(Arena Bobotoh) Ketika Persib “Dipermainkan”
Thursday, 26 April 2018 | 14:32
Liga Satu baru akan memasuki pekan keenam namun kontroversi sudah banyak bermunculan di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Salah satu yang menjadi perdebatan adalah ditundanya laga antara Persija Jakarta melawan Persib Bandung. Laga yang berdasarkan sejarah pertelevisian selalu memiliki rating yang cukup tinggi tersebut tentu merupakan laga yang paling ditunggu di pekan keenam.
Rivalitas yang kini menjadi bahan “dagangan” beberapa pihak tentunya tidak hanya menggambarkan gengsi antar kelompok supporter saja namun juga gengsi antar pihak yang berkepentingan dibelakangnya. Rivalitas yang terus dibumbui agar tidak pernah padam dan tetap menghasilkan keuntungan bagi beberapa pihak tentunya tidaklah baik. Banyak korban berjatuhan sia – sia.
Slogan rela mati demi tim kebanggan cenderung menjadi sesuatu yang berlebihan karena pada dasarnya tujuan hidup setiap orang adalah menjadi bahagia bukan untuk mati demi tim sepak bola kebanggaan.
Pada kenyataannya Persib merupakan public enemy bagi beberapa pihak, bukan hanya dari rival Persib yang kasat mata saja. Bagaimana usaha pihak – pihak tersebut untuk dapat mengalahkan Persib di dalam dan luar lapangan terkadang terlihat secara kasat mata oleh khalayak umum.
Dimulai dari pertandingan terakhir antara Persija melawan Persib di Solo pada putaran kedua Liga Satu Gojek Traveloka dimana gol Ezechiel N’douassel yang sudah jelas 100% gol tidak dianggap oleh wasit yang pada akhirnya berbuntut kekecewaan panjang dari tim Persib sehingga memutuskan tidak melanjutkan pertandingan. Jauh sebelum itu stigma anak emas yang diberikan kepada Persib pada gelaran Liga Satu Gojek Traveloka ternyata pada akhirnya tidak terbukti benar dan layaknya sebuah film, ternyata kompetisi tersebut menghadirkan plot twist dimana yang menjadi anak emas adalah…(isi sendiri dan ucapkan dalam hati).
Selain itu bukan hanya pertandingan melawan Persija saja Persib dijadikan sebuah mainan, namun pertandingan melawan Madura United di Madura berjalan lebih gila lagi! Seperti saya katakan sebelumnya Persib merupakan musuh bersama bagi beberapa orang di luar sana.
Saya termasuk orang yang setuju dengan pernyataan pelatih Persib bahwa ada orang tidak senang jika Persib bisa menang.
Ditunda atau dimundurkannya jadwal Persija melawan Persib yang akan berlangsung pada Sabtu pekan ini karena alasan keamanan menjelang hari buruh tentunya memunculkan pertanyaan besar di benak saya. Jika pertandingan harus ditunda karena alasan keamanan terkait hari buruh maka mengapa operator tidak menunda semua pertandingan Liga Satu dan Liga Dua serta turnamen ulang tahun PSSI sampai telah lewat hari buruh? Mengapa operator membuat jadwal pertandingan yang mendekati hari buruh jika secara implisit pihak kepolisian “mensakralkan” hari buruh?
Hari buruh sangat berbeda dengan lebaran dimana hari buruh selalu diperingati pada tanggal yang sama setiap tahunnya sedangkan lebaran harus melalui sidang isbat terlebih dahulu sehingga tanggal pelaksanaannya belum pasti. Dengan tanggal yang pasti setiap tahunnya maka perayaan hari buruh harusnya dapat diantisipasi oleh pihak operator. Namun jika kita lihat kembali jadwal Liga Satu Gojek Traveloka 2017 ada pertandingan yang digelar menjelang hari buruh, bahkan bertepan dengan hari buruh dan pertandingan tetap dilangsungkan. Jika panitia pelaksana beranggapan pertandingan akan mengganggu jalannya keamanan maka seharusnya panitia pelaksana memindahkan tempat bertanding bukan memundurkannya secara mendadak.
Berbicara teknis menjelang pertandingan, Persib tidak dapat diperkuat Supardi dan Febri tapi Persib berada dalam keadaan siap bertanding sedangkan lawannya baru saja menuntaskan pertandingan dalam ajang lain ditambah tidak bisa bermainnya Andritany dan juga Rezaldi serta kabar cederanya Jaimerson membuat Persib berada pada kondisi yang menguntungkan dan memiliki peluang untuk menang yang besar. Penundaan ini jelas merugikan Persib.
Indikasi bahwa Persib menjadi ”mainan” pihak tertentu menjadi semakin kuat dengan adanya keputusan penundaan jadwal. Mungkin sudah seharusnya kita sadar bahwa rivalitas dengan supporter lawan hanyalah 2 x 45 menit, namun rivalitas dengan mafia sepak bola berlangsung di dalam dan diluar lapangan sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Mengejek kelompok supporter lawan hanya membuat rivalitas semu ini semakin menyenangkan bagi pihak – pihak yang mengambil keuntungan dari rivalitas tersebut.
Penulis aktif berkicau di akun @futomo16. Jangan ada mafia sepak bola diantara rivalitas kita!

Liga Satu baru akan memasuki pekan keenam namun kontroversi sudah banyak bermunculan di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Salah satu yang menjadi perdebatan adalah ditundanya laga antara Persija Jakarta melawan Persib Bandung. Laga yang berdasarkan sejarah pertelevisian selalu memiliki rating yang cukup tinggi tersebut tentu merupakan laga yang paling ditunggu di pekan keenam.
Rivalitas yang kini menjadi bahan “dagangan” beberapa pihak tentunya tidak hanya menggambarkan gengsi antar kelompok supporter saja namun juga gengsi antar pihak yang berkepentingan dibelakangnya. Rivalitas yang terus dibumbui agar tidak pernah padam dan tetap menghasilkan keuntungan bagi beberapa pihak tentunya tidaklah baik. Banyak korban berjatuhan sia – sia.
Slogan rela mati demi tim kebanggan cenderung menjadi sesuatu yang berlebihan karena pada dasarnya tujuan hidup setiap orang adalah menjadi bahagia bukan untuk mati demi tim sepak bola kebanggaan.
Pada kenyataannya Persib merupakan public enemy bagi beberapa pihak, bukan hanya dari rival Persib yang kasat mata saja. Bagaimana usaha pihak – pihak tersebut untuk dapat mengalahkan Persib di dalam dan luar lapangan terkadang terlihat secara kasat mata oleh khalayak umum.
Dimulai dari pertandingan terakhir antara Persija melawan Persib di Solo pada putaran kedua Liga Satu Gojek Traveloka dimana gol Ezechiel N’douassel yang sudah jelas 100% gol tidak dianggap oleh wasit yang pada akhirnya berbuntut kekecewaan panjang dari tim Persib sehingga memutuskan tidak melanjutkan pertandingan. Jauh sebelum itu stigma anak emas yang diberikan kepada Persib pada gelaran Liga Satu Gojek Traveloka ternyata pada akhirnya tidak terbukti benar dan layaknya sebuah film, ternyata kompetisi tersebut menghadirkan plot twist dimana yang menjadi anak emas adalah…(isi sendiri dan ucapkan dalam hati).
Selain itu bukan hanya pertandingan melawan Persija saja Persib dijadikan sebuah mainan, namun pertandingan melawan Madura United di Madura berjalan lebih gila lagi! Seperti saya katakan sebelumnya Persib merupakan musuh bersama bagi beberapa orang di luar sana.
Saya termasuk orang yang setuju dengan pernyataan pelatih Persib bahwa ada orang tidak senang jika Persib bisa menang.
Ditunda atau dimundurkannya jadwal Persija melawan Persib yang akan berlangsung pada Sabtu pekan ini karena alasan keamanan menjelang hari buruh tentunya memunculkan pertanyaan besar di benak saya. Jika pertandingan harus ditunda karena alasan keamanan terkait hari buruh maka mengapa operator tidak menunda semua pertandingan Liga Satu dan Liga Dua serta turnamen ulang tahun PSSI sampai telah lewat hari buruh? Mengapa operator membuat jadwal pertandingan yang mendekati hari buruh jika secara implisit pihak kepolisian “mensakralkan” hari buruh?
Hari buruh sangat berbeda dengan lebaran dimana hari buruh selalu diperingati pada tanggal yang sama setiap tahunnya sedangkan lebaran harus melalui sidang isbat terlebih dahulu sehingga tanggal pelaksanaannya belum pasti. Dengan tanggal yang pasti setiap tahunnya maka perayaan hari buruh harusnya dapat diantisipasi oleh pihak operator. Namun jika kita lihat kembali jadwal Liga Satu Gojek Traveloka 2017 ada pertandingan yang digelar menjelang hari buruh, bahkan bertepan dengan hari buruh dan pertandingan tetap dilangsungkan. Jika panitia pelaksana beranggapan pertandingan akan mengganggu jalannya keamanan maka seharusnya panitia pelaksana memindahkan tempat bertanding bukan memundurkannya secara mendadak.
Berbicara teknis menjelang pertandingan, Persib tidak dapat diperkuat Supardi dan Febri tapi Persib berada dalam keadaan siap bertanding sedangkan lawannya baru saja menuntaskan pertandingan dalam ajang lain ditambah tidak bisa bermainnya Andritany dan juga Rezaldi serta kabar cederanya Jaimerson membuat Persib berada pada kondisi yang menguntungkan dan memiliki peluang untuk menang yang besar. Penundaan ini jelas merugikan Persib.
Indikasi bahwa Persib menjadi ”mainan” pihak tertentu menjadi semakin kuat dengan adanya keputusan penundaan jadwal. Mungkin sudah seharusnya kita sadar bahwa rivalitas dengan supporter lawan hanyalah 2 x 45 menit, namun rivalitas dengan mafia sepak bola berlangsung di dalam dan diluar lapangan sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Mengejek kelompok supporter lawan hanya membuat rivalitas semu ini semakin menyenangkan bagi pihak – pihak yang mengambil keuntungan dari rivalitas tersebut.
Penulis aktif berkicau di akun @futomo16. Jangan ada mafia sepak bola diantara rivalitas kita!

Matakna tong dianggap rival … anggap weh tim semenjana ibaratna team liga 3 atawa liga 4 … jadi pas eleh ge lain nyeri hate karena eleh ku si eta .. tapi leuwih karena era eleh ku team pecundang semenjana salevel team liga 4 … kitu oge mun meunang .. tong bangga teuing .. da wajar meunang lawan team menel mah …
Ceuk saha mang rival. Bagi kami mereka bukan rival tapi rametuk nu kudu di sangray.
wkwkwk
harusnya ada aturan tegas, orang federasi apalagi punya jabatan menentukan jangan punya kaitan dengan klub liga 1, kalau maksa pilih salah satu, kalau masih seperti ini, pasti akan ada klub yang di untungkan dan yang dirugikan
Liga jokdri 1
Liga Lebayy
Liga juara orderan
Liga sia hakan weh tah ku sia
Bati hyg meunang ti persib teh tp teu hyg mun persib nu juara na. Ning oge lalajo pongdut lah leuwih kaharti euweuh maen intrik2 nu aya oge geol2 cantik
Karakter orang sombong dan angkuh adalah ketika seseorang di permainkan. Jadi nu sombong saha nu angkuh teh saha ?
“Keresek soek warna oren”
ampppppppun juragan te kiat ari kieu mah….laporan ka fifa!
Anak Papah..
Juma’ahan heula lur
“Slogan rela mati demi tim kebanggan cenderung menjadi sesuatu yang berlebihan karena pada dasarnya tujuan hidup setiap orang adalah menjadi bahagia bukan untuk mati demi tim sepak bola kebanggaan.”
suka sekali bagian ini,, walau saya bobotoh sejati,, tp juga ga ingin mati sia2, selain untuk bahagia dunia akherat bersama keluarga tercinta. haha
kembali ke topik, saya geleuh pisan jika persib dipermainkan seperti ini. Mari bobotoh! ramai2 kita kuak mafia sepakbola indonesia nu pikasebeleun inih
Kuduna PSSI didenda 970jt..teu bisa menyelenggarakan pertandingan
bener kang karaos pisan, rek tika iraha rivalitas ini terus berlanjut hingga memunculkan banyak kontroversi dikalangan publik, terutama kami sebagai bobotoh
PAPAH MINTA GANTI JADWAL….
Secara historis, rival Persib itu sebenarnya PSMS… Plersij* tim nanahaon njir? XD
Soal mapia, coba antum baca2 cuitannya akun2 macam @footballnesia, beneran setelah baca2 disitu uing jadi hoream ngikuti Liga 1…
Jadi ternyata musuh kita semua adalah mafia setiap waktu setiap detik, beda halnya dengan rival club rivalitas hanya 90 menit, kalo begitu silahkan pak menpora bekukan lagi tapi ulah waka ketang peesib sakedeng deui juara heee…