(Arena Bobotoh) #DjanurOut atau #SaveDjanur ?
Tuesday, 06 June 2017 | 12:43
PERSIB Bandung, klub yang berdomisili di Bandung namun mempunyai basis suporter yang paling besar di Jawa Barat, di Indonesia bahkan sa-alam dunya.
Bobotoh adalah sebutan untuk suporter dari Persib Bandung.
Prestasi gemilang Persib dimasa lalu, membuat sejarah Persib terus terukir dalam hati & darah para bobotoh.
Termasuk juga sejarah yang kurang mengenakan, akan terus tertanam sampai kapanpun dalam diri setiap bobotoh.
Tahun 2014 & 2015 adalah salah satu era yang dikenang oleh bobotoh, karena prestasi Persib yang berhasil merebut juara pada ISL dan Piala Presiden.
Kedua piala yang berhasil direngkuh oleh para punggawa & pelatih Persib dengan susah payah ini, langsung bisa mengobati dahaga gelar yang sudah bertahan selama kurang lebih 19 tahun.
Bangga & bahagia adalah suasana hati yang bobotoh rasakan pada masa itu.
Pertanyaannya adalah kok bisa Persib Bandung meraih gelar prestisius dalam tempo yang sangat singkat, siapa sosok yang ada dibelakang kesuksesan ini?
Djadjang Nurjaman, akrab dipanggil Djanur, adalah pelatih kepala Persib Bandung saat itu. Beliau adalah mantan pemain Persib yang terkenal pada dekade 1980-1990, dan saat ini beliau masuk dalam jajaran legenda (hidup) Persib Bandung.
Publik sepak bola Indonesia pun mengakui bahwa Djanur merupakan salah satu pelatih terbaik di Indonesia saat ini.
Tahun 2012, Djanur mulai menangani tim Persib Bandung. Memilih pemain yang sesuai dengan skema yang akan digunakan. Menyesuaikan menu latihan yang cocok dengan komposisi pemain. Mengadakan TC jangka panjang di Pangandaran & Subang, yang bertujuan untuk membentuk fisik prima, kekompakan, kekeluargaan dan rasa memiliki pemain terhadap Persib.
Dan TC itu mulai menuai hasil.
Di tahun pertama melatih, tidak banyak campur tangan dari orang-orang sekitar Persib. Terlihat bahwa Djanur diberi keleluasaan dan kebebasan dalam menangani tim. Alhasil, diklasemen akhir ISL 2012/3013 Persib berhasil meraih posisi ke-4 dengan raihan 63 poin, dari 18M/9S/7K, GD 72-43. Posisi ke-4 diklasemen akhir memang bukan raihan yang buruk ditahun pertama melatih Persib.
Pujian dan kritikan (bukan cacian tapi solusi) dari bobotoh selalu menghiasi perjalanan masa kepelatihan Djanur di Persib. Dan hal itu dijadikan sebagai motivasi oleh pelatih, pemain dan manajemen untuk terus memperbaiki diri.
Musim kompetisi ISL 2013/2014, manajemen Persib dan (juga) bobotoh masih mempercayakan kursi kepelatihan kepada Djanur. Dengan harapan Persib bisa berbicara banyak di musim selanjutnya.
Dengan komposisi pemain yang tidak banyak berubah, Djanur bermaksud ingin membentuk pondasi tim yang kuat dan solid. Adapun tambahan pemain dibeberapa posisi adalah bertujuan untuk menambal kekurangan yang dirasakan pada musim sebelumnya.
Perbaikan dan pembenahan yang dilakukan Djanur, berbuah manis, karena (alhamdulillah) Persib Bandung berhasil menjadi Juara di musim kompetisi ISL 2013/2014 setelah di final mengalahkan Persipura dalam adu pinalti dengan skor 5-3.
Juara dan prestasi yang sudah ditunggu dan dirindukan oleh semua bobotoh sa-alam dunya.
Ternyata, komposisi pemain dan racikan strategi dari Djanur berhasil mengembalikan mental juara Persib Bandung.
Di tahun 2015, kekuatan mental juara Persib berhasil membawa pulang Piala Presiden. Prestasi yang luar biasa dari seorang Djanur. Ucapan selamat dan pujian pun mulai mengalir.
Benang merah dari semua ini adalah Djanur sebagai pelatih kepala yang dipilih dan dipercaya manajemen untuk menangani tim Persib, HARUS diberi kebebasan dan keleluasaan dalam membentuk tim. Sebagai review, tim juara yang dibangun, ditata dan diracik oleh Djanur, terbentuk dalam waktu 2 tahun! Bukan hitungan bulan apalagi hari.
Manajemen harus MAU mendukung dan mengabulkan keingginan pelatih dalam mendatangkan pemain yang dibutuhkannya (berapapun biayanya). Karena pelatih sangat mengetahui kebutuhan yang harus ditambahkan dalam tim yang dilatihnya.
Kedatangan pemain “kejutan”pada musim kompetisi Liga 1 yang diakomodir oleh manajemen Persib, (penulis merasa) cukup membuat Djanur “kecewa”, karena pemain tersebut bukanlah pemain yang dibutuhkan oleh Persib saat ini. Tapi Djanur berusaha menerima dan menjalankan apapun yang disodorkan oleh manajemen, walaupun itu tidak sesuai dengan kata hatinya. Pemain “kejutan” tersebut pun dimaksimalkan Djanur untuk menunjang kinerja timnya, ya walaupun hasilnya tidak seperti yang diharapkan Djanur.
Itulah bijaksananya seorang Djanur.
Dengan regulasi baru, pemain baru, dan tantangan baru dari manajemen dan bobotoh, Djanur menjawabnya dengan
7 laga awal tanpa kekalahan (3M/4S), dan ini prestasi tersendiri bagi Djanur dan Persib. Sayangnya dipertandingan pekan ke-8 dan ke-9, Persib harus menelan kekalahan. Sehingga membuat reaksi yang beragam dari bobotoh.
Ekspektasi yang tinggi membuat bobotoh meluapkan kekesalannya dengan membuat tagar #DjanurOut yang sempat menjadi trending topic.
Penulis merasa sedih dengan adanya tagar tersebut. Karena tagar itu ditujukan langsung pada seorang Djanur yang notabene adalah sosok pelatih yang sudah berhasil membuat Persib bisa bangkit lagi dari keterpurukannya selama 19 tahun. Seorang pelatih yang berhasil mengembalikan mental juara pemain Persib. Tagar tersebut terkesan seperti pribahasa, “kacang yang lupa akan kulitnya”, “nila setitik, rusak susu sebelanga”.
Penulis berandai-andai, jika Djanur mengundurkan diri sebagai pelatih Persib (karena desakan bobotoh), akankah prestasi Persib lebih baik?
Tegakah bobotoh melihat Djanur digaet tim rival dan berhasil berprestasi ditim tersebut?
Masih tegakah kita membuat tagar #DjanurOut ? Ataukah kita akan memberi dukungan dan kepercayaan (lagi) dengan membuat tagar #SaveDjanur ?
Mari kita sama-sama renungkan dengan kepala dan hati yang dingin. Semoga Djanur akan mengambil keputusan terbaik demi Persib dan demu bobotoh.
#SaveDjanur
#PersibJuara
#BobotohJuara
Penulis adalah @depay_ seorang bobotoh kolot yang berjiwa ngora.

PERSIB Bandung, klub yang berdomisili di Bandung namun mempunyai basis suporter yang paling besar di Jawa Barat, di Indonesia bahkan sa-alam dunya.
Bobotoh adalah sebutan untuk suporter dari Persib Bandung.
Prestasi gemilang Persib dimasa lalu, membuat sejarah Persib terus terukir dalam hati & darah para bobotoh.
Termasuk juga sejarah yang kurang mengenakan, akan terus tertanam sampai kapanpun dalam diri setiap bobotoh.
Tahun 2014 & 2015 adalah salah satu era yang dikenang oleh bobotoh, karena prestasi Persib yang berhasil merebut juara pada ISL dan Piala Presiden.
Kedua piala yang berhasil direngkuh oleh para punggawa & pelatih Persib dengan susah payah ini, langsung bisa mengobati dahaga gelar yang sudah bertahan selama kurang lebih 19 tahun.
Bangga & bahagia adalah suasana hati yang bobotoh rasakan pada masa itu.
Pertanyaannya adalah kok bisa Persib Bandung meraih gelar prestisius dalam tempo yang sangat singkat, siapa sosok yang ada dibelakang kesuksesan ini?
Djadjang Nurjaman, akrab dipanggil Djanur, adalah pelatih kepala Persib Bandung saat itu. Beliau adalah mantan pemain Persib yang terkenal pada dekade 1980-1990, dan saat ini beliau masuk dalam jajaran legenda (hidup) Persib Bandung.
Publik sepak bola Indonesia pun mengakui bahwa Djanur merupakan salah satu pelatih terbaik di Indonesia saat ini.
Tahun 2012, Djanur mulai menangani tim Persib Bandung. Memilih pemain yang sesuai dengan skema yang akan digunakan. Menyesuaikan menu latihan yang cocok dengan komposisi pemain. Mengadakan TC jangka panjang di Pangandaran & Subang, yang bertujuan untuk membentuk fisik prima, kekompakan, kekeluargaan dan rasa memiliki pemain terhadap Persib.
Dan TC itu mulai menuai hasil.
Di tahun pertama melatih, tidak banyak campur tangan dari orang-orang sekitar Persib. Terlihat bahwa Djanur diberi keleluasaan dan kebebasan dalam menangani tim. Alhasil, diklasemen akhir ISL 2012/3013 Persib berhasil meraih posisi ke-4 dengan raihan 63 poin, dari 18M/9S/7K, GD 72-43. Posisi ke-4 diklasemen akhir memang bukan raihan yang buruk ditahun pertama melatih Persib.
Pujian dan kritikan (bukan cacian tapi solusi) dari bobotoh selalu menghiasi perjalanan masa kepelatihan Djanur di Persib. Dan hal itu dijadikan sebagai motivasi oleh pelatih, pemain dan manajemen untuk terus memperbaiki diri.
Musim kompetisi ISL 2013/2014, manajemen Persib dan (juga) bobotoh masih mempercayakan kursi kepelatihan kepada Djanur. Dengan harapan Persib bisa berbicara banyak di musim selanjutnya.
Dengan komposisi pemain yang tidak banyak berubah, Djanur bermaksud ingin membentuk pondasi tim yang kuat dan solid. Adapun tambahan pemain dibeberapa posisi adalah bertujuan untuk menambal kekurangan yang dirasakan pada musim sebelumnya.
Perbaikan dan pembenahan yang dilakukan Djanur, berbuah manis, karena (alhamdulillah) Persib Bandung berhasil menjadi Juara di musim kompetisi ISL 2013/2014 setelah di final mengalahkan Persipura dalam adu pinalti dengan skor 5-3.
Juara dan prestasi yang sudah ditunggu dan dirindukan oleh semua bobotoh sa-alam dunya.
Ternyata, komposisi pemain dan racikan strategi dari Djanur berhasil mengembalikan mental juara Persib Bandung.
Di tahun 2015, kekuatan mental juara Persib berhasil membawa pulang Piala Presiden. Prestasi yang luar biasa dari seorang Djanur. Ucapan selamat dan pujian pun mulai mengalir.
Benang merah dari semua ini adalah Djanur sebagai pelatih kepala yang dipilih dan dipercaya manajemen untuk menangani tim Persib, HARUS diberi kebebasan dan keleluasaan dalam membentuk tim. Sebagai review, tim juara yang dibangun, ditata dan diracik oleh Djanur, terbentuk dalam waktu 2 tahun! Bukan hitungan bulan apalagi hari.
Manajemen harus MAU mendukung dan mengabulkan keingginan pelatih dalam mendatangkan pemain yang dibutuhkannya (berapapun biayanya). Karena pelatih sangat mengetahui kebutuhan yang harus ditambahkan dalam tim yang dilatihnya.
Kedatangan pemain “kejutan”pada musim kompetisi Liga 1 yang diakomodir oleh manajemen Persib, (penulis merasa) cukup membuat Djanur “kecewa”, karena pemain tersebut bukanlah pemain yang dibutuhkan oleh Persib saat ini. Tapi Djanur berusaha menerima dan menjalankan apapun yang disodorkan oleh manajemen, walaupun itu tidak sesuai dengan kata hatinya. Pemain “kejutan” tersebut pun dimaksimalkan Djanur untuk menunjang kinerja timnya, ya walaupun hasilnya tidak seperti yang diharapkan Djanur.
Itulah bijaksananya seorang Djanur.
Dengan regulasi baru, pemain baru, dan tantangan baru dari manajemen dan bobotoh, Djanur menjawabnya dengan
7 laga awal tanpa kekalahan (3M/4S), dan ini prestasi tersendiri bagi Djanur dan Persib. Sayangnya dipertandingan pekan ke-8 dan ke-9, Persib harus menelan kekalahan. Sehingga membuat reaksi yang beragam dari bobotoh.
Ekspektasi yang tinggi membuat bobotoh meluapkan kekesalannya dengan membuat tagar #DjanurOut yang sempat menjadi trending topic.
Penulis merasa sedih dengan adanya tagar tersebut. Karena tagar itu ditujukan langsung pada seorang Djanur yang notabene adalah sosok pelatih yang sudah berhasil membuat Persib bisa bangkit lagi dari keterpurukannya selama 19 tahun. Seorang pelatih yang berhasil mengembalikan mental juara pemain Persib. Tagar tersebut terkesan seperti pribahasa, “kacang yang lupa akan kulitnya”, “nila setitik, rusak susu sebelanga”.
Penulis berandai-andai, jika Djanur mengundurkan diri sebagai pelatih Persib (karena desakan bobotoh), akankah prestasi Persib lebih baik?
Tegakah bobotoh melihat Djanur digaet tim rival dan berhasil berprestasi ditim tersebut?
Masih tegakah kita membuat tagar #DjanurOut ? Ataukah kita akan memberi dukungan dan kepercayaan (lagi) dengan membuat tagar #SaveDjanur ?
Mari kita sama-sama renungkan dengan kepala dan hati yang dingin. Semoga Djanur akan mengambil keputusan terbaik demi Persib dan demu bobotoh.
#SaveDjanur
#PersibJuara
#BobotohJuara
Penulis adalah @depay_ seorang bobotoh kolot yang berjiwa ngora.

Ahhh eta mah Bobotoh palsu njiing Bobotoh NU sajati mah rek eleh rek mnang ttep Satia nga dukung nga bela sapaehna
Bobotoh asli mah ngadukung persib…lain ngadukung djanur…
dri pra musim nepi ka laga 9 kmha permaenan persib aya kamajuan teu cik pang evaluasikeun secara obyektif. .
Anger wae ti pramusim ge qtu maena th, monoton,, evaluasi wae hyoh!!
Sepanjang pelatihnya Djanur yg tidak mau belajar dari pengalaman dalam mengatur strategi dan pemilihan pemain dan hanya berharap dari keberuntungan.jgn tetap persib juara atau masuk papan atas…alih degradasi….gantiiiiiiijanur