi Kusnandar. Para punggawa yang didatangkan begitu cepat dan cermat menambal kekurangan sebelumnya. Tapi tunggu dulu apa yang terjadi kemudian.
Tiada yang MUSTAHIL

Kedatangan Michael Essien, (14/3/2017)
Benar, memang tidak ada yang mustahil, termasuk ketika Persib mendatangkan Michael Essien di awal kompetisi. Seakan mimpi atau tidak percaya, yang jelas mimpi itu benar nyata adanya. Essien secara resmi diperkenalkan pada hari ulang tahun Persib (14/3/2017). Pelatih dan pemain bengong dibuatnya, mereka akan segera bekerjasama dengan pemain dunia, legenda dari pada klub besar Inggris Chelsea atau negaranya Ghana.
Gerak manajemen bukan hanya sekedar Essien, mimpi-mimpi berikutnya yang seolah mustahil diwujudkan atas kedatangan striker eks. Timnas Inggris Carlton Cole. Mantan pemain West Ham United itu menjadi teman sekompatriot Essien meramaikan kompetisi resmi domestik Indonesia bertajuk Liga 1.
Nyatanya, MIMPI lebih indah dari KENYATAAN

Carlton Cole, Maret 2017
Disadari atau tidak, kedatangan pemain kelas dunia menepis anggapan jika selama ini tidak ada pemain besar yang akan melebihi besarnya klub tersebut seperti Persib. Essien secara tidak langsung membuat nama Persib setara dengan kebesaran pemain tersebut. Media asing menyebutkan bahwa Essien bergabung dengan klub yang entah berantah asalnya. Waktupun menjawab, rentetan hasil yang kurang memuaskan di awal kompetisi buat Bobotoh geram. Bahwasannya Persib bermain aman dibanding pertontonkan permainan cantiknya.
Carlton Cole mulai tersisih, lalu Essien mulai mendapat kritikan atas performanya yang sudah loyo memasuki menit 60. Kita belajar akan hal ini, pada kenyataannya mimpi itu memang lebih indah dari kenyataan. Essien dan Cole bukan lagi pemain seperti satu dekade sebelumnya. Mereka pula bukan pesulap yang kita harapkan memberikan magic di dalam permainan. Performa Essien dan Cole membuat kita tidak penasaran lagi terhadap sesuatu yang dianggap mustahil.
BUMBU dan REMPAH melimpah, KOKI kebingungan, 8 PERTANDINGAN TANPA KEMENANGAN

Emral Abus, kembali bergabung dengan Persib Bandung, September 2017
Drama mulai terjadi, soal mundur-majunya pelatih Jajang Nurjaman di kursi pelatih buat suara Bobotoh terpecah. Pro dan kontra akan kepemimpinan Janur beriak hingga akhirnya ia mundur kala di tekuk Mitra Kukar di Tenggarong. Selepas itu, kami pun kebingungan siapa sebenarnya pelatih Persib, sosok caretaker Herrie Setyawan bukan sosok yang tepat mengisi kekosongan, karena kelegalannya akan lisensi kepelatihan tidak mencukupi, hingga akhirnya ditunjuklah Emral Abus, sosok shadow yang entah siapa sebenarnya yang memimpin tim ini.
Pelatih pun kebingungan dengan sejumlah pemain mumpuni yang punya potensi. Hasil 8 kali puasa kemenangan adalah buntut dimana Maung Bandung sulit berkembang dan mengandalkan skema yang itu-itu saja. Mirisnya mereka membantu mendegradasi Semen Padang akibat gagal pulangkan Perseru tanpa poin alias Persib takluk di kandang pada penutup kompetisi November lalu.
ELCAPITANO

Hikmah dari pencapaian minor Persib terutama pada putaran kedua, buat kapten Atep harus menyisi pasalnya dianggap mengalami penurunan performa. Menjadi pertanyaan berikutnya adalah ada apa dengan Hariono dan Tony Sucipto musim itu, hingga mereka berdua lebih banyak duduk di bangku cadangan dibandingkan bermain di starting line-up?
Jika Atep tak ada di lapangan Hariono, Tony dan Made lah tongkat estafet selanjutnya mengemban ban kapten. Saat itu ketiganya pula dibangkucadangkan pelatih atas kebutuhan strategi atau kesiapan tiap pemain. Dalam situasi itulah kita menemukan sosok kapten dalam seorang Achmad Jufriyanto. Potensinya menjadi pemimpin di dalam lapangan boleh diacungi jempol karena ia mampu mengemban tugasnya hingga beberapa laga Persib.
Senja itu Tiba

Henhen Herdiana, Billy Paji Keraf, Gian Zola, Febri Hariyadi segelintir nama yang diharapkan menjadi tulang punggung tim menggantikan kakak-kakaknya. Senja itu tiba, fakta yang dikemas dalam statistik tidak bisa dibohongi Persib musim 2017 telah menemui senjanya hingga harus melakukan regenerasi secara bertahap dalam susunan starting line-up. Bukan menyisihkan namun membangun tim ini untuk masa depan, mentor diperlukan untuk menjaga tongkat estafet budaya Persib selalu di papan atas liga terus terjaga.
Harapan di Bulan Desember

Hingga akhirnya kenangan buruk patut kita lupakan di penghujung Desember ini. Mari buka lembaran baru, susun kembali mimpi-mimpi serta harapan yang pecah berserakan menjadi kekuatan yang sulit ditandingi oleh siapapun. Harapan baru, perjalanan baru, dan suasana baru. Mario Gomez mencoba memperbaiki mesin yang soak itu dengan caranya, entah dengan apa, dan seperti apa.
Garantizar lucho y trabajo Opa Gomez, selamat bertugas dan berjuang !!!
Ditulis oleh Adil Nursalam, Jurnalis Simamaung, berakun Twitter @yasseradil dan Instagram @yasser_adil

GOL penalti Achmad Jufriyanto dan tepisan penjaga gawang I Made Wirawan akan terasa lebih mudah diingat dibanding dengan mengingat keterpurukan tim yang terjadi berulang kali sepanjang musim 2017. Jatuh – bangun – jatuh – bangun lagi – jatuh – bangun lagi dan lagi – hingga akhirnya jatuh.
Mari bung kita putar ulang cerita dan harapan-harapan yang pernah kita buat di awal musim, merajut kisah emas yang kita dulang di era 2014 dan 2015. Saat itu kita adalah mesin diesel yang masih mampu bekerja secara maksimal. Akan mendapat hasil sempurna ketika mesin telah panas pada babak kedua, strategi pelatih Jajang Nurjaman masih ampuh dan sulit dikendalikan lawan.
Namun sebelum berlanjut lebih jauh ada baiknya kita ditemani oleh segelas kopi hangat menikmatinya di beranda rumah, taman, atau di balik jendela kantor yang selalu hiruk-pikuk dengan sibuknya. Tak usah terburu-buru teman mari kita nikmati cerita ini perlahan, agar tidak terlalu menjemukkan.
Jika ada yang pernah membaca tulisan kami, diibaratkan Persib masa juara adalah bagai mesin diesel yang sering terlambat panas dan menghentak saat mesin bersuhu tinggi, maka saat ini mesin tersebut perlahan telah renta, soak, dan sulit mencapai performa terbaik. Pilihannya adalah mencari montir yang lihai atau membeli mobil baru, itu pilihan.
OPTIMISME di Januari
OPTIMISME saat hanya menggaet posisi lima di akhir musim 2016 Persib memutuskan mempertahankan juru racik Jajang Nurjaman yang masuk di pertengahan musim sebelumnya. Di tangannya ia mendapatkan beberapa pilar jawara dan pemain muka lama yang sempat hilang. Ia mendatangkan kembali Achmad Jufriyanto, Supardi, Wildansyah, Shohei Matsunaga dan Dedi Kusnandar. Para punggawa yang didatangkan begitu cepat dan cermat menambal kekurangan sebelumnya. Tapi tunggu dulu apa yang terjadi kemudian.
Tiada yang MUSTAHIL

Kedatangan Michael Essien, (14/3/2017)
Benar, memang tidak ada yang mustahil, termasuk ketika Persib mendatangkan Michael Essien di awal kompetisi. Seakan mimpi atau tidak percaya, yang jelas mimpi itu benar nyata adanya. Essien secara resmi diperkenalkan pada hari ulang tahun Persib (14/3/2017). Pelatih dan pemain bengong dibuatnya, mereka akan segera bekerjasama dengan pemain dunia, legenda dari pada klub besar Inggris Chelsea atau negaranya Ghana.
Gerak manajemen bukan hanya sekedar Essien, mimpi-mimpi berikutnya yang seolah mustahil diwujudkan atas kedatangan striker eks. Timnas Inggris Carlton Cole. Mantan pemain West Ham United itu menjadi teman sekompatriot Essien meramaikan kompetisi resmi domestik Indonesia bertajuk Liga 1.
Nyatanya, MIMPI lebih indah dari KENYATAAN

Carlton Cole, Maret 2017
Disadari atau tidak, kedatangan pemain kelas dunia menepis anggapan jika selama ini tidak ada pemain besar yang akan melebihi besarnya klub tersebut seperti Persib. Essien secara tidak langsung membuat nama Persib setara dengan kebesaran pemain tersebut. Media asing menyebutkan bahwa Essien bergabung dengan klub yang entah berantah asalnya. Waktupun menjawab, rentetan hasil yang kurang memuaskan di awal kompetisi buat Bobotoh geram. Bahwasannya Persib bermain aman dibanding pertontonkan permainan cantiknya.
Carlton Cole mulai tersisih, lalu Essien mulai mendapat kritikan atas performanya yang sudah loyo memasuki menit 60. Kita belajar akan hal ini, pada kenyataannya mimpi itu memang lebih indah dari kenyataan. Essien dan Cole bukan lagi pemain seperti satu dekade sebelumnya. Mereka pula bukan pesulap yang kita harapkan memberikan magic di dalam permainan. Performa Essien dan Cole membuat kita tidak penasaran lagi terhadap sesuatu yang dianggap mustahil.
BUMBU dan REMPAH melimpah, KOKI kebingungan, 8 PERTANDINGAN TANPA KEMENANGAN

Emral Abus, kembali bergabung dengan Persib Bandung, September 2017
Drama mulai terjadi, soal mundur-majunya pelatih Jajang Nurjaman di kursi pelatih buat suara Bobotoh terpecah. Pro dan kontra akan kepemimpinan Janur beriak hingga akhirnya ia mundur kala di tekuk Mitra Kukar di Tenggarong. Selepas itu, kami pun kebingungan siapa sebenarnya pelatih Persib, sosok caretaker Herrie Setyawan bukan sosok yang tepat mengisi kekosongan, karena kelegalannya akan lisensi kepelatihan tidak mencukupi, hingga akhirnya ditunjuklah Emral Abus, sosok shadow yang entah siapa sebenarnya yang memimpin tim ini.
Pelatih pun kebingungan dengan sejumlah pemain mumpuni yang punya potensi. Hasil 8 kali puasa kemenangan adalah buntut dimana Maung Bandung sulit berkembang dan mengandalkan skema yang itu-itu saja. Mirisnya mereka membantu mendegradasi Semen Padang akibat gagal pulangkan Perseru tanpa poin alias Persib takluk di kandang pada penutup kompetisi November lalu.
ELCAPITANO
Hikmah dari pencapaian minor Persib terutama pada putaran kedua, buat kapten Atep harus menyisi pasalnya dianggap mengalami penurunan performa. Menjadi pertanyaan berikutnya adalah ada apa dengan Hariono dan Tony Sucipto musim itu, hingga mereka berdua lebih banyak duduk di bangku cadangan dibandingkan bermain di starting line-up?
Jika Atep tak ada di lapangan Hariono, Tony dan Made lah tongkat estafet selanjutnya mengemban ban kapten. Saat itu ketiganya pula dibangkucadangkan pelatih atas kebutuhan strategi atau kesiapan tiap pemain. Dalam situasi itulah kita menemukan sosok kapten dalam seorang Achmad Jufriyanto. Potensinya menjadi pemimpin di dalam lapangan boleh diacungi jempol karena ia mampu mengemban tugasnya hingga beberapa laga Persib.
Senja itu Tiba
Henhen Herdiana, Billy Paji Keraf, Gian Zola, Febri Hariyadi segelintir nama yang diharapkan menjadi tulang punggung tim menggantikan kakak-kakaknya. Senja itu tiba, fakta yang dikemas dalam statistik tidak bisa dibohongi Persib musim 2017 telah menemui senjanya hingga harus melakukan regenerasi secara bertahap dalam susunan starting line-up. Bukan menyisihkan namun membangun tim ini untuk masa depan, mentor diperlukan untuk menjaga tongkat estafet budaya Persib selalu di papan atas liga terus terjaga.
Harapan di Bulan Desember
Hingga akhirnya kenangan buruk patut kita lupakan di penghujung Desember ini. Mari buka lembaran baru, susun kembali mimpi-mimpi serta harapan yang pecah berserakan menjadi kekuatan yang sulit ditandingi oleh siapapun. Harapan baru, perjalanan baru, dan suasana baru. Mario Gomez mencoba memperbaiki mesin yang soak itu dengan caranya, entah dengan apa, dan seperti apa.
Garantizar lucho y trabajo Opa Gomez, selamat bertugas dan berjuang !!!
Ditulis oleh Adil Nursalam, Jurnalis Simamaung, berakun Twitter @yasseradil dan Instagram @yasser_adil
