(Arena Bobotoh) Wildansyah, dan Aturan Bosman Tentang Transfer Pemain
Monday, 02 January 2017 | 13:09
Tergelitik hati, ketika di hari-hari akhir tahun 2016, pemberitaan transfer Persib dan Sriwijaya FC (SFC) bagai berperang saraf. Itu tidak lepas dari statement kubu Persib yang mengumumkan kata sepakat dengan punggawa SFC Wildansyah. Kubu SFC sendiri tampak tak terima dan menganggap Persib tak menghormati ikatan kontrak Wildansyah dengan klub asal Palembang itu yang memang belum berakhir.
Mungkin tidak ada salahnya kalau Persib, Sriwijaya FC dan klub-klub di Liga Indonesia mengkaji lagi aturan bosman yang diadopsi FIFA sebagai federasi tertinggi sepak bola dunia. Dalam aturan negosiasi transfer pemain, FIFA menegaskan jika pemain sudah bisa dinego oleh klub lain saat pemain tersebut menyisakan kontrak 6 bulan.
Penerapan itu justru sangat bisa sering dilakukan di sepak bola Indonesia. Lantaran mayoritas klub Indonesia hanya mengontrak seorang pemain dalam jangka waktu satu tahun. Memungkinkan rasanya klub lain sudah bisa bernego dengan pemain mulai dari setengah musim kompetisi. Keputusan akhir diserahkan lagi kepada pemain apakah mau atau tidak berganti kostum—dalam enam bulan akhir sisa kontrak.
Dicontohkan pada Wildansyah—jika benar memiliki kontrak bersama SFC hingga Februari—seharusnya ia sudah bisa bernego dengan klub lain sejak September 2016 (ketika SFC masih berjuang di gelaran Torabika Soccer Championship atau TSC). Jadi rasanya wajar Wildansyah diumumkan hengkang ke Persib pada Desember 2016.
Sejatinya, aturan bosman dilahirkan tahun 1995 setelah pengadilan tertinggi Eropa memenangkan gugatan pemain asal Belgia Jean Marc Bosman. Singkatnya Bosman ingin hengkang ke klub lain Dunkuerque (Prancis) tahun 1990. Namun klub lamanya RFC Liege (Belgia) menahan sang pemain padahal ia sudah habis kontrak. Bosman diharuskan bertahan namun dengan gajih lebih kecil, sementara Dunkuerque berani menggaji Bosman empat kali limat dari gajih ia di RFC Liege.
Pada saat itu aturan transfer pesepakbola berada penuh di tangan klub. Gugatan Bosman kepada pengadilan karena merasa penggantungan nasib pemain oleh klub adalah tidak adil, dalam arti tidak dilepas, atau tidak dipertahankan. Selama lima tahun proses Bosman memenangkkan gugatannya, hingga pada tahun 1995, FIFA mengadopsi aturan Bosman salah satunya poin kedua berbunyi :
“Klub tidak berhak menahan pemain yang masa kontraknya selesai untuk mendapatkan kompensasi. Pemain tersebut masuk kategori bebas transfer dan bisa bernegosiasi dengan calon klub baru saat kontrak bersama klub sebelumnya tersisa 6 bulan. Jika pemain tersebut menandatangani kontrak dengan klub lain, klub sebelumnya tidak mendapatkan uang sepeserpun. Klub pembelinya bisa menjadikan nilai transaksi tersebut sebagai gaji bagi pemain itu dalam masa kontrak,”
Aturan Bosman di atas membuat pemain memungkinkan sudah memiliki rencana kedepan dimana ia akan bermain walau masih terikat kontrak. Bahkan yang menggegerkan adalah kepindahan Robert Lewandowski dari Borussia Dortmund ke rival bebuyutannya Bayer Munich. Dirinya sudah mengumumkan kepindahan walau dia masih menyisakan beberapa laga bersama Dortmund. Menyakitkan karena Dortmund melepas Lewandoski dengan gratis.
Kembali ke tema di atas, Persib pun tak berhak menahan pemainnya pergi andai Marcos Flores akhirnya berlabuh di klub lain padahal ia masih diandalkan nantinya. Atau yang santer terdengar Atep (Kapten Persib) dinegosiasi SFC. Atau Wildansyah atau bahkan pemain lainnya Achmad Jufriyanto, Supardi Nasir, M Ridwan dan Firman Utina dinego klub lain dan pemain bersangkutan akhirnya mengumumkan kepindahan klub dalam kontrak yang masih terikat dengan sarat 6 bulan terakhir.
Mengacu aturan bosman, semestinya pemain-pemain tidak usah takut bernegosiasi dengan klub baru dalam 6 bulan akhir masa kontrak. Karena akan sangat menentukan karirnya kedepan andai pemain tak diperpanjang klub lama atau tidak dipinang siapapun dalam masa transfer.
Aturan bosman diperkuat dalam regulasi FIFA dalam artikel 18 poin ketiga mengenai ketentuan-ketentuan khusus yang berkaitan dengan kontrak antara profesional (pemain) dan klub, berisikian :
“Sebuah klub yang berniat menyodorkan kontrak (kepada pemain) profesional harus menginformasikan dahulu kepada klub pemilik pemain ini secara tertulis sebelum mulai bernegosiasi dengan dia. (Pemain) profesional bebas untuk melakukan negosiasi kontrak dengan klub lain hanya jika kontrak dengan klubnya sudah kadaluarsa atau akan berakhir dalam waktu enam bulan terakhir sebelum masa kontraknya selesai. Pelanggaran atas ketentuan ini akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.”
Ditulis oleh Bobotoh Persib Bandung, jurnalis Simamaung, dengan akun twitter @yasseradil

Tergelitik hati, ketika di hari-hari akhir tahun 2016, pemberitaan transfer Persib dan Sriwijaya FC (SFC) bagai berperang saraf. Itu tidak lepas dari statement kubu Persib yang mengumumkan kata sepakat dengan punggawa SFC Wildansyah. Kubu SFC sendiri tampak tak terima dan menganggap Persib tak menghormati ikatan kontrak Wildansyah dengan klub asal Palembang itu yang memang belum berakhir.
Mungkin tidak ada salahnya kalau Persib, Sriwijaya FC dan klub-klub di Liga Indonesia mengkaji lagi aturan bosman yang diadopsi FIFA sebagai federasi tertinggi sepak bola dunia. Dalam aturan negosiasi transfer pemain, FIFA menegaskan jika pemain sudah bisa dinego oleh klub lain saat pemain tersebut menyisakan kontrak 6 bulan.
Penerapan itu justru sangat bisa sering dilakukan di sepak bola Indonesia. Lantaran mayoritas klub Indonesia hanya mengontrak seorang pemain dalam jangka waktu satu tahun. Memungkinkan rasanya klub lain sudah bisa bernego dengan pemain mulai dari setengah musim kompetisi. Keputusan akhir diserahkan lagi kepada pemain apakah mau atau tidak berganti kostum—dalam enam bulan akhir sisa kontrak.
Dicontohkan pada Wildansyah—jika benar memiliki kontrak bersama SFC hingga Februari—seharusnya ia sudah bisa bernego dengan klub lain sejak September 2016 (ketika SFC masih berjuang di gelaran Torabika Soccer Championship atau TSC). Jadi rasanya wajar Wildansyah diumumkan hengkang ke Persib pada Desember 2016.
Sejatinya, aturan bosman dilahirkan tahun 1995 setelah pengadilan tertinggi Eropa memenangkan gugatan pemain asal Belgia Jean Marc Bosman. Singkatnya Bosman ingin hengkang ke klub lain Dunkuerque (Prancis) tahun 1990. Namun klub lamanya RFC Liege (Belgia) menahan sang pemain padahal ia sudah habis kontrak. Bosman diharuskan bertahan namun dengan gajih lebih kecil, sementara Dunkuerque berani menggaji Bosman empat kali limat dari gajih ia di RFC Liege.
Pada saat itu aturan transfer pesepakbola berada penuh di tangan klub. Gugatan Bosman kepada pengadilan karena merasa penggantungan nasib pemain oleh klub adalah tidak adil, dalam arti tidak dilepas, atau tidak dipertahankan. Selama lima tahun proses Bosman memenangkkan gugatannya, hingga pada tahun 1995, FIFA mengadopsi aturan Bosman salah satunya poin kedua berbunyi :
“Klub tidak berhak menahan pemain yang masa kontraknya selesai untuk mendapatkan kompensasi. Pemain tersebut masuk kategori bebas transfer dan bisa bernegosiasi dengan calon klub baru saat kontrak bersama klub sebelumnya tersisa 6 bulan. Jika pemain tersebut menandatangani kontrak dengan klub lain, klub sebelumnya tidak mendapatkan uang sepeserpun. Klub pembelinya bisa menjadikan nilai transaksi tersebut sebagai gaji bagi pemain itu dalam masa kontrak,”
Aturan Bosman di atas membuat pemain memungkinkan sudah memiliki rencana kedepan dimana ia akan bermain walau masih terikat kontrak. Bahkan yang menggegerkan adalah kepindahan Robert Lewandowski dari Borussia Dortmund ke rival bebuyutannya Bayer Munich. Dirinya sudah mengumumkan kepindahan walau dia masih menyisakan beberapa laga bersama Dortmund. Menyakitkan karena Dortmund melepas Lewandoski dengan gratis.
Kembali ke tema di atas, Persib pun tak berhak menahan pemainnya pergi andai Marcos Flores akhirnya berlabuh di klub lain padahal ia masih diandalkan nantinya. Atau yang santer terdengar Atep (Kapten Persib) dinegosiasi SFC. Atau Wildansyah atau bahkan pemain lainnya Achmad Jufriyanto, Supardi Nasir, M Ridwan dan Firman Utina dinego klub lain dan pemain bersangkutan akhirnya mengumumkan kepindahan klub dalam kontrak yang masih terikat dengan sarat 6 bulan terakhir.
Mengacu aturan bosman, semestinya pemain-pemain tidak usah takut bernegosiasi dengan klub baru dalam 6 bulan akhir masa kontrak. Karena akan sangat menentukan karirnya kedepan andai pemain tak diperpanjang klub lama atau tidak dipinang siapapun dalam masa transfer.
Aturan bosman diperkuat dalam regulasi FIFA dalam artikel 18 poin ketiga mengenai ketentuan-ketentuan khusus yang berkaitan dengan kontrak antara profesional (pemain) dan klub, berisikian :
“Sebuah klub yang berniat menyodorkan kontrak (kepada pemain) profesional harus menginformasikan dahulu kepada klub pemilik pemain ini secara tertulis sebelum mulai bernegosiasi dengan dia. (Pemain) profesional bebas untuk melakukan negosiasi kontrak dengan klub lain hanya jika kontrak dengan klubnya sudah kadaluarsa atau akan berakhir dalam waktu enam bulan terakhir sebelum masa kontraknya selesai. Pelanggaran atas ketentuan ini akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.”
Ditulis oleh Bobotoh Persib Bandung, jurnalis Simamaung, dengan akun twitter @yasseradil

bae atuh lah da indonesia mah ngan saukur riweuh wungkul, hayang pemaen alus tapi mumul mayar transfer, aya nu dikontrak 5 taun teu puguh tungtungna ujug ujug diputus wkwkwk
ngomongkeun bosmanmove, harap maklum we da di Indonesia mah soalna (klub) profesional jeung apal aturan FIFA juga baru kemarin-kemarin. jadi aya we salah paham soal transfer pemain nu udah mau abis masa baktinya, atau soal aturan FIFA lainya. maklum we.
NYA DA DI INDONESIA MAH, KADANG2 SENTIMEN EMOSIONAL LEUWIH DIUTAMAKEUN DARIPADA ATURAN! LAIN NA SEPAKBOLA WAE! SOAL TRANSPORTASI UMUM! SOAL HUKUM DLL! MATAK TEU BERES2 JEUNG TEU MAJU2 INDONESIA MAH …. UNTUNG WEH URANG MAH URANG NEGERI PASUNDAN…SARUA PABULATAK GE AHH EGP’WEH HAHAHA
Aturan wongman meureun…. Cari sensasi mangfaatkan populeritas persib… Ha ha…!!
tah geuning aya aturan na ber arti manajemen Persib teu salah
padahal mah aya nu lewih alus
dari pada nyokot si eta mah
saya kurang paham sama manajemen
bengkeng qtu
qkqkqkqkqkqkqk
Keun bae dulur sadaya teu kedah dibahas perkawis trf pemain di indonesia mah, geus palinter iyeu, ngan ngabobodo sorangan weh urang indonesia mah.
Khususna sriwijaya, emang nanagement na weh sentiment ka persib, kusabab sababaraha pemaina teu ngeunaheun mereun maen dimanehna, tah jigana kacium bau na harayang pindah ka persib, maklum atuh da team nu aya di tanah pasundan geus kasohor ka mancanagara lain saukur di NKRI…..hahaha
“Tolong kepada semua pihak baik itu management team manapun yg ada di Indonesia, Maaf team kami PERSIB BANDUNG lebih Famous & Lebih Menjual dibanding team yg ada di Indonesia sekarang, Jadi kami kira sebagai bobotoh PERSIB, kami barisan paling depan yg akan menjaga apabila ada sesuatu yg menyentuh atay mengusik PERSIB BANDUNG.
SaLaM DaRaH BiRu …. sampurasun
Kasohor ka mancanagara,,, ya!
Cuma kunaon masih kurung batok???
Lengkepan heula pasilitas ah!
Ulah waka ngocoblak ngabahas nu lain heula, komo hayang prestasi nu murubul mah.
Era!!!
Kualitas budak nu sakola di sd inpres tangtu beda jeung anu diajar di sakola internasional!
Pkiran we eta heula!!!
Tim persib lebih famous jeung lebih menjual dibanding tim lain,,,???
Mungkin ya!!!
Tapi kunaon masih teu bisa ngamangpaatkeun hal eta secara maksimal???
Lamun baroga pikiran ka lebah dinya, berarti tolak ukurna geus lain skala nasional. Pake naluri bisnis internasional!
Ngandelkeun pasilitas sewa menyewa ceuk kuring geus kadaluwarsa!
Ulah (waka) agul ku payung butut. Jeung ulah berpuas diri. Ulah waka nganggap hebat ka diri sorangan. Bisi batur mah leuwih alus planningna. Kudu taki taki ti ayeuna. Da lain keur batur. Jeung deui, pan hirup mah maju ka hareup. Model tehnologi handphone. Kiwari geus jamana 4G.
Lamun teu bisa ngalengkepan diri (pasilitas) isuk jaganing pageto bisi ngegel curuk (batur).
Jeung deui lamun uing ngasongkeun pendapat tina masalah ieu (sarana), sok cuang cieung sorangan, euweuh batur. Teuing can kaparikiran, teuing barodo keneh, nganggap nu aya ayeuna geus leuwih ti cukup.
Punten ah, rada heuras,,,
Prihatin tuda,,,
Leres pisan kang ujang,setubuh kang,tah eta ngawarah ka diri sorangan,mantap tah warahan kang ujang,komplit…
Kumaha ath wildansyah teh jadi teu?
Nu pasti mah marcos flores tetep dipersib,si patrick cruz na teu datang,ari c alex willian datang,pan eta mah sapaket,jdi wayahna batal patrick jeung alex…الحمد لله jdi teu kudu miceunan duit jang nu teu pasti,zulham oge dicoret,soalna teu mere kapastian,loba tah posisi kosong jang maung ngora…
Coba tingal tiongkok kedah rada ningal tiongkok tah sepakbola teh jadi mata pelajaran wajib lain ukur olahraga ekstrakurikuler sepertinya suka tidak suka urang mah masih eleh keneh pola pikirna ku tiongkok,hayang maju teu kagok, dinu sagala bidang, coba ieu bobotoh ge pasti loba nu hape na buatan cina alias tiongkok, abdi cinta Indonesia cinta Persib tp kudu objektif oge..
Ya, itulah salahsahiji bukti. Lain cuma gede haokna hungkul. Nyata ku gawe.
Lain ieumah (punten) siga nu “jadi raja”, sok padahal masih keneh sarua!
Mening depe depe handap asor. Teu jumawa nganggap enteng kanu sejen. Lain nanaon, bisi balangah!
Giliran keok wae mah pan siga nu ditalak tilu kalakuan teh.
Lamun hayang terus berprestasi, kudu leuwih kritis deui dina sagala halna. Da lain nu aya dilapangan hungkul ” pamaen” nu sabenerna teh.
Perkataan dan perbuatan seiring sejalan intinya mah itu, ayeuna komo sakumna urang sunda bobotoh persib ulah adigung adiguna omat tah, leres mending handap asor tp prestasi nyongcolang, asa emut jaman d std siliwangi reeus ningal spanduk d tribun selatan nu seratanna “walau hanya produk dalam negeri namun sarat prestasi” tiasa juara tanpa pemain asing sakitu kacida bangga na tp nya ngigelan jaman oge ayeuna kabuktosan memang masih peryogi pemain asing tp perlahan alhamdullilah hiji hiji putra daerah naraek kasta conto na febri haryadi..
Berkaitan sarana dan prasarana kalau memang manajemen sudah sanggup latihan teh netep we d sidolig teu pipindahan nomaden kaditu kadieu, naha nya?
hatur nuhun kang artikel na nambih wawasan 🙂